Air ketuban rembes atau bocor sebelum waktunya patut menjadi perhatian khusus ibu hamil. Sebab, kondisi ini bisa mengindikasikan adanya tanda bahaya pada kehamilan Bunda.
Seperti yang sudah diketahui, air ketuban adalah cairan pelindung janin selama di dalam rahim. Cairan ini berfungsi untuk menjaga kestabilan suhu di dalam rahim agar janin merasa nyaman, serta menunjang perkembangan organ janin.
Air ketuban bisa saja merembes atau bocor. Sayangnya, beberapa ibu hamil merasa sulit membedakan cairan yang keluar dari vagina, apakah cairan tersebut merupakan air ketuban yang merembes atau cairan lainnya seperti urine.
Ketuban pecah dini biasanya disebabkan oleh kontraksi rahim yang melemahkan selaput ketuban. Hal ini sering terjadi tanpa faktor risiko atau penyebab yang jelas.
Beberapa perempuan berisiko lebih tinggi mengalami ketuban pecah dini daripada yang lain. Beberapa penyebabnya adalah:
- Memiliki PPROM pada kehamilan sebelumnya
- Merokok selama kehamilan
- Mengalami perdarahan vagina selama trimester kedua dan ketiga
- Memiliki infeksi pada rahim, leher rahim, atau vagina, atau cairan ketuban
- Kurang berat badan (memiliki BMI rendah) dengan gizi buruk
- Memiliki panjang serviks yang pendek
- Menggunakan obat-obatan terlarang.
Oleh karena itu, Bunda perlu mengenali ciri-ciri air ketuban rembes dan perbedaannya dengan urine yang keluar dari vagina.
Artikel Terkait: Air ketuban sedikit saat hamil, waspadai bayi alami cacat lahir
Perbedaan Air Ketuban dan Cairan Vagina Lainnya
Gambar: Freepik
Ada beberapa ciri khusus yang membedakan antara air ketuban, urine, dan cairan vagina lainnya.
Biasanya, air ketuban berwarna bening atau terkadang terlihat kekuningan.
Jika air ketuban rembes, maka akan meninggalkan bercak bintik-bintik putih di pakaian dalam, bisa disertai lendir atau sedikit darah, tetapi tidak berbau. Sedangkan urine, memiliki bau yang khas.
Sementara itu, untuk cairan vagina lainnya, seperti keputihan, biasanya ditandai dengan cairan yang berwarna putih atau kekuningan. Teksturnya juga kental, tidak cair seperti air ketuban.
Ciri-ciri Air Ketuban Rembes
Gambar: iStockphoto
Usia kandungan dikatakan cukup bulan bila sudah mencapai 37-40 minggu. Pada masa seperti ini, air ketuban akan merembes dan ini adalah kondisi normal, karena sebagai tanda persalinan semakin dekat.
Ada beberapa hal yang menjadi tanda dari bocornya air ketuban. Hal ini bisa dilihat dari:
1. Warna Jernih
Cairan ketuban umumnya jernih, sedangkan urine cenderung berwarna lebih kuning dan mengeluarkan lebih banyak warna putih keruh.
Jika Bunda melihat tetesan terus menerus atau bahkan sedikit cairan bening, kemungkinan besar itu adalah cairan ketuban yang bocor.
Namun, jika cairan tersebut berwarna hijau atau kuning kecokelatan, memiliki tekstur yang kental, berbau busuk, serta diiringi dengan seringnya Bunda buang air kecil, juga demam, ini bisa menjadi tanda gawat janin.
2. Tidak Bau
Cairan ketuban tidak berbau, sedangkan urine berbau seperti amonia. Jika yang Bunda alami tidak berbau, semua tanda mengarah ke cairan ketuban.
3. Cairan Keluar Terus Menerus
Apakah cairan yang muncul keluar terus menerus? Apakah itu memenuhi pantyliner dalam beberapa jam? Jika demikian, itu tandanya cairan ketuban Bunda bocor.
