Proses Melahirkan Normal, dari Pembukaan hingga Pengeluaran Plasenta

Yuk, kenali tahapan proses melahirkan dari sekarang agar dapat melalui persalinan lancar.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Ketika membicarakan proses melahirkan normal (vaginal birth), semua ibu berharap agar dapat melaluinya dengan lancar dan tidak terlalu menyakitkan.

Beberapa ibu memang cukup beruntung bisa melalui proses melahirkan cepat sehingga tak perlu berlama-lama di rumah sakit menunggu bukaan lengkap.

Bagi ibu baru, pengalaman melahirkan pertama kali tentu membuat cemas. Ditambah lagi, mendengar kisah-kisah bagaimana lama dan menyakitkannya saat sedang merasakan kontraksi.

Bunda yang sudah pernah melahirkan dan sedang menunggu kelahiran anak kedua, ketiga atau bahkan keempat, biasanya lebih santai dan tidak terlalu tegang. Apalagi jika jumlah anaknya banyak, proses melahirkan normal akan terasa mudah saja.

Artikel terkait: Luar Biasa! Ibu ini Melahirkan Secepat Kilat di Dalam Mobil [Video]

Tahapan Proses Melahirkan Normal dari Awal sampai Akhir

Proses melahirkan normal.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Persalinan adalah pengalaman yang unik. Proses melahirkan kadang selesai dalam hitungan jam. Namun, dalam kasus lain, persalinan menguji stamina fisik dan emosional seorang ibu karena membutuhkan proses yang lebih lama dari tahap satu ke tahapan yang lain.

Namun begitu, Bunda dapat bersiap dengan memahami urutan tahapan pada proses persalinan normal.  

Tahapan sebelum melahirkan normal disebut juga dengan kala 1. Tahap kala 1 ini dibagi menjadi 3 fase, yakni fase awal, aktif, dan transisi. Sementara itu, proses melahirkan normal disebut sebagai kala 2, yakni ketika leher rahim terbuka sempurna sebesar 10 cm. Berikut ini penjelasan selengkapnya:

1. Kala 1: Tahap Pelebaran dan Pembukaan Serviks (Mulut Rahim)

Tahap pertama persalinan terjadi ketika Bunda mulai merasakan kontraksi yang teratur. Kontraksi ini menjadi lebih kuat, lebih teratur dan lebih sering dari waktu ke waktu. Mereka menyebabkan serviks terbuka (membesar) dan melunak serta memendek dan menipis (efface) untuk memungkinkan bayi Anda pindah ke jalan lahir.

Tahap ini kerap kita istilahkan dengan ‘pembukaan satu, dua, tiga, empat dan seterusnya’.

Tahap pertama adalah yang terpanjang dibanding 2 tahap lainnya. Tahapan ini terdiri dari 3 fase, yaitu fase awal, fase aktif, dan fase transisi. Berikut detail penjelasan selengkapnya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan
  • Fase Awal

Di tahap awal, serviks ibu hamil akan melebar dan menipis. Bunda mungkin akan merasakan kontraksi ringan dan tidak teratur.

Sebagaimana dijelaskan laman Mayo Clinic, saat serviks mulai terbuka, Bunda mungkin melihat cairan berwarna merah muda bening atau sedikit berdarah dari vagina. Ini adalah sumbat lendir dari pembukaan serviks.

Berapa lama tahap awal atau sesi pembukaan dalam melahirkan berlangsung? Tahap awal ini tidak dapat diprediksi dan bisa berbeda dari satu ibu hamil dengan yang lain. 

Untuk ibu yang baru pertama kali hamil, panjang pembukaan 1 ke selanjutnya bahkan bisa bervariasi dari jam ke hari.

Apa yang dapat Bunda lakukan? Bagi banyak ibu hamil, kontraksi mungkin akan terjadi lebih intens. Untuk meningkatkan kenyamanan selama pembukaan serviks ini, Bunda bisa melakukan:

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Jika kehamilan bukan termasuk yang mempunyai masalah khusus, Bunda mungkin bisa menghabiskan sebagian besar waktu persalinan awal Anda di rumah sampai intensitas kontraksi mulai meningkat dan lebih sering.

