Anak suka sekali susu, tetapi setiap kali habis meminumnya ia merasa mual, mengalami diare, dan terkadang muntah. Sebenarnya apa yang terjadi pada si kecil, ya? Coba periksakan ke dokter, bisa jadi anak mengalami kondisi intoleransi laktosa.
Berikut ini penjelasan mengenai hal ini dan cara mengatasinya.
Apa Itu Intoleransi Laktosa?
Anak yang intoleransi dengan laktosa tidak dapat sepenuhnya mencerna gula (laktosa) yang terdapat dalam susu. Akibatnya, ia akan mengalami diare, mual dan terkadang muntah, peningkatan gas, serta kembung setelah minum produk susu. Bukan hanya gangguan saluran pencernaan, alergi susu juga dapat menimbulkan reaksi atau gejala lainnya, seperti ruam kemerahan yang terasa gatal dan sesak napas.
Kondisi ini juga disebut dengan istilah malabsorpsi laktosa. Memang tidak berbahaya, tetapi gejalanya bisa membuat anak tidak nyaman.
“Mungkin sulit untuk mengetahui apakah bayi atau anak Anda mengalami gejala intoleransi laktosa atau memiliki alergi susu. Yang jelas, kedua kondisi tersebut membuat tubuh tidak bisa mendapatkan nutrisi penting yang dimiliki susu dan produk olahannya seperti kalsium, vitamin A, B12, dan vitamin D.
Nutrisi lainnya seperti protein pada susu dan produk olahan susupun merupakan sumber nutrisi yang esensial bagi pertumbuhan anak,” jelas dokter umum dr. Adam Prabata dalam rilis “Susu UHT Cimory Bebas Laktosa Untuk Kecukupan Gizi Anak Yang Tidak Toleran Laktosa”, (03/2022).
Menurut dr. Adam merujuk pada data yang disebutkan National Institute of Diabetes dan Digestive and Kidney Disease (2014), gejala intoleransi laktosa yang terus berulang, bisa berdampak terhadap pertumbuhan anak dan menyebabkan kurang gizi.
Artikel terkait: 3 Keunggulan Susu Bebas Laktosa dari Susu Sapi Biasa
Penyebab Kondisi Intoleransi Laktosa
Dijelaskan Mayo Clinic, intoleransi laktosa terjadi ketika usus kecil Anda tidak menghasilkan cukup enzim (laktase) untuk mencerna gula susu (laktosa).
Mengapa tubuh anak tidak bisa mencerna gula di dalam susu? Hal ini dikarenakan terlalu sedikitnya enzim (laktase) yang diproduksi di usus kecilnya. Enzim inilah yang bertanggung jawab untuk mencerna gula susu (laktosa).
Umumnya laktase mengubah gula susu menjadi dua jenis gula sederhana, yakni glukosa dan galaktosa, di mana keduanya diserap ke dalam aliran darah melalui lapisan usus. Namun bila anak kekurangan laktase, laktosa dalam makanannya bergerak ke usus besar alih-alih diproses dan diserap. Dan di usus besar, bakteri normal berinteraksi dengan laktosa yang tidak tercerna, dan menyebabkan tanda dan gejala intoleransi terhadap laktosa.
Sebenarnya anak masih dapat mencerna produk susu meski tingkat laktasenya rendah, tetapi jika kadarnya terlalu rendah, tubuhnya menjadi tidak toleran terhadap laktosa dan menyebabkan timbulnya gejala. Oleh karena itu, mau tidak mau, anak dengan gangguan ini, harus mengelola kondisinya dengan menghindari semua makanan dan minuman olahan susu.
Setelah gejala muncul, orang tua wajib mengeliminasi semua produk olahan susu setidaknya selama 2 minggu untuk melihat apakah gejalanya membaik. Setelah itu, secara perlahan-lahan Anda bisa mulai kembali memperkenalkan produk olahan susu dalam jumlah kecil setiap harinya untuk melihat apakah gejalanya kembali.
3 Jenis Intoleransi pada Laktosa
Ada tiga jenis intoleransi laktosa di mana ketiganya dibedakan dengan penyebab defisiensi laktase yang mendasari setiap jenisnya.
1. Intoleransi Laktosa Primer
Ini jenis intoleransi pada laktosa yang paling umum. Awalnya bayi dengan intoleransi laktosa ini hidup dengan produksi lactase yang cukup. Namun, ketika anak bertambah usia dan mulai mengganti ASI dengan makanan lain, jumlah laktase yang dihasilkan tubuhnya turun dan tidak cukup tinggi untuk mencerna jumlah susu pada makanan orang dewasa yang khas.