4. Tidak Nyeri
Cairan ketuban yang merembes biasanya tidak disertai rasa sakit atau nyeri. Hal ini terjadi secara spontan.
Kendati demikian, setelah cairan ketuban pecah, ibu hamil biasanya mengalami kontraksi, mulas, pegal di beberapa area tubuh, atau ketidaknyamanan.
5. Perut Kencang
Sebelum kontraksi dimulai, ibu hamil mungkin akan mengalami tekanan yang cukup kuat di perut bagian bawah. Semakin lama, tekanan di perut semakin kencang hingga dapat menyebabkan adanya rembesan air ketuban.
6. Darah atau Lendir
Cairan ketuban tidak berbau dan jernih, meskipun terkadang diwarnai dengan darah atau lendir.
Jika Bunda melihat cairan keluar dari jalan rahim disertai flek lendir atau darah, segera hubungi dokter. Bisa jadi itu adalah tanda bayi segera lahir.
7. Mendekati HPL
Umumnya, ibu hamil akan mengalami ketuban rembes mendekati hari perkiraan lahir (HPL).
Hal ini biasa terjadi pada usia kehamilan 37 minggu. Akan tetapi, jika air ketuban merembes sebelum usia kehamilan 37 minggu (ketuban pecah dini), kondisi ini bisa jadi pertanda bahaya bagi kandungan Bunda.
Apalagi, jika air ketuban yang keluar terasa banyak, serta terjadi secara terus-menerus.
Air ketuban rembes dengan gejala-gejala tersebut bisa menandakan adanya infeksi, gangguan pada janin di dalam kandungan, hingga ketuban pecah dini.
Jika Bunda mengalaminya, segera temui dokter. Jangan menundanya agar tidak semakin berbahaya.
Artikel Terkait: Air ketuban sedikit? Segera lakukan 5 langkah ini, Bun!
Bahaya Air Ketuban Rembes Sebelum Waktunya
Gambar: iStockphoto
Air ketuban yang merembes sebelum waktunya bersalin tidak bisa dianggap sepele, Bun.
Meski sedikit, tapi jika dibiarkan saja, maka jumlah air ketuban yang melindungi si kecil di dalam kandungan Bunda bisa berkurang.
Tidak hanya itu, kondisi air ketuban merembes tanpa kontraksi juga akan mengakibatkan tali pusar terjepit dan melilit di leher bayi. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya oksigen ke janin dan meningkatkan perlunya operasi caesar.
Adapun beberapa bahaya air ketuban rembes berdasarkan trimester yang wajib bumil ketahui, yaitu:
Trimester Pertama dan Kedua
Jika Bunda mengalami kehilangan banyak air ketuban di trimester pertama dan kedua, maka ada banyak risiko yang dapat terjadi seperti: keguguran, bayi lahir prematur, bayi mengalami cacat bawaan lahir, hingga lahir mati.
Trimester Ketiga
Sementara itu, jika Bunda kehilangan air ketuban dalam jumlah besar di trimester ketiga, maka akan menyebabkan Bunda mengalami kesulitan selama proses persalinan.
Sebab, saat kekurangan air ketuban, tali pusar bisa terjepit dan melilit leher janin, sehingga aliran oksigen ke janin bisa berkurang.
Selain itu, air ketuban rembes dalam jumlah yang banyak juga bisa meningkatkan risiko operasi caesar.
Ketuban pecah dini juga biasanya dapat dikelola tanpa menimbulkan masalah serius bagi ibu hamil atau bayi, tetapi kemungkinan komplikasi meliputi:
- Kompresi tali pusat, jika tidak dikelilingi oleh cairan ketuban yang cukup
- Infeksi plasenta
- Solusio plasenta
- Infeksi postpartum.
Risiko tertinggi ketuban pecah dini berasal dari melahirkan bayi secara prematur. Jika Bunda menderita ketuban pecah dini, Anda juga berisiko lebih tinggi mengalami bayi sungsang atau posisi melahirkan abnormal lainnya.
