Bagi sebagian orang, istilah hipotonia mungkin masih sangat awam. Hipotonia adalah kondisi otot bayi (dipengaruhi otak dan saraf) sangat lemah.
Bayi hipotonia biasanya akan mengalami masalah dengan perkembangan motorik dan sensorik nya. Berikut ini penjelasan lengkap mengenai bayi hipotonia.
Pengertian Hipotonia pada Bayi
Hipotonia artinya adalah penurunan tonus otot yang buruk. Kadang diistilahkan dengan sindrom otot floppy.
Melansir laman Cleveland Clinic, hipotonia dan kelemahan otot adalah dua hal yang berbeda. Kelemahan otot adalah kurangnya kekuatan pada otot seseorang, dan sering kali merupakan gejala yang berhubungan dengan hipotonia.
Biasanya sudah bisa terdeteksi saat lahir atau selama masa bayi, meski bisa muncul pada usia berapa pun tidak terkecuali orang dewasa. Tandanya mudah dikenali karena memengaruhi kekuatan otot, saraf motorik, dan otak, yakni saat lahir bayi tampak lemas, seperti boneka kain, serta tidak dapat menekuk lutut dan sikunya.
Hipotonia bisa menjadi suatu kondisi tersendiri di mana tidak terkait dengan masalah kesehatan lainnya –yang disebut benign congenital hypotonia (hipotonia kongenital jinak) atau indikasi dari masalah lain di mana ada hilangnya tonus otot secara progresif, seperti distrofi otot atau palsi serebral (cerebral palsy). Sehingga untuk bisa mendapatkan hasil diagnosis yang tepat, jadi tantangan tersendiri bagi dokter, karena tiap penyebab menunjukkan gejala hipotonia yang berbeda pula.
Berikut ini ciri-ciri bayi hipotonia:
- Ketika dipegang, seorang bayi dengan hipotonia menunjukkan gestur tubuh yang floppy atau layaknya “boneka kain”.
- Bayi seperti ini kemungkinan besar akan mengalami keterlambatan perkembangan motorik halus dan kasar tertentu. Misalnya saja, dapat mengangkat kepalanya ketika Anda meletakkannya tengkurap (tummy time) di atas perut Anda, menyeimbangkan tubuhnya saat belajar duduk atau berusaha tetap duduk tanpa terjatuh.
- Ada kecenderungan dislokasi pinggul, rahang, dan leher.
- Beberapa anak dengan hipotonia mungkin mengalami kesulitan makan, dan mereka juga tidak dapat mengisap atau mengunyah dalam waktu yang lama.
- Memiliki masalah dengan bicara atau menunjukkan pernapasan dangkal.
Artikel terkait: Sindrom Floppy Baby pada Bayi Baru Lahir, Apa Saja Gejalanya?
Penyebab Bayi Hipotonia
Sumber: Freepik
Umumnya hipotonia dipicu oleh masalah dengan sistem saraf atau sistem otot di mana terjadi kesalahan ‘komunikasi’ antara jalur yang mengontrol gerakan yang menghubungkan antara otak, sumsum tulang belakang, saraf, dan otot. Itu terjadi selama perkembangan janin di dalam rahim.
Penyebab lainnya adalah infeksi dan kekurangan oksigen sebelum bayi lahir atau segera setelahnya. Namun, ada juga yang disebabkan cedera, penyakit, atau kelainan bawaan. Bahkan dalam kasus lain, ada yang penyebabnya tidak pernah teridentifikasi.
Terapi fisik, okupasi, dan wicara dapat membantu anak Anda mendapatkan tonus otot dan tetap mengikuti perkembangannya.
Selain benign congenital hypotonia, penyebab hipotonia bisa juga dikarenakan beberapa penyakit atau gengguan yang memengaruhi otak, sistem saraf pusat, kelainan genetika atau kelainan otot. Kondisi tersebut antara lain:
- Down syndrome
- Distrofi otot
- Cerebral palsy
- Sindrom Prader-Willi
- Distrofi miotonik
- Sindrom Marfan
- Penyakit Tay Sachs
- Achondroplasia
- Spinal muscular atrophy atau atrofi otot tulang belakang
- Trisomy 13
- Williams syndrome
Kondisi lain yang dapat menyebabkan hipotonia meliputi:
Mengetahui penyebab dari hipotonia haruslah jelas agar dokter bisa memberikan pengobatan yang tepat.
