Banyak hal yang dapat menyebabkan nyeri otot (mialgia), termasuk cedera, infeksi, dan penyakit. Rasa nyeri otot ini bisa bersifat jangka pendek hingga jangka panjang atau nyeri otot kronis.
Untuk mengambil langkah-langkah pencegahan, Parents perlu mengetahui kondisi apa yang menyebabkannya, serta bagaimana mengelola rasa nyeri di otot. Mari simak penjelasannya.
Solusi Mengatasi Nyeri Otot Kronis yang Aman dan Bebas Obat
Apa Itu Nyeri Otot?
Melansir laman Cleveland Clinic, nyeri otot atau myalgia sebagai tanda cedera, infeksi, penyakit, atau masalah kesehatan yang rasa sakitnya dalam dan stabil. Atau rasa sakit yang tajam secara acak yang bisa terjadi di beberapa bagian tubuh yang berkaitan dengan sistem muskuloskeletal –sistem yang terdiri dari otot, jaringan ikat, saraf, serta tulang dan sendi. Lokasi tepatnya bisa di leher, lengan, kaki, serta di punggung.
Masalah kesehatan ini bisa memengarui orang dari berbagai usia dan juga jenis kelamin. Hingga kini gangguan nyeri masih menjadi masalah global. Ini sesuai dengan riset yang dilakukan Global Pain Index Report 2020 yang dalam surveinya mengikutsertakan 19 ribu responden.
Di dalam survei tersebut, sekitar 93 persen responden mengaku memiliki masalah nyeri, dan sepertiganya menderita rasa nyeri setiap hari. Dan kondisi ini ternyata tak hanya dialami oleh para lansia, tapi 1 dari 5 nyeri kronis dialami juga oleh mereka yang berusia di bawah 30 tahun.
Beberapa studi lainnya juga menambahkan bahwa nyeri kronis memengaruhi 30 persen populasi dunia. Apa dampaknya bagi kehidupan mereka yang mengalami gangguan ini? Tidak hanya bebas fisik, tetapi juga ekonomi yang sangat besar, kondisi psikologis, menurunnya produktivitas kerja, serta mengganggu aktivitas sehari-hari.
Kementerian Kesehatan, melalui Riset Kesehatan Dasar (2018) mencatat, prevalensi diagnosis penyakit muskuloskeletal (rasa sakit pada fungsi sendi, ligamen, otot, saraf, tendon, hingga tulang belakang) mencapai 11,9% dan yang pernah didiagnosis oleh tenaga kesehatan mencapai 24,7%. Tentunya ini angka yang tinggi dan menunjukkan bahwa manajemen perawatan dan pengobatan gangguan nyeri masih mengalami berbagai hambatan.
“Nyeri punggung bawah merupakan nyeri neuropatik yang berdampak cukup signifikan pada penderitanya karena bersifat kronis dan sulit ditangani,” ujar Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Sa’ad Budiyono dalam konferensi pers virtual bersama OMRON yang bertajuk Solusi Mengatasi Nyeri yang Aman di Tengah Pandemi, Kamis (17/3/2022).
Artikel terkait: Nyeri Tumit atau Plantar Fasciitis: Penyebab, Gejala, hingga Cara Mengatasinya
Penyebab dan Gejala Nyeri Otot
Penyebab nyeri otot bahkan sampai pada kondisi kronis pun beragam. Bisa karena:
- Penyakit autoimun. Penyakit autoimun yang menyebabkan nyeri otot meliputi: Miopati inflamasi, seperti miositis badan inklusi dan polimiositis; Lupus; Sklerosis multipel (MS).
- Infeksi bakteri dan virus dapat membuat Anda merasa pegal-pegal –tergantung pada penyebabnya, Anda mungkin juga mengalami pembengkakan kelenjar getah bening, demam, dan mual. Jenis infeksi yang menyebabkan nyeri otot antara lain pilek dan flu, penyakit Lyme dan demam berbintik Rocky Mountain; Malaria; Trichinosis.
- Ketika Anda berulang kali menggunakan otot yang sama di tempat kerja atau selama berolahraga, Anda mungkin mengalami nyeri otot karena terlalu sering digunakan. Jenis cedera yang menyebabkan nyeri otot meliputi: Strain perut; Strain punggung dan keseleo; Patah tulang dan cedera traumatis; Sindrom nyeri myofascial dari gerakan berulang (berlebihan); Tendinitis; Tendinosis.
- Obat-obatan. Obat dan terapi tertentu dapat menyebabkan nyeri sementara atau kronis. Beberapa obat menyebabkan peradangan di sekitar sel otot (myositis) atau mengaktifkan reseptor nyeri otot. Perawatan ini meliputi: Perawatan kanker (termasuk kemoterapi dan terapi radiasi), obat tekanan darah tinggi (penghambat enzim pengubah angiotensin atua ACE), Statin untuk menurunkan kadar kolesterol.