Faktor Penyebab Air Ketuban Rembes yang Patut Bumil Waspadai
Faktor penyebab air ketuban rembes dapat berbeda-beda untuk setiap ibu hamil, tergantung kondisinya.
Namun, beberapa hal umum di bawah ini bisa meningkatkan risiko air ketuban rembes terlalu awal:
- Pernah mengalami persalinan prematur pada kehamilan sebelumnya
- Pernah menjalani operasi atau tindakan medis pada leher rahim
- Adanya perdarahan vagina di trimester kedua dan ketiga
- Memiliki kelainan bentuk rahim atau leher rahim pendek
- Menderita infeksi seksual menular atau infeksi saluran kemih
- Mengandung janin kembar
- Memiliki gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, jarang berolahraga serta mengonsumsi makanan yang tak bergizi.
Artikel Terkait: Air ketuban merembes, waspadai bahayanya pada ibu hamil
Kapan Harus Menghubungi Dokter?
Beri tahu dokter atau penyedia layanan kesehatan sesegera mungkin, jika ketuban pecah atau bocor kapan saja selama kehamilan.
Ceritakan kronologi kapan mulai bocor, apa warnanya, bagaimana baunya, dan kondisi yg terjadi saat itu. Bunda harus memperhatikan juga warna cairan untuk memberi tahu dokter.
Hubungi dokter Anda segera jika cairan Anda tampak berwarna hijau atau kuning kecokelatan. Ini dapat mengindikasikan bayi Anda telah buang air besar di dalam rahim, yang dapat menyebabkan komplikasi pernapasan saat mereka lahir.
Untuk menghindari masuknya bakteri ke dalam vagina saat ketuban rembes, jangan gunakan tampon atau douche. Jangan pula berhubungan seks sebelum menemui dokter atau bidan.
Apabila jumlah air ketuban rembes banyak, sehingga berpotensi mengancam kehamilan Bunda, dokter mungkin akan menyarankan Bunda untuk segera melakukan persalinan. Tujuannya adalah mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berbahaya lagi.
Apa yang Harus Dijalani Setelah Ketuban Rembes?
Dokter atau bidan mungkin mengonfirmasi cairan ketuban dengan mengujinya. Ada beberapa metode untuk menguji cairan ketuban. Semua tes melibatkan pemeriksaan spekulum steril:
1. Mengumpulkan Sampel
Dokter akan memasukkan spekulum dan melihat serviks. Cairan akan keluar dari serviks dan menggenang di dalam spekulum.
2. Tes pH
Ini menguji tingkat asam cairan. Cairan ketuban memiliki pH lebih tinggi dari cairan vagina normal.
3. Uji Menggunakan Mikroskop
Cairan ketuban, setelah kering, akan memiliki pola daun pakis di bawah mikroskop.
4. Tes pewarna
Jika dokter mengira Bunda mengalami bocor cairan ketuban tetapi semua tes lain tidak meyakinkan, ia mungkin menyuntikkan pewarna biru ke dalam kantung ketuban dan meminta Anda memakai pembalut.
Jika pewarna muncul di pembalut, itu berarti Bunda mengeluarkan cairan ketuban. Tes ini jarang perlu dilakukan.
5. USG
Untuk melihat berapa banyak cairan ketuban yang mengelilingi bayi, dokter mungkin juga melakukan USG.
Itulah beberapa hal yang harus dilakukan jika Bunda melihat adanya tanda-tanda ketuban rembes. Namun, jika disertai dengan beberapa gejala serius, segera hubungi dokter untuk mendapat perawatan medis.
Semoga bermanfaat!
***
Artikel telah diupdate oleh: Nikita Ferdiaz
Baca Juga:
Waspada air ketuban pecah dini sebelum HPL, ini bahayanya!
Air ketuban Asri Welas masih sedikit jelang persalinan, apa penyebabnya?
Berisiko ancam jiwa ibu dan bayi, waspadai terjadinya emboli air ketuban
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.