Bunda mungkin pernah merasa payudara kosong, namun begitu apakah ini berarti benar tidak ada isinya sama sekali? Yang selama ini Bunda pelajari mungkin adalah, suplai atau pasokan ASI tergantung pada seberapa sering Anda menyusui atau memompa payudara. Semakin banyak Bunda menyusui atau memompa, semakin banyak ASI yang dihasilkan tubuh.
Namun dalam kondisi tertentu, seberapa sering pun Bunda menyusui, Bunda merasa payudara tidak terisi ASI kembali. Mengapa bisa demikian? Apa sebenarnya penyebab yang bisa memengaruhi produksi ASI Bunda? Berikut penjelasan selengkapnya.
Artikel terkait: 5 Tips Aman Memompa ASI di Kantor Selama Pandemi COVID-19
Fakta-Fakta Soal Payudara Kosong
Payudara kosong adalah istilah yang menggambarkan pasokan ASI yang habis. Namun, benarkah keadaan ini bisa terjadi? Berikut adalah beberapa fakta tentang cara kerja laktasi manusia untuk membantu ibu menyusui memahami apa yang sebenarnya terjadi.
Payudara tidak akan benar-benar kosong
Faktanya, payudara Bunda tidak pernah benar-benar kosong saat menyusui. Terkait hal ini, laman Oasis Lactation Service menjelaskan salah satu kesalahpahaman paling umum tentang menyusui adalah payudara sering diibaratkan seperti tangki atau kandung kemih, yang bisa terisi dan bisa kosong. Padahal tidak demikian.
Orang tua baru sering merasa payudaranya kosong atau tidak penuh lagi. Kecemasan ini seringkali menyebabkan ibu menghentikan pemberian ASI eksklusif sebelum waktunya atau mulai memberikan susu formula jika tidak diperlukan.
Payudara mengandung kelenjar, sedangkan kandung kemih tidak
Masih dilansir sumber yang sama, ASI dibuat oleh sel-sel khusus yang disebut sel mioepitel. Darah dipasok ke sel-sel ini. Mioepitel akan mengubah darah menjadi susu, setetes demi setetes. Susu terus diproduksi oleh sel serta terus diserap kembali ke dalam aliran darah. Selama periode pembengkakan payudara, tubuh mencoba menyerap kembali susu lebih cepat dan memperlambat produksi.
Saat bayi aktif menyusu atau ibu aktif memompa, reabsorpsi lebih lambat dan produksi lebih cepat. Payudara tidak akan pernah kosong sampai bayi disapih sepenuhnya dari menyusui.
Fakta: Bayi tidak akan menghabiskan semua susu yang tersedia selama menyusui
Bayi mengambil sekitar 65% dari ASI yang tersedia di payudara selama sesi menyusui. Inilah sebabnya mengapa memompa susu setelah menyusui dianjurkan untuk ibu yang memompa dan menyimpan susu perah tersebut.
Fakta: Semakin cepat ASI dikeluarkan dari payudara, semakin cepat ASI baru dibuat
Saat ASI dikeluarkan dari payudara, hormon prolaktin yang bertugas membuat ASI menjadi meningkat. Frekuensi menyusui dan memompa adalah kunci untuk menghasilkan lebih banyak ASI.
Ibu yang “menabung” atau mencoba menunggu payudara terasa penuh sebelum menyusui, justru akan menurunkan kadar prolaktin mereka. Inilah sebabnya Ibu yang paling sering mengeluarkan ASI akan menghasilkan ASI paling banyak.
Fakta: Bahkan, pompa ASI elektrik ganda tingkat rumah sakit tidak dapat mengosongkan payudara
Karena hormon pembuat ASI memuncak selama pengeluaran ASI (menyusui, memompa, atau pemijatan tangan), tubuh akan selalu memproduksi lebih banyak ASI setiap kali ibu memompa.
Artikel terkait: 7 Cara Mengobati Puting Lecet Saat Menyusui yang Bisa Bunda Lakukan
Penyebab Payudara Kosong
Mengacu hal di atas, payudara kosong sebenarnya hanya perasaan Bunda semata. ASI tetap diproduksi oleh kelenjar di payudara selama Bunda masih aktif menyusui atau belum menginjak tahap penyapihan.