Gejala Hipotonia
Sumber: Freepik
Berikut ini adalah gejala umum yang terkait dengan hipotonia. Setiap bayi mungkin mengalami gejala yang berbeda. Gejalanya bervariasi tergantung pada penyebab masalah yang mendasarinya. Di antaranya:
- Bayi tidak dapat mengangkat kepala atau mengontrol otot lehernya.
- Bayi tampak lemas saat digendong.
- Tidak dapat meletakkan beban pada kakinya.
- Lengan dan kaki bayi menggantung lurus di sisinya tanpa menekuk siku atau lututnya.
- Mengalami kesulitan menelan atau mengisap.
- Menangis lemah.
- Menunjukkan kelemahan otot.
- Pernapasan dangkal
- Mulut terbuka dengan lidah menjulur (refleks muntah kurang aktif).
Bayi hipotonia juga mengalami keterlambatan perkembangan yang memengaruhi keterampilan motorik mereka, termasuk duduk tegak, merangkak, berjalan, mengucapkan kata-kata pertama mereka, belajar makan sendiri.
Ada beberapa jenis hipotonia yang tidak progresif dan asalnya tidak diketahui. Inilah yang tadi disebut dengan hipotonia kongenital jinak. Gejalanya sebagai berikut:
- Fungsi sistem saraf pusat dan kecerdasan pada anak normal.
- Tidak mengalami keterlambatan perkembangan.
- Beberapa anak memiliki keterampilan motorik kasar seperti duduk, berjalan, berlari, dan melompat. Namun, mereka lebih lambat daripada kebanyakan anak normal lainnya.
Beberapa tanda dan gejala hipotonia lainnya mirip dengan kondisi kesehatan yang berkaitan dengan masalah otot. Jadi untuk memastikan diagnosis, Anda perlu berkonsultasi dengan dokter anak.
Artikel terkait: 3 Tips Mendukung Bayi Berolahraga untuk Meningkatkan Kemampuan Visual dan Kekuatan Ototnya
Seberapa Sering Kondisi Bayi Hipotonia Terjadi?
Hipotonia merupakan kondisi yang paling umum memengaruhi keterampilan motorik bayi baru lahir. Tingkat kejadiannya hingga kini tidak diketahui secara pasti. Sebab, hipotonia sering kali merupakan gejala dari kondisi lain.
Bila hipotonia yang dialami bayi adalah benign congenital hypotonia, penyakit ini bisa diidentifikasi sebagai disabilitas. Sebab, memengaruhi cara seseorang melakukan tugasnya sehari-hari.
Akan tetapi, jika hipotonia didiagnosis sebagai gejala, maka itu bukanlah kecacatan. Satu lagi, hipotonia tidak memengaruhi kemampuan intelektual seseorang.
Diagnosis Hipotonia
Umumnya hipotonia didiagnosis di masa awal kehidupan bayi sebelum berusia enam bulan. Kecurigaan awal biasanya terkait dengan kelemahan otot yang dialami bayi Anda.
Dokter ahli akan melakukan beberapa tes untuk mendiagnosis penyebab kelemahan otot pada bayi. Setelah diagnosis ditegakkan, beberapa program perawatan, termasuk program terapi fisik, akan diberikan pada bayi Anda.
Pertama-tama, dokter akan memeriksa riwayat kesehatan keluarga dan anak.
Kedua, pemeriksaan fisik yang mencakup fungsi otot dan pemeriksaan neurologis yang terperinci.
Ketiga, pemeriksaan saraf, dapat dilakukan dengan instrumen, seperti lampu dan palu refleks, dan biasanya tidak menyebabkan rasa sakit pada anak.
Dari situ dokter akan membuat penilaian atas:
- Penilaian keterampilan motorik (menggenggam, berguling, duduk) dan sensorik (penglihatan, pendengaran, sentuhan).
- Keseimbangan dan koordinasi.
- Status mental (tingkat kesadaran dan interaksi anak dengan lingkungan).
- Refleks.
- Fungsi saraf.
Sebagai pertimbangan dan memastikan diagnosisnya, berikut ini beberapa tes yang mungkin akan dilakukan dokter kepada pasiennya, melansir Children Hospital:
- Magnetic Resonance Imaging (MRI): Prosedur diagnostik yang menggunakan kombinasi magnet besar, frekuensi radio, dan komputer untuk menghasilkan gambar rinci organ dan struktur di dalam tubuh. Tes ini dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis kelainan yang terkait sumsum tulang belakang dan saraf.
