Kekurangan gizi masih menjadi masalah kesehatan yang serius di Indonesia. Jumlah bayi kurang gizi pun masih tinggi.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa masih ada 30,8 persen anak-anak di bawah usia 5 tahun yang mengalami stunting di Tanah Air.
Sementara itu, berdasarkan data UNICEF, hampir setengah dari semua kematian pada anak di bawah 5 tahun disebabkan oleh kekurangan gizi.
Gizi buruk pada 1.000 hari pertama kehidupan anak juga dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat, yang dikaitkan dengan gangguan kemampuan kognitif dan penurunan konsentrasi saat sekolah.
Artikel Terkait: Ahli Gizi, “Sarapan Kurang Serat Bikin Anak Tidak Produktif”
Penyebab Anak Bayi Kurang Gizi
Kekurangan gizi atau malnutrisi dapat terjadi karena berbagai alasan. Beberapa penyebabnya adalah:
Asupan Makanan yang Rendah
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan bahwa malnutrisi adalah satu-satunya ancaman paling berbahaya bagi kesehatan masyarakat global.
Mereka memperkirakan bahwa kekurangan gizi adalah penyebab utama dari 3,1 juta kematian anak setiap tahunnya.
Kekurangan gizi membuat anak lebih rentan terhadap penyakit berat.
Bahkan, malnutrisi kronis atau stunting dapat menyebabkan bayi tumbuh terlalu pendek untuk usia mereka karena mereka tidak mendapat nutrisi yang cukup, menerima perawatan yang tidak memadai atau tinggal di lingkungan yang tidak higienis.
Hal ini dapat menyebabkan dampak yang menghancurkan dan permanen pada kemampuan fisik dan kognitif anak.
Kesehatan Ibu yang Buruk dapat Menyebabkan Bayi Kurang Gizi
Jendela peluang terbesar untuk kesehatan anak terjadi dalam 1.000 hari pertama atau dari awal kehamilan seorang anak berusia 2 tahun.
Ibu yang kekurangan gizi selama kehamilan dapat mengalami komplikasi saat melahirkan.
Banyak anak lahir kecil karena ibu mereka kekurangan gizi. Ibu dengan gizi buruk juga dapat mengalami kesulitan menyusui bayinya.
Menyusui selama enam bulan pertama kehidupan anak memiliki manfaat kesehatan yang berlanjut hingga dewasa.
Namun, jika seorang ibu terlalu kekurangan gizi untuk menyusui, manfaat kesehatan ini tidak dapat diturunkan dan seorang anak dapat berisiko mengalami kekurangan gizi.
Masalah Sosial Ekonomi
Kemiskinan merupakan penyebab utama malnutrisi di negara berkembang.
Sering kali, keluarga yang hidup dalam kemiskinan tidak memiliki akses ke buah-buahan dan sayuran segar.
Banyak komunitas tidak memiliki toko kelontong dengan layanan lengkap yang secara teratur menyediakan produk segar.
Bahkan jika mereka melakukannya, buah-buahan dan sayuran segar bisa mahal.
Ketika buah-buahan dan sayuran segar berada di luar jangkauan anak-anak, mereka dapat mengisi makanan yang lebih murah dan kurang sehat.
Kekurangan gizi kronis menjadi terkonsentrasi di negara-negara dengan sumber daya paling sedikit, di mana 1 dari 3 anak mengalami pertumbuhan yang terhambat.
Menurut data WHO, 9 dari 10 anak stunting, sekitar 139 juta anak, tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah.
Gangguan Pencernaan dan Kondisi Perut
Jika tubuh tidak menyerap nutrisi secara efisien, bahkan diet yang sehat pun tidak dapat mencegah malnutrisi.
Contoh kondisi pencernaan dan perut yang dapat menyebabkan ini termasuk penyakit Crohn, kolitis ulseratif, penyakit celiac, diare persisten, muntah, dan lain sebagainya.