Dokter kandungan akan menginstruksikan kapan harus pergi ke rumah sakit atau pusat bersalin. Jika air ketuban pecah atau Bunda mengalami pendarahan vagina yang signifikan, segera hubungi dokter atau layanan gawat darurat.

  • Fase Aktif

Selama fase persalinan aktif, serviks akan melebar dari 4 sentimeter (cm) menjadi 10 cm. Kontraksi akan menjadi lebih kuat, lebih rapat dan teratur. Kaki Bunda  mungkin kram, dan Anda mungkin merasa mual. Bunda mungkin merasakan ketuban pecah atau juga akan mengalami peningkatan tekanan di punggung. Jika Bunda belum berada di rumah sakit bersalin, sekaranglah waktunya.

Jangan kaget jika ketidaknyamanan semakin meningkat di fase aktif ini.

Mintalah obat pereda nyeri atau anestesi jika Bunda menginginkannya. Dokter dan perawat akan membuat pilihan terbaik bagi Bunda dan bayi. Ingat, Bundalah satu-satunya yang dapat menilai kebutuhan akan obat penghilang rasa sakit.

Berapa lama fase aktif ini berlangsung?

Persalinan aktif sering berlangsung 6 hingga 8 jam atau lebih. Rata-rata, serviks akan melebar sekitar 1 cm per jam.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Apa yang dapat Bunda lakukan? Mayo Clinic menyarankan, di fase ini penting untuk meminta dukungan kepada pasangan atau saudara pendamping untuk menguatkan Bunda. 

Cobalah teknik pernapasan dan relaksasi untuk meredakan ketidaknyamanan. Gunakan apa yang Bunda pelajari di kelas melahirkan atau mintalah saran dari tim perawatan kesehatan.

  • Fase Transisi

Bagian terakhir dari persalinan aktif disebut sebagai fase transisi. Fase transisi ini bisa sangat intens dan menyakitkan.

Kontraksi akan datang berdekatan dan dapat berlangsung selama 60 hingga 90 detik. Anda akan mengalami tekanan di punggung bawah dan rektum. 

Jika Bunda ingin mengejan tetapi belum sepenuhnya melebar, dokter dan perawat biasanya akan meminta Bunda untuk menahannya. Mengejan terlalu cepat bisa membuat Bunda lelah dan menyebabkan leher rahim membengkak, yang mungkin justru akan menunda persalinan. 

Fase transisi biasanya berlangsung 30 hingga 60 menit.

2. Kala 2: Tahapan Mengejan atau Proses Mengeluarkan Janin

Tahap kedua persalinan adalah tahapan Bunda mengejan dan mengeluarkan janin dari perut. 

Berapa lama tahapan mengejan ini berlangsung? Diperlukan beberapa menit hingga satu jam atau lebih untuk mendorong bayi Bunda terlahir. Mungkin perlu waktu lebih lama untuk ibu yang baru pertama kali melahirkan, demikian dikutip Mayo Clinic.

Apa yang dapat Bunda lakukan di tahapan ini? Dorong! Dokter dan perawat akan meminta Bunda untuk mengejan. Mereka akan memberi tahu kapan harus mengejan. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Saat tiba waktunya untuk mendorong, Bunda dapat bereksperimen dengan berbagai posisi hingga menemukan posisi yang paling sesuai. Bunda dapat mendorong sambil jongkok, duduk, berlutut.

Pada titik tertentu, Bunda mungkin diminta untuk mendorong lebih lembut — atau tidak mengejan sama sekali. Hal ini bertujuan untuk memberikan waktu jaringan vagina agar tidak robek. 

Setelah kepala bayi Anda lahir, bagian tubuh bayi lainnya akan segera menyusul. Jalan napas bayi akan dibersihkan jika perlu.

Jika Anda melahirkan tanpa komplikasi, penyedia layanan kesehatan Anda mungkin menunggu beberapa detik hingga beberapa menit sebelum tali pusar dipotong. Menunda penjepitan dan pemotongan tali pusat setelah melahirkan meningkatkan aliran darah yang kaya nutrisi dari tali pusat dan plasenta ke bayi. Ini meningkatkan simpanan zat besi bayi dan mengurangi risiko anemia, mendorong perkembangan dan pertumbuhan yang sehat.

3. Kala 3: Tahap Pengeluaran Plasenta 

Setelah bayi lahir, Bunda mungkin akan merasa sangat lega. Bunda akan menggendong bayi di lengan atau perut.

