Kebanyakan kasus keguguran cenderung terjadi pada trimester pertama kehamilan. Bahkan keguguran sering terjadi pada saat seorang perempuan tidak menyadari bahwa dirinya sedang hamil sehingga mengira sedang mengalami menstruasi. Karena itu, penting bagi Bunda untuk mengetahui perbedaan antara darah haid dan darah keguguran.
Penelitian menyebutkan bahwa sekitar 10-15 persen dari ibu hamil mengalami keguguran. Periode trimester pertama kehamilan menyumbang sekitar 80-85% dari semua kasus keguguran di seluruh dunia. Risiko keguguran bisa lebih tinggi atau lebih rendah di setiap jenjang kehamilan, tergantung dari faktor ibu dan janin itu sendiri.
Pada usia kehamilan 3-4 minggu, ini merupakan waktu implantasi, yaitu proses menempelnya sel telur pada dinding rahim setelah haid terakhir dan tes kehamilan menunjukkan hasil positif. Sayangnya, sebanyak 50–75 persen keguguran terjadi sebelum tes kehamilan positif. Fenomena ini kerap disebut sebagai kehamilan kimiawi (gugurnya janin tak lama setelah dibuahi).
Lalu, Seperti Apa Perbedaan Darah Haid dan Darah Keguguran?

Secara umum, keguguran di awal kehamilan ditandai dengan kram dan perdarahan. Meski demikian, saat Bunda mendapati bercak darah di awal kehamilan belum tentu Bunda kehilangan calon janin. Cermati beberapa ciri berikut untuk mengenali perbedaan darah haid dan darah keguguran:
1. Timing Atau Waktu Datangnya Perdarahan
Keguguran bisa terjadi kapan saja setelah pembuahan. Kalau kurang tahu masa subur dan telat mengetahui bahwa sebenarnya Anda hamil, maka perdarahan keguguran bisa disalahartikan sebagai darah menstruasi. Pasalnya, baik menstruasi maupun darah tanda keguguran sama-sama bisa menimbulkan bercak hingga perdarahan hebat.
Oleh karena itu, penting untuk Bunda mempelajari masa subur untuk memudahkan apakah ada kemungkinan hamil atau tidak.
2. Durasi Perdarahan
Berbeda dengan menstruasi yang hanya berlangsung 3-7 hari, durasi perdarahan saat keguguran akan lebih lama. Jika biasanya waktu haid Bunda 5 hari, lalu mengalami perdarahan lebih lama dari biasanya (10 hari atau lebih), bisa jadi Bunda mengalami keguguran.
3. Warna Darah
Agak sulit membedakan darah haid dan keguguran berdasarkan warnanya. Hal ini karena keguguran bisa berwarna cokelat, merah muda, atau merah terang. Sehingga, melihat perbedaan keduanya kurang bisa dilihat dari warna darah sebagai patokan.
Untuk menentukan sumber perdarahan, Anda perlu melakukan pemeriksaan langsung dengan dokter menggunakan spekulum atau USG.
4. Volume Darah
Bunda dapat memperhatikan volume darah saat mengalami perdarahan vagina. Jumlah darah pada kasus keguguran biasanya jauh lebih banyak daripada darah menstruasi.
Jika Bunda harus mengganti pembalut lebih dari sekali selama dua jam karena penuh cairan darah, ini patut dicurigai sebagai darah keguguran.
5. Bentuk Darah
Selain volume darah, perhatikan juga bentuknya, apakah cair atau terdapat gumpalan. Ketika mengalami keguguran, vagina akan mengeluarkan cairan yang disertai gumpalan darah atau jaringan yang tampak tak normal. Contohnya, gumpalan darah yang terlalu besar.
6. Gejala Lainnya
Bunda juga perlu memperhatikan kondisi lain yang menyertai keguguran seperti kram pada perut atau pinggang. Kram saat keguguran umumnya makin memburuk dari waktu ke waktu.
Muncul rasa mual pun bisa melanda ketika Bunda mengalami keguguran. Demikian pula dengan diare yang terus-menerus. Terlebih lagi jika keguguran terjadi pada usia kehamilan delapan minggu atau lebih, kemungkinan besar Bunda tak akan salah mengiranya sebagai menstruasi.
Tindakan Apa yang Harus Bunda Lakukan jika Mengalami Keguguran?

Ketika Bunda mencurigai terjadinya keguguran berdasarkan ciri-ciri di atas, sebaiknya segera lakukan pemeriksaan ke dokter kandungan. Terlebih jika Bunda juga jika mengalami beberapa kondisi berikut:
- Perdarahan terjadi tak lama setelah Bunda positif hamil.
- Perdarahan yang sangat parah dan disertai nyeri.
- Muncul demam.
Apabila Bunda dinyatakan dokter mengalami keguguran, jaringan kehamilan mungkin saja akan tetap berada di dalam rahim. Karena itu, dokter dapat menyarankan beberapa penanganan berikut:
- Konsumsi pil yang dapat membantu tubuh untuk mengeluarkan sisa jaringan.
- Prosedur kuret untuk membersihkan jaringan dari dalam rahim.
Setelah itu, Bunda akan disarankan untuk beristirahat di rumah selama beberapa waktu. Biasanya dokter juga memberikan obat pereda nyeri untuk mengatasi kram yang terjadi pasca keguguran.
Bagaimana Cara untuk Mencegah Keguguran Dini?

Hingga saat ini, belum dapat diketahui secara pasti penyebab keguguran, terutama yang terjadi pada awal kehamilan. Kelainan kromosom dicurigai sebagai pemicu utama karena menyebabkan janin tidak berkembang normal.
Meski demikian, Bunda dapat melakukan langkah-langkah pencegahan agar risiko keguguran menurun. Lakukan hal ini untuk mencegah keguguran dini;
- Berhenti merokok saat berencana atau sedang hamil.
- Jangan mengonsumsi alkohol maupun menggunakan obat-obatan terlarang.
- Menerapkan pola makan sehat, seperti minimal lima porsi sayur dan buah per hari.
- Mencegah infeksi tertentu saat kehamilan, contohnya rubella.
- Menghindari makanan yang bisa membahayakan ibu dan janin.
- Menjaga agar berat badan tetap dalam batas ideal sebelum dan selama kehamilan.
Setelah mengetahui perbedaan darah haid dan darah keguguran, semoga Bunda dapat lebih waspada dan mengambil tindakan yang tepat.
Baca juga:
Menderita Lupus saat hamil, apa risikonya bagi ibu dan janin?
Apa Yang Sebaiknya Kita Katakan Pada Ibu Yang Mengalami Keguguran?
Haid setelah keguguran tidak teratur, kenali faktor penyebabnya berikut ini
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.