Artikel Terkait: Parents Jangan Lengah! Inilah Ciri Anak yang Kekurangan Gizi
Gejala Bayi Kurang Gizi
Gejala utama malnutrisi atau kurang gizi adalah penurunan berat badan yang tidak diinginkan, meskipun hal ini tidak selalu jelas. Berikut beberapa gejala kurang gizi lainnya:
Penurunan Berat Badan
Kebanyakan bayi kurang gizi akan mengalami penurunan berat badan.
Namun, tidak menutup kemungkinan mereka yang kelebihan berat badan tetap mengalami kekurangan gizi.
Nafsu Makan Berkurang
Kurangnya minat pada makanan dan minuman bisa menjadi salah satu gejala kekurangan gizi pada bayi.
Bayi yang kehilangan nafsu makan dan menolak segala rupa makanan dapat mengalami penurunan berat badan.
Kelelahan
Bayi kurang gizi akan merasa lelah sepanjang waktu dan merasa lebih lemah.
Sering Sakit
Malnutrisi dapat meningkatkan keparahan jika anak terserang penyakit atau infeksi tertentu.
Bahkan, bayi yang sering sakit bisa butuh waktu lama untuk pulih.
Tak hanya itu, jika mengalami luka juga akan butuh waktu lama untuk sembuh.
Penurunan Kognitif
Kekurangan gizi berpengaruh terhadap perkembangan fungsi otak. Bayi kurang gizi dapat mengalami konsentrasi buruk.
Peka Terhadap Cuaca
Anak-anak yang kurang gizi akan lebih sering merasa kedinginan.
Kondisi Mental Menurun Drastis
Suasana hati yang rendah atau depresi dapat terjadi pada bayi yang mengalami kekurangan gizi. Bahkan, mereka dapat mengalami perubahan perilaku, seperti menjadi sangat mudah tersinggung atau cemas.
Temui dokter spesialis anak jika anak memiliki gejala-gejala ini. Jika Anda memerhatikannya pada orang lain, coba dorong mereka untuk mendapatkan bantuan.
Permasalahan yang Terjadi pada Anak Kurang Gizi
Berbagai bentuk malnutrisi atau kekurangan gizi ada bermacam-macam. Tidak hanya kekurangan berat badan, inilah jenis permasalah gizi pada anak.
Kurang gizi
Ada 4 sub-bentuk umum dari kekurangan gizi: wasting, stunting, underweight (kurus), dan defisiensi vitamin dan mineral.
Kekurangan gizi membuat anak-anak khususnya jauh lebih rentan terhadap penyakit dan kematian.
Wasting adalah kondisi di mana berat badan lebih rendah dari tinggi badan. Biasanya menunjukkan penurunan berat badan baru-baru ini dan parah, karena seseorang tidak memiliki cukup makanan untuk dimakan atau mereka memiliki penyakit menular, seperti diare, yang menyebabkan mereka kehilangan berat badan.
Stunting merupakan kondisi ketika tinggi badan yang rendah menurut umur. Ini adalah hasil dari kekurangan gizi kronis atau berulang, biasanya terkait dengan kondisi sosial ekonomi yang buruk, kesehatan dan gizi ibu yang buruk, sering sakit, atau pemberian makan dan perawatan bayi dan anak yang tidak tepat di awal kehidupan. Stunting menghambat anak-anak mencapai potensi fisik dan kognitif mereka.
Kurus adalah kondisi saat anak-anak dengan berat badan rendah pada usianya. Seorang anak yang kekurangan berat badan mungkin terhambat, kurus, atau keduanya.
Sedangkan defisiensi vitamin dan mineral adalah anak-anak yang kekurangan vitamin dan mineral.
Artikel Terkait: Perbedaan Anak Kurus Sehat dengan Kekurangan Gizi, Si Kecil Masuk yang Mana?
Malnutrisi terkait mikronutrien
Kekurangan asupan vitamin dan mineral yang sering disebut sebagai zat gizi mikro, juga bisa dikelompokkan.
Mikronutrien memungkinkan tubuh memproduksi enzim, hormon, dan zat lain yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan yang tepat.
Yodium, vitamin A, dan zat besi adalah yang paling penting dalam istilah kesehatan masyarakat global.