Namun, masih ada yang perlu dilakukan. Selama tahap ketiga persalinan, Bunda akan melalui tahap pengeluaran plasenta.

Berapa lama tahap ‘pelahiran’ plasenta ini berlangsung:

Plasenta biasanya lahir dalam 15 hingga 30 menit.

Apa yang dapat Anda lakukan:

Tenang! Sekarang fokus Bunda kemungkinan telah beralih ke bayi. Bunda mungkin tidak menyadari apa yang terjadi di sekitar. Jika Anda mau, cobalah menyusui bayi.

Bunda akan terus mengalami kontraksi ringan dan tidak terlalu menyakitkan yang berdekatan. Kontraksi membantu memindahkan plasenta ke jalan lahir. Anda akan diminta untuk mendorong dengan lembut sekali lagi untuk melahirkan plasenta. Anda mungkin diberikan obat sebelum atau setelah plasenta lahir untuk mendorong kontraksi rahim dan meminimalkan perdarahan.

Dokter dan perawat akan memeriksa plasenta untuk memastikannya utuh. Fragmen yang tersisa harus dikeluarkan dari rahim untuk mencegah perdarahan dan infeksi. 

Setelah melahirkan plasenta, rahim akan terus berkontraksi untuk membantunya kembali ke ukuran normal.

Perawat mungkin memijat perut Bunda. Ini dapat membantu rahim berkontraksi untuk mengurangi pendarahan.

Dokter juga akan menentukan apakah Anda perlu memperbaiki robekan di daerah vagina atau tidak. Anda mungkin akan menerima suntikan anestesi lokal di area vagina yang akan dijahit.

Nikmati waktu spesial ini bersama bayi Anda. Rasa sakit dan usaha Anda telah membuahkan hasil. Nikmati keajaiban kelahiran yang telah Bunda alami!

Berapa Lama Proses Melahirkan Secara Normal?

Proses kelahiran normal pada ibu hamil biasanya terjadi pada minggu 37 hingga 42. Rata-rata, tahapan persalinan normal dari awal hingga akhir pelepasan plasenta membutuhkan waktu sekitar 12-24 jam. Apabila Bunda sebelumnya pernah melahirkan normal, maka prosesnya pun akan lebih singkat.

Syarat Melahirkan Normal

Semua ibu hamil secara umum bisa melahirkan normal (disebut juga persalinan pervaginam). Namun, ada beberapa kasus ketika persalinan caesar harus direncanakan sebelumnya jika ada bukti medis yang cukup bahwa persalinan alami tidak mungkin dilakukan. Berikut syarat dapat melahirkan normal, sebagaimana dijelaskan laman kesehatan Doc Doc.

1. Tidak Ada Riwayat Persalinan Caesar Sebelumnya

Meskipun persalinan pervaginam dapat dilakukan bahkan setelah operasi caesar sebelumnya (VBAC), ini mungkin bukan pilihan bagi sebagian ibu hamil karena risiko sayatan rahim dapat luka dengan persalinan pervaginam. 

2. Kepala dan Tubuh Bayi Tidak Terlalu Besar

Syarat selanjutnya adalah ibu hamil tidak mengalami cephalopelvic disproportion (CPD), yaitu istilah medis untuk menggambarkan kondisi di mana kepala atau tubuh bayi terlalu besar untuk melewati struktur panggul ibu dengan aman. Jadi, jika ibu ingin melahirkan normal, sangat penting untuk mengontrol berat badan janin selama kehamilan.

3. Bukan Kehamilan Ganda atau Kembar

Kehamilan bayi kembar akan meningkatkan risiko persalinan. Maka itu, biasanya kehamilan kembar kerap dianjurkan untuk melahirkan caesar. 

4. Ibu Hamil Tidak Mengalami Plasenta Previa

Plasenta previa adalah suatu kondisi di mana plasenta menempel sangat rendah di dinding rahim sehingga bayi tidak dapat keluar melalui serviks.

Jika kondisi ini terjadi, biasanya dokter tidak merekomendasikan Bunda melahirkan normal dan harus melalui persalinan caesar.

5. Janin Tidak Sungsang

Ibu hamil bisa melahirkan normal jika janin tidak sungsang, yaitu jika posisi bayi sudah normal, kepala berada di bagian bawah (dekat dengan mulut rahim). 