- Computerized Tomography Scan (CT Scan): Prosedur pencitraan diagnostik yang menggunakan kombinasi sinar-x dan teknologi komputer untuk menghasilkan gambar penampang (sering disebut “sliced”), baik secara horizontal maupun vertikal dari tubuh pasien. CT Scan menunjukkan gambar rinci dari setiap bagian tubuh, termasuk tulang, otot, lemak, dan organ. CT Scan lebih detail daripada rontgen umum.
- Tes darah
- Electromyogram (EMG): Tes yang digunakan untuk mengevaluasi fungsi saraf dan otot.
- Electroencephalogram (EEG): Tes yang mengukur aktivitas listrik di otak melalui elektroda tombol kecil yang ditempatkan di kulit kepala anak.
- Spinal tap atau pungsi lumbal. Yaitu ketukan tulang belakang yang dilakukan untuk mengukur jumlah tekanan di kanal tulang belakang dan/atau untuk mengeluarkan sejumlah kecil cairan tulang belakang serebral (Cerebrospinal fluid/CSF) untuk pengujian. CSF adalah cairan yang membasahi otak dan sumsum tulang belakang anak.
- Karyotype: Ini adalah tes darah untuk menganalisis kromosom yang digunakan untuk menentukan apakah masalahnya adalah akibat dari kelainan genetik atau bukan.
- Muscle biopsy (biopsi otot), yaitu pengambilan sampel di jaringan otot untuk diperiksa di bawah mikroskop.
Cara Mengobati Bayi Hipotonia
Perawatan khusus untuk hipotonia akan ditentukan oleh dokter anak berdasarkan:
- Usia anak, kesehatan secara keseluruhan, dan riwayat medis
- Sejauh mana kondisinya saat ini
- Penyebab yang mendasari kondisi tersebut
- Toleransi anak terhadap obat, prosedur, atau terapi tertentu
- Pendapat atau preferensi Anda
Menurut Children Hospital, tidak ada terapi khusus yang diperlukan untuk mengobati hipotonia kongenital jinak. Namun, anak-anak dengan masalah ini mungkin secara berkala memerlukan pengobatan untuk kejadian umum yang terkait dengan hipotonia, seperti dislokasi sendi berulang.
Program perawatan untuk membantu meningkatkan kekuatan otot dan program stimulasi sensorik dan motorik halus dilakukan setelah penyebab hipotonia anak diketahui. Program tersebut biasanya melibatkan terapi fisik melalui intervensi awal, seperti duduk tegak, berjalan, atau ikut serta dalam olahraga.
Artikel terkait: 3 Latihan untuk Memperkuat Otot Leher Bayi
Pencegahan Bayi Hipotonia
Sumber: Freepik
Bisakah risiko memiliki bayi hipotonia dikurangi atau dicegah?
Menurut Cleveland Clinic, tidak ada cara untuk mencegah hipotonia karena sering kali merupakan gejala dari kondisi yang mendasarinya, yang bisa bersifat genetik.
Kondisi genetik tidak dapat dicegah. Jika Parents memiliki riwayat dengan penyakit yang sama dan berencana untuk hamil, ada baik melakukan konsultasi mengenai risiko memiliki anak dengan kondisi genetik dan lakukanlah tes genetik.
Akan tetapi, jika Bunda sudah hamil, ikutilah saran dokter kandungan mengenai pencegahan persalinan prematur dengan:
- Mengikuti panduan dari dokter tentang kegiatan yang direkomendasikan selama kehamilan.
- Menghindari asap rokok dan tidak menggunakan narkoba.
- Makan makanan dengan nutrisi yang seimbang.
- Merawat diri sendiri dan mengobati kondisi kesehatan mendasar apa pun yang dapat memengaruhi hasil kehamilan Anda.
Demikianlah, Bunda, penjelasan mengenai bayi hipotonia. Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda.
Baca juga:
Waspada Penyakit Kelainan Otot yang Menyebabkan Sulit Bergerak
Dokter Menjawab Tentang Muscular Dystrophy
Solusi Mengatasi Nyeri Otot Kronis yang Aman dan Bebas Obat, Cek di Sini!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.