Perawakan anak pendek merupakan salah satu keluhan terbanyak yang menjadi alasan orangtua membawa anaknya ke dokter spesialis. Banyak Parents yang mengkhawatirkan anak mereka yang berpostur pendek termasuk dalam kasus anak stunting yang dikaitkan dengan malnutrisi kronik dan otak yang tidak berkembang. Namun, benarkah semua anak yang berpostur pendek adalah anak stunting?
Perawakan pendek salah satu ciri anak stunting
Sebelumnya, mungkin belum banyak orang yang paham dengan istilah stunting. Stunting sendiri merupakan kondisi seorang anak yang tidak mendapatkan asupan gizi yang baik atau masalah kekurangan gizi kronik pada masa awal pertumbuhannya. Umumnya, anak stunting memang berperawakan lebih pendek dari tinggi badan normal untuk anak seusianya.
Penyebab anak stunting biasanya diawali dengan kadar gizi yang buruk pada ibu saat hamil. Ibu yang memiliki anemia dan berat badan rendah saat hamil juga berisiko melahirkan anak stunting. Selain itu, asupan gizi dan sanitasi yang buruk saat bayi hingga periode emasnya berakhir juga turut memicu terjadinya stunting.
Stunting tentu sangat mengancam masa depan anak. Data Global Nutrition Report 2016 bahkan mencatat bahwa jumlah balita stunting mencapai 36,4 persen dari jumlah seluruh balita di Indonesia.
Stunting identik dengan otak yang kurang berkembang, buruknya kemampuan mental dan kapasitas belajar anak, kekerdilan, serta berisiko penyakit kronik hingga kematian dini.
Apakah semua anak yang berpostur pendek termasuk anak stunting?
Banyak orangtua yang khawatir pada perawakan tubuh anak pendek pada anak. Padahal, tidak semua anak pendek termasuk stunting.
Dalam sebuah forum diskusi yang diadakan bersama Merck, ahli endokrinologi anak, DR. Dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K), FAAP menjelaskan bahwa stunting dan anak pendek memiliki penyebab yang berbeda. Stunting disebabkan oleh malnutrisi kronik dan penyakit kronik, sedangkan postur tubuh anak pendek bisa disebabkan oleh penyakit sistemik lain, seperti masalah hormon atau genetik.
“Jangan sampai kita salah kaprah. Stunting ini filosofinya harus dikaitkan dengan malnutrisi dan kelaparan. Pada anak yang pendek karena kelainan hormon, kelainan tulang, atau genetik itu bukan stunting. Jadi kalau ada anak pendek tetapi dia sehat, cerdas dan berprestasi, tidak ada masalah. Karena itu orangtua harus memerhatikan setiap fase pertumbuhan anaknya,” jelasnya ditemui dalam acara diskusi bersama Merck.
Ia mengimbau para orangtua untuk memantau perkembangan si kecil di fase bayi dan balita dari segala aspek, bukan hanya tinggi badannya saja. Jika pada kurva pertumbuhan ada penurunan, itu juga perlu diwaspadai.
“Tinggi badan itu bukan segalanya, tetapi yang harus dilihat adalah perkembangan milestone-nya dari semua aspek. Jangan terburu-buru menilai anak stunting. Pertumbuhan anak itu ada temponya, ada yang cepat dan ada yang lambat. Setiap anak pun memiliki pola tempo yang berbeda, bahkan dalam satu keluarga. Karena itu, banyak anak yang pendek waktu kecil, tetapi saat masuk masa pubertas, tinggi badannya meningkat pesat,” lanjut Dr. Aman yang juga merupakan Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Cara membedakan anak berpostur pendek dan anak stunting
Untuk memastikannya, Parents bisa memantau perkembangan anak melalui kurva pertumbuhan di buku KMS. Pemantauan harus dilakukan dari segala aspek. Bila pola dan kecepatan pertumbuhan si kecil normal, artinya kesehatan umum anak terbilang baik. Anda juga perlu memantau perkembangan motorik dan kognitif si kecil pada 2 tahun pertama.
Yang perlu dicatat adalah, nutrisi dan stimulasi memang merupakan faktor penting yang menentukan perkembangan anak di masa awal. Malnutrisi menjadi salah satu penyebab utama perawakan pendek, tetapi malnutrisi juga penyebab langsung terjadinya stunting, selain infeksi berulang dan penyakit kronik.
Jadi, poin penting dalam perkembangan anak di masa depan adalah asupan nutrisi yang baik sejak masih di dalam kandungan, serta pemantauan perkembangan anak yang tepat dari segala aspeknya. Diharapkan, semua itu dapat membantu si kecil tumbuh sehat dan cerdas demi masa depannya ya, Bun!
Baca juga:
Perkembangan Bayi Usia 0-3 Bulan yang Tidak Boleh Parents lewatkan!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.