Payudara kosong yang Bunda rasakan mungkin sebenarnya adalah payudara yang tidak terisi sepenuh biasanya saja. Hal ini terkait langsung dengan penyebab produksi ASI Bunda yang berkurang, dan bukan habis.
Inilah beberapa faktor penyebab produksi ASI di payudara Bunda tidak sebanyak biasanya, sebagaimana dijelaskan oleh laman kesehatan Very Well Family:
Bunda Kurang Istirahat
Pulih dari melahirkan, tuntutan menjadi ibu, dan menyusui bayi yang baru lahir bisa melelahkan. Kelelahan pascapersalinan dan kekurangan energi dapat mengganggu kegiatan menyusui, dan itu adalah salah satu penyebab umum rendahnya suplai ASI.
Infeksi atau Anemia
Infeksi atau kondisi kesehatan lainnya seperti fungsi tiroid yang rendah (hipotiroidisme) dan anemia juga dapat menyebabkan tubuh menghasilkan lebih sedikit ASI.
Mengalami Stres
Stres fisik, emosional, dan psikologis dapat mengurangi suplai ASI. Penyebab lain stres seperti kecemasan, rasa sakit, kesulitan keuangan, dan masalah hubungan juga dapat mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.
Bunda Hamil Lagi
Jika Bunda hamil lagi saat masih menyusui, hormon kehamilan baru dapat menyebabkan penurunan suplai ASI.
Ketahuilah bahwa tidak banyak yang dapat dilakukan untuk meningkatkan suplai ASI saat hamil. Pertimbangkan untuk melengkapi dengan susu formula jika si kecil berusia di bawah satu tahun. Anak-anak di atas satu tahun yang mendapatkan lebih banyak nutrisi dari makanan padat mungkin tidak memerlukan susu tambahan.
Bicaralah dengan dokter anak tentang apa yang dibutuhkan si kecil yang sedang menyusui.
Konsumsi Herbal Terlalu Banyak
Apa yang Bunda makan dapat memengaruhi kesehatan secara keseluruhan dan suplai ASI. Herbal tertentu memiliki efek negatif pada produksi susu sementara beberapa makanan dapat memiliki dampak positif.
Mengonsumsi Terlalu Banyak Kafein
Soda berkafein, kopi, teh, dan cokelat boleh dikonsumsi dalam jumlah sedang. Namun, sejumlah besar kafein dapat membuat tubuh dehidrasi dan menurunkan produksi ASI. Terlalu banyak kafein juga dapat memengaruhi bayi yang menyusui.
Beberapa kafein yang dikonsumsi akan diteruskan ke bayi melalui ASI, yang kemudian dapat menumpuk di tubuh anak yang menyebabkan rewel dan masalah tidur.
Merokok
Merokok dapat mengganggu pelepasan oksitosin dalam tubuh. Sementara itu, oksitosin adalah hormon penting yang merangsang refleks let-down. Refleks let-down melepaskan ASI dari payudara. Jika ASI tidak dikeluarkan, ASI tidak akan mengalir keluar dari payudara.
Minum Alkohol
Alkohol, seperti halnya merokok, dapat menghalangi refleks let-down. Alkohol tidak hanya dapat mengurangi suplai ASI, tetapi alkohol berlebih dapat memengaruhi kemampuan untuk memenuhi kebutuhan si kecil. Alkohol juga masuk ke dalam ASI yang dapat membuat bayi berisiko mengalami keterlambatan perkembangan.
Mengkonsumsi Obat-Obatan Tertentu
Beberapa obat resep dan obat bebas dapat mengganggu refleks let-down dan produksi ASI. Ketahuilah bahwa banyak obat flu, sinus, dan alergi (seperti Sudafed, Advil Cold, atau Claritin-D) mengandung dekongestan yang disebut pseudoephedrine, yang dapat mengeringkan suplai ASI Anda. Beri tahu dokter bahwa Bunda sedang menyusui sebelum mereka meresepkan obat apa pun.