2. Intoleransi pada Laktosa Sekunder
Jenis intoleransi ini terjadi ketika usus kecil bayi menurunkan produksi laktase setelah mengalami sakit, cedera, atau operasi yang melibatkan usus kecilnya. Misalnya, infeksi usus, penyakit celiac, pertumbuhan bakteri yang berlebihan, atau penyakit Crohn.
3. Bawaan atau Perkembangan
Jenis ini terjadi pada bayi baru lahir yang diwariskan (autosomal resesif) dari ayah atau ibunya. Atau juga terjadi pada bayi prematur yang disebabkan perkembangan tubuhnya dengan tingkat laktase yang tidak mencukupi.
Artikel terkait: Berani Berikan Susu pada Anak Intoleransi Laktosa, Ini Manfaatnya!
Faktor Risiko Penyakit Ini
Dari penjelasan di atas, sudah jelas disebutkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat membuat anak lebih rentan terhadap intoleransi pada laktosa. Di antaranya adalah:
- Pertambahan usia. Muncul pada usia dewasa, jarang terjadi pada bayi dan anak kecil.
- Ras. Masalah ini paling sering terjadi pada keturunan Afrika, Asia, Hispanik, dan Indian Amerika. “95% orang Asia menderita tidak toleransi pada laktosa dan Indonesia tercatat sebagai salah satu negara dengan tingkat intoleransi laktosa tertinggi. Hal ini menandakan tingginya kebutuhan produk susu bebas laktosa,” terang Marketing Manager Susu UHT Cimory Lidwina Tandy.
- Lahir prematur. Bayi yang lahir prematur mungkin mengalami penurunan kadar laktase karena usus kecil tidak mengembangkan sel penghasil laktase sampai akhir trimester ketiga.
- Penyakit yang memengaruhi usus kecil. Masalah usus kecil yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan ini termasuk pertumbuhan bakteri yang berlebihan, penyakit celiac dan penyakit Crohn.
- Perawatan kanker tertentu. Orang menjalani terapi radiasi untuk kanker di bagian perut atau memiliki komplikasi usus akibat kemoterapi, berisiko tidak toleransi terhadap kandungan laktosa.
Artikel terkait: 5 Jenis Susu Nabati Pengganti Susu Sapi buat Anda yang Alergi Laktosa
Cara Mengatasi Kebutuhan Anak Tanpa Produk Olahan Susu
Berikut ini bahan makanan yang bisa dikonsumsi anak dengan intoleransi pada laktosa menurut dr. Adam:
- Produk bebas laktosa termasuk susu, keju, dan yoghurt yang bebas laktosa. “Cimory beradaptasi dengan perubahan dan tren yang terjadi pada dunia kesehatan anak. Dalam hal ini, Cimory mengeluarkan produk baru yaitu Susu UHT Cimory Bebas Laktosa sebagai solusi mendukung kecukupan gizi anak yang tidak toleran pada laktosa,” terang Presiden Direktur Cimory Farell Sutantio.
- Kalsium. Dapatkan dari sayuran berwarna hijau seperti bayam, brokoli dan kangkung, kacang-kacangan (almond), dan ikan (sarden, salmon).
- Vitamin D. Sesuaikan kebutuhan anak dengan usianya. Misalkan anak usia 0-6 bulan butuh 200 mg kalsium dan 400 IU vitamin D, usia 7-12 bulan butuh 260 mg kalsium dan 400 IU vitamin D, usia 1-3 tahun butuh 700 mg kalsium dan 600 IU vitamin D, dan usia 4-8 tahun butuh 1.000 mg kalsium dan 600 IU vitamin D.
Mudah-mudahan artikel ini bisa membantu Anda dalam mengenali gejala yang ditunjukkan akibat kondisi intoleransi laktosa, ya, Bunda. Jika kondisi anak sudah sangat mengkhawatirkan, segera bawa anak berobat ke fasilitas kesehatan terdekat.
Baca juga:
id.theasianparent.com/gejala-intoleransi-laktosa
3 Tips Jitu Agar Penderita Intoleransi Laktosa Tetap Bisa Minum Susu
Anak mencret sehabis minum susu, apakah ini gejala intoleransi laktosa?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.