Tips agar Melahirkan Normal Lancar dan Cepat

1. Tetap Bugar dan Sehat

Tekoa King, seorang bidan bersertifikat sekaligus profesor kebidanan dan ginekologi dari University of California, San Fransisco (UCSF) mengatakan bahwa jika ibu hamil tetap memiliki tubuh sehat dan bugar, ia cenderung memiliki waktu lahiran yang lebih singkat.

“Kebugaran meningkatkan daya tahan tubuh. Jika tubuh Anda cenderung lebih toleransi terhadap proses persalinan, Anda cenderung tidak memerlukan intervensi medis,” ujar Tekoa.

Cobalah untuk rutin berjalan kaki, berenang, atau melakukan senam kehamilan. Namun, tentu saja, sebelumnya Bunda wajib bertanya dulu pada bidan atau dokter kandungan.

2. Ikut Kelas Melahirkan

Membiasakan diri dengan kelas persalinan akan membantu mengurangi kecemasan Bunda. Coba cari kelas yang tepat yang ada di sekitar Anda dan minta Ayah juga ikut menemani.

Pilih kelas kecil dengan jumlah peserta kurang dari 10 orang, instruktur yang bersertifikasi, serta yang sesuai dengan tujuan Anda.

3. Tentukan Siapa Saja yang Akan Menjadi Support System

Suami tentu saja akan terus berada di sisi Bunda dari sebelum persalinan hingga saat mengurus bayi nantinya. Namun, mungkin Bunda membutuhkan pertolongan tambahan.

Menurut sebuah analisis uji klinis yang diterbitkan oleh American Journal of Obstetrics and Gynecology, wanita hamil yang didukung oleh doula (seorang profesional terlatih yang mendampingi ibu hamil dan melahirkan) memiliki kemungkinan 50% lebih sedikit membutuhkan operasi Caesar dan 30% lebih sedikit membutuhkan obat penghilang rasa sakit.

Didampingi oleh doula juga membuat ibu hamil mengalami persalinan 25% lebih singkat daripada yang tidak didampingi doula. Namun, Bunda tak harus memakai jasa doula.

Support system bisa berupa memilih dokter kandungan yang terpercaya, rumah sakit yang sesuai, atau orang yang akan membantu Anda dan suami dalam mengurus bayi nantinya.

4. Alihkan Perhatian

Untuk Bunda yang baru pertama kali melahirkan, proses persalinan sekitar 12 – 14 jam. Jadi, ketika kontraksi dimulai, cobalah untuk tetap tenang.

Bila Bunda khawatir, cobalah untuk menghitung kontraksi dan tarik napas dalam setiap kali rasa sakit muncul. Alihkan perhatian dengan aktivitas lain, misalnya jalan-jalan, mandi, atau memanggang kue.

Apa pun yang berhasil membuat Bunda rileks akan mempercepat proses persalinan.

5. Pilih Camilan Ringan

Camilan ringan pada tahap awal persalinan saat berada di rumah akan membantu Bunda memiliki energi yang cukup untuk melahirkan. Hindari makanan berlemak maupun makanan yang sulit dicerna karena perut yang terlalu kenyang akan membuat Bunda muntah ketika kontraksi mulai makin intensif.

Kontraksi otot dan pernapasan yang cepat selama proses melahirkan akan membuat Bunda kehilangan banyak cairan. Minum banyak air sebelum persalinan akan membantu persalinan jadi lebih cepat.

6. Mandi

Rasa nyeri karena kontraksi akan membuat otot-otot di sekujur tubuh menjadi tegang dan kaku sehingga akhirnya tubuh menjadi sangat tidak nyaman. Dokter Marcie Richardson, seorang dokter kandungan di Harvard Vanguard Medical Associates, Boston, mengatakan bahwa mandi air hangat dapat mengurangi rasa tidak nyaman tersebut.

Untuk sensasi seperti dipijat, arahkan shower ke bagian punggung maupun pinggang.

7. Pijat

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Touch Research Insitute di University of Miami School of Medicine, ibu hamil yang dipijat oleh suami melaporkan bahwa rasa sakit dan kecemasan akan proses melahirkan berkurang dibanding mereka yang tidak dipijat.