Minum Pil KB
Jika sudah mulai minum pil KB untuk mencegah kehamilan lagi, itu juga bisa memengaruhi suplai ASI. Beberapa bentuk pengendalian kelahiran mengandung estrogen, hormon yang dapat menyebabkan penurunan produksi ASI
Artikel terkait: Payudara sakit selama menyusui, 6 penyebab dan solusinya
Tanda-Tanda Payudara Kosong
Apa tandanya suplai ASI berkurang? Sebagaimana dikutip laman kesehatan Healthline, beberapa tanda produksi ASI menurun dan bayi tidak mendapatkan cukup ASI saat mereka menyusu, meliputi:
• Tidak memproduksi cukup popok basah/kotor setiap hari.
• Si kecil mengalami masalah berat badan.
• Si kecil menunjukkan tanda-tanda dehidrasi.
Hal yang Bunda Bisa Lakukan Jika Merasa Payudara Kosong
Dengan memahami apa yang dapat mengganggu suplai ASI, Bunda mungkin dapat membuat beberapa perubahan pada rutinitas harian dan mulai meningkatkan produksi ASI Bunda sekali lagi.
Lantas, apa yang dapat Bunda lakukan untuk meningkatkan suplai ASI?
Ketika berbicara tentang suplai ASI, ingatlah aturan penting dari suplai dan permintaan: Semakin banyak ASI yang diminta dari payudara, semakin banyak ASI yang akan mereka suplai!
Jika suplai ASI berkurang dan Bunda ingin mencoba mengembalikannya ke posisi semula atau bahkan lebih tinggi, ada beberapa cara untuk mewujudkannya:
Pijat Payudara Bunda
Untuk memaksimalkan suplai ASI, pijat payudara sebelum dan selama menyusui.
Lakukan Kombinasi Menyusui, Ekspresi Tangan, dan Memompa
Setelah Anda selesai menyusui, pastikan payudara terkuras sepenuhnya dengan memompa atau memeras sisa ASI dengan tangan. (Dan jangan lupa untuk melakukan pemompaan langsung. Ini akan membantu mengeluarkan lebih banyak susu saat Bunda memompa!).
Lakukan Power Pumping
Power pumping adalah memompa lebih sering dalam jangka waktu yang ditentukan setiap hari sehingga tubuh meningkatkan suplai ASI secara alami. Power pumping pada dasarnya tidak menggantikan jadwal rutin pompa Bunda. Sebaliknya, power pumping dilakukan di sela-sela jadwal rutin pumping biasa.
Konsumsi ASI Booster
ASI Booster merupakan asupan nutrisi terpraktis jika Bunda lelah dan tidak sempat menyiapkan makanan sendiri di awal masa mengurus buah hati. Sebab, ASI Booster mengandung makanan super laktogenik yang bisa membantu meningkatkan produksi dan kekentalan ASI Bunda.
Berikut adalah rekomendasi ASI booster alami yang patut dicoba dari Mama’s Choice:
1. Mama’s Choice Almond Milk Powder
Mama’s Choice Almond Powder merupakan ASI booster susu almond pertama dengan kombinasi kandungan fenugreek & DHA yang baik untuk otak bayi. Hadir dalam 2 rasa yang lezat, yakni cokelat dan matcha untuk meningkatkan hormon oksitosin Bunda yang sedang menyusui. Tak hanya almond, ASI booster ini juga mengandung kurma, daun katuk, serta kedelai yang telah dipercaya bisa menambah produksi dan nutrisi ASI. 4 dari 5 ibu menyusui merasakan ASI lebih deras dan kental sejak konsumsi pertama.
2. Mama’s Choice Breastfeeding Support
Suplemen ini 100% alami dan vegan, dengan kandungan daun katuk, fenugreek, kurma, dan kedelai sehingga kaya akan protein dan vitamin E untuk stimulasi kelenjar payudara. Bunda dapat mengonsumsinya 1-2 kapsul 2 kali sehari. 8 dari 10 ibu menyusui merasakan ASI lebih deras dengan konsumsi rutin.
Demikian hal-hal yang perlu Bunda pahami terkait payudara kosong dan penyebab produksi ASI berkurang. Semoga bermanfaat.
***
Baca juga:
id.theasianparent.com/11-alasan-mengapa-menyusui-itu-sangat-luar-biasa
id.theasianparent.com/mengobati-puting-lecet
Cara Memompa ASI dengan Teknik Power Pumping, Cocok untuk Ibu Bekerja
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.