Kekurangan mikronutrien merupakan ancaman besar bagi kesehatan dan perkembangan populasi di seluruh dunia, terutama anak-anak dan ibu hamil di negara-negara berpenghasilan rendah.
Kegemukan dan obesitas
Kegemukan dan obesitas adalah ketika seseorang terlalu berat untuk tinggi badannya.
Penumpukan lemak yang tidak normal atau berlebihan dapat mengganggu kesehatan.
Indeks massa tubuh (BMI) adalah indeks berat badan-untuk-tinggi yang biasa digunakan untuk mengklasifikasikan kelebihan berat badan dan obesitas.
Ini didefinisikan sebagai berat badan seseorang dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badannya dalam meter (kg/m²).
Kegemukan dan obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan antara energi yang dikonsumsi (terlalu banyak) dan energi yang dikeluarkan (terlalu sedikit).
Penyakit tidak menular yang berhubungan dengan diet
Penyakit tidak menular terkait diet termasuk penyakit kardiovaskular (seperti serangan jantung dan stroke, dan sering dikaitkan dengan tekanan darah tinggi), kanker tertentu, dan diabetes.
Pola makan yang tidak sehat dan gizi buruk adalah salah satu faktor risiko utama untuk penyakit ini secara global.
Cara Mengatasi
Pengobatan untuk bayi kurang gizi tergantung pada penyebab yang mendasari dan seberapa malnutrisinya.
Malnutrisi pada anak seringkali disebabkan oleh kondisi kesehatan jangka panjang, yang memerlukan perawatan di rumah sakit.
Namun, hal ini tidak terjadi pada semua anak dengan gizi buruk.
Melansir laman National Health Service, perawatan mungkin melibatkan:
- Perubahan pola makan, seperti makan makanan tinggi energi dan nutrisi
- Dukungan bagi keluarga untuk membantu mereka mengelola faktor-faktor yang memengaruhi asupan gizi anak
- Pengobatan untuk setiap kondisi medis yang mendasari yang menyebabkan malnutrisi
- Suplemen vitamin dan mineral
- Suplemen nutrisi berenergi dan protein tinggi – jika perawatan lain tidak cukup dengan sendirinya.
Anak-anak dengan gizi buruk perlu diberi makan dan direhidrasi dengan sangat hati-hati. Mereka tidak bisa langsung diberikan diet normal.
Mereka biasanya membutuhkan perawatan khusus di rumah sakit. Setelah mereka cukup sehat, mereka secara bertahap dapat mulai makan makanan normal dan melanjutkan ini di rumah.
Sangat penting bahwa pengobatan dipantau secara teratur untuk memastikan itu bekerja. Pengukuran berat badan dan tinggi badan akan dilakukan, dan seorang anak akan dirujuk ke layanan spesialis jika tidak ada perbaikan.
Cara Mencegah
Cara terbaik untuk mencegah kekurangan gizi adalah dengan makan makanan yang sehat dan seimbang. Anak perlu makan berbagai makanan dari kelompok makanan utama, termasuk:
- Perbanyak buah dan sayur
- Perbanyak makanan bertepung seperti roti, nasi, kentang, pasta
- Beberapa makanan susu dan susu atau alternatif non-susu
- Beberapa sumber protein, seperti daging, ikan, telur dan kacang-kacangan.
Bicaralah dengan dokter umum atau spesialis jika anak memiliki masalah kesehatan yang meningkatkan risiko malnutrisi.
Anak mungkin memiliki kebutuhan diet yang lebih kompleks atau perlu mengonsumsi suplemen.
Itulah beberapa fakta terkait bayi kurang gizi. Semoga angka malnutrisi segera berangsur menurun, baik di Indonesia maupun di dunia.
***
Baca Juga:
Anak kurus, benarkah kurang gizi? Mungkin ini penyebabnya!
12 Tanda Anak Kurang Gizi yang perlu Parents waspadai!
Bayinya dibilang kurang gizi, Shandy Aulia beri jawaban menohok
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.