Biarkan suami tahu bagian mana yang butuh dipijat, misalnya area bahu dan leher saat kontraksi awal datang. Lalu, tekanan kuat pada punggung bagian bawah selama tahap kontraksi yang intens.

Bunda juga boleh mengatakan kapan Anda tak ingin disentuh sama sekali.

8. Jangan Berbaring

Tetap tegak saat mulai merasakan kontraksi memungkinkan gravitasi bumi memberi keuntungan saat proses persalinan nanti. Kepala bayi akan menekan leher rahim sehingga terjadi pembukaan.

Coba berbagai posisi – berdiri, berlutut, atau jongkok – dapat mengurasi ketidaknyamanan dan membantu mempercepat persalinan.

9. Tetap Bernapas Teratur

Pernapasan teratur tak hanya membuat Bunda fokus selama kontraksi, tetapi sekaligus membuat Anda rileks.

Selama persalinan, lakukan strategi relaksasi, misalnya tarik napas dalam-dalam, memvisualisasikan tempat favorit, atau mendengarkan musik.

Apa Saja Keuntungan Melahirkan Normal?

Melahirkan normal memiliki beberapa kelebihan, baik untuk Bunda maupun bayi, di antaranya adalah:

  • Periode pemulihan bisa lebih sebentar dibandingan caesar
  • Bisa mulai menyusui lebih awal
  • Risiko mengalami komplikasi pada kehamilan berikutnya lebih kecil
  • Bayi lebih sedikit berisiko mengalami permasalah pernapasan
  • Sistem imun bayi yang lebih baik. 

Efek Samping Melahirkan Normal

Dalam beberapa kasus, melahirkan normal bisa menimbulkan beberapa efek samping. Komplikasi yang kerap terjadi dalam melahirkan normal, baik sewaktu proses, sebelum, dan sesudah:

1. Terjadinya Perdarahan Pospartum

Saat melahirkan normal, Bunda berisiko mengalami perdarahan postpartum atau pendarahan yang terjadi akibat rahim robek setelah melahirkan. 

2. Gagal Saat Proses Melahirkan

Ini terjadi ketika proses persalinan melambat atau berhenti karena serviks tidak melebar. Biasanya, tenaga medis akan memberikan oksitosin untuk merangsang kontraksi dan mempercepat proses melahirkan. 

3. Bayi Terlilit Tali Pusar

Saat melahirkan normal, risiko bayi terlilit tali pusar juga kerap terjadi. Kondisi ini juga bisa berisiko membuat detak jantung bayi melambat. 

4. Robekan Vagina

Melahirkan normal juga bisa menimbulkan vagina robek saat persalinan. Biasanya, robekan yang terjadi berada di area vagina hingga bagian perineum atau area di antara vagina dan anus. 

5. Pospartum Preeklampsia

Pada beberapa kasus, proses melahirkan juga bisa sebabkan kondisi pospartum preeklampsia atau preeklampsia setelah melahirkan. Ini merupakan kondisi tekanan darah tinggi setelah melahirkan. 

Perbedaan Melahirkan Normal dan Spontan

Bunda, persalinan normal berbeda dengan pesalinan spontan, lo. Meski sama-sama melahirkan lewat vagina, tetapi persalinan spontan merupakan proses melahirkan yang berlangsung tanpa menggunakan alat maupun obat tertentu, seperti induksi, vakum, atau metode lainnya. Jadi, prosesnya lebih mengandalkan tenaga Bunda untuk mendorong keluarnya bayi tanpa bantuan apa pun. 

Sementara itu, persalinan normal adalah proses melahirkan melalui vagina yang lebih kepada persentasi belakang kepala. Melahirkan normal juga biasanya dilakukan dengan bantuan induksi maupun vakum, tergantu kondisi ibu dan bayi. Persalinan normal umumnya dilakukan di rumah sakit, meski beberapa ada juga Bunda yang melahirkan di rumah. 

Nah, itulah beberapa tahapan proses persalinan normal atau pervaginam yang perlu Bunda ketahui. Semoga bermanfaat ya, Bun!

***

Artikel telah diupdate oleh: Kalamula Sachi

Baca juga:

9 Tips Persiapan Menjelang Persalinan Normal

7 Langkah untuk Persalinan Lebih Mudah

4 Cara Alami Untuk Merangsang Persalinan