- Gangguan neuromuscular. Gangguan neuromuskular memengaruhi otot dan saraf yang mengendalikannya. Mereka dapat menyebabkan kelemahan otot dan nyeri. Kondisi tersebut antara lain: Sklerosis lateral amiotrofik (ALS atau penyakit Lou Gehrig), distrofi otot, myasthenia gravis, dan atrofi otot tulang belakang (SMA).
Satu lagi nyeri otot yang disebabkan olahraga –mencoba gerakan baru atau mengganti rutinitas olahraganya—yaitu delayed-onset muscle soreness (DOMS). Nyeri otot seperti ini bisa terjadi enam hingga 12 jam setelah berolahraga dan berlangsung hingga 48 jam.
Artikel terkait: Bantu Atasi Obat Nyeri, Ketahui Saja Efek Samping Piroxicam
Pengobatan
Foto: Istimewa
Masalah musculoskeletal ini sebenaranya bisa diobati dengan berbagai cara. Di antaranya:
- Mengonsumsi obat pereda nyeri
- Terapi
- Fisioterapi
- Pijat konvensional
- Alat pijat portabel
Akan tetapi, untuk terapi, fisioterapi, dan pijat konvensional, menurut Direktur OMRON Healthcare Indonesia Tomoaki Watanabe, cukup berisiko dilakukan di masa pandemi COVID-19 ini mengingat kontak fisik perlu dihindari untuk mengurangi penyebaran virus COVID-19.
Dan mengenai obat pereda nyeri, menurut Sa’ad tidak semua orang cocok mengonsumsinya terlepas dari masalah alergi obat dan efek samping yang mungkin akan dirasakan di kemudian hari. Obat pereda nyeri umumnya hanya digunakan sebagai pertolongan pertama saja.
Sementara cara paling efektif yang bisa dilakukan secara mandiri, aman, dan paling efektif –compact, portable, dan bisa dibawa ke mana saja- adalah dengan alat pijat portabel seperti OMRON Tens, misalnya.
“Ini adalah alat pijat portable yang menerapkan stimulasi saraf listrik transkuten di area target. OMRON Tens memiliki kualitas terapi nyeri non-invasif, bebas obat, bisa membantu pasien mengatasi nyeri dengan aman,” jelas Tomoaki.
Alat pijat ini menurut Sa’ad mampu mengurangi serta meredakan nyeri yang disebabkan haid (pada wanita), radang sendi, nyeri panggul akibat endometriosis, nyeri otot akibat cedera otot, hingga rasa sakit di lutut. Namun alat semacam ini tidak disarankan digunakan pada anak-anak, wanita hamil, atau orang dengan perangkat logam atau elektronik implant di tubuhnya.
Cara kerja alat pijat portable umumnya dengan menerapkan stimulasi saraf listrik ke permukaan kulit dekat dengan lokasi nyeri dengan memanfaatkan impuls elektronik yang dapat mengurangi sinyal rasa sakit ke sumsum tulang belakang dan otak, yang dapat meredakan rasa sakit dan melemaskan otot.
Detailnya alat ini memblokir pesan rasa sakit agar tidak mencapai otak, memicu tubuh untuk menghasilkan lebih banyak endorphin yang merupakan pereda nyeri alami, serta meningkatkan sirkulasi darah.
Jangan khawatir, Bunda, pengaturan frekuensinya bervariasi mulai dari rendah untuk perawatan nyeri sedang juga frekuensi tinggi untuk nyeri akut.
Artikel terkait: Mengenal 3 Jenis Otot pada Manusia Beserta Ragam Fungsinya
Bila level sakit yang dirasakan masih rendah, Anda bisa membantu meringankannya dengan melakukan beberapa cara berikut ini:
- Istirahatkan bagian tubuh yang nyeri, jangan dulu melakukan aktivitas dengan otot tersebut. Jika nyeri berada di daerah kaki dan paha, baringkan tubuh Anda dan tinggikan posisi kaki dengan menyandarkannya pada dinding.
- Kompres dengan es untuk mengurangi peradangan dan panas untuk meningkatkan aliran darah.
- Mandi air hangat dengan garam laut atau mandi air hangat.
- Minum obat pereda nyeri yang dijual bebas (aspirin, acetaminophen, ibuprofen, naproxen) untuk menghilangkan rasa nyerinya sementara waktu.
- Cobalah terapi komplementer, seperti pijat, meditasi, atau akupunktur.
Itulah beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi rasa sakit yang diakibatkan nyeri otot yang kronis, Bunda. Semoga artikel ini membantu Anda!
Baca juga:
Anak sering mengeluh nyeri otot, waspadai penyakit fibromyalgia
5 Tanda Nyeri Otot yang Harus Diwaspadai Setelah Berolahraga
Bahaya Langsung Mandi Setelah Berolahraga, Lakukan Hal Ini Terlebih Dahulu!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.