Tentu saja ada kemungkinan bayi alergi susu sapi. Itu sebabnya beberapa orang tua memilih berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum sang buah hati beralih dari ASI ke susu sapi.
Selain itu, ada cara lain untuk bisa mendeteksi kemungkinan tersebut. Yakni dengan memantau dan memeriksa kondisi feses sang bayi setiap hari.
Setiap hari? Iya, betul sekali, Bunda. Sebab, dengan rutin memeriksa poop atau feses bayi setiap hari, Bunda perlahan-lahan akan mulai terbiasa mengidentifikasi kondisi bayi.
Bunda jadi lebih kenal mana poop yang normal dengan mana yang menandakan bayi mengalami sakit atau alergi itu tadi. Berikut ini penjelasan lebih lengkapnya, Bun.
Artikel terkait: Beragam Tanda Bayi Alergi Susu Formula dan Tips Mengatasinya, Bunda Sudah Tahu?
Alergi Muncul karena Faktor Kepekaan

Pada dasarnya, usia bayi terbilang terlalu muda untuk sensitif atau peka pada makanan yang ia konsumsi. Termasuk susu sapi. Namun, sensitivitas atau kepekaan ini bisa terpicu juga sesekali.
Salah satu kasus yang sering terjadi adalah saat mengonsumsi susu sapi, dan sistem kekebalan tubuh si kecil bereaksi berlebihan pada molekul protein yang dikandung oleh susu sapi tersebut.
Karena ada reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh, sang bayi kemudian menunjukkan tanda-tanda alergi. Tanda-tanda ini bisa terlihat dari feses bayi itu sendiri.
Kalau bayi yang mengonsumsi ASI biasanya poop akan berwarna mustard. Sementara bayi yang diberi susu sapi atau susu formula cenderung memiliki popp dengan warna kuning atau cokelat. Teksturnya juga tidak keras atau terlalu encer.
Artikel terkait: Benarkah Bayi Bisa Alergi Terhadap ASI? Ini Penjelasannya
Kondisi Feses Bayi Saat Alergi Susu Sapi

Lalu seperti apa feses atau poop bayi saat ia mengalami alergi yang diakibatkan oleh konsumsi susu sapi? Fesesnya cenderung lebih encer dan lembek, yakni tanda bahwa bayi mengalami diare.
Si kecil juga buang air besar lebih sering. Bisa dua bahkan empat kali dalam satu hari.
Selain diare, feses bayi yang sedang alergi juga biasanya memiliki lendir. Lendir ini mirip ingus dan membalut feses saat si kecil buang air besar.
Kondisi lebih parah saat feses bayi terlihat bercak-bercak merah yang adalah darah. Bisa jadi tidak hanya alergi, tetapi juga ada indikasi terjadinya peradangan usus besar. Jika ini sampai terjadi, sebaiknya segera periksakan bayi ke dokter.
Kondisi alergi pada bayi dikarenakan susu sapi ini mungkin terjadi karena bayi intoleran pada protein susu sapi yang sudah pasti berbeda dengan protein ASI. Gejala alergi yang terlihat juga tidak pada poop bayi saja. Gejala lain seperti muntah, pantat si kecil yang sakit dan memerah, sakit perut, jadi semakin rewel, dan muncul ruam di bagian tubuh si kecil.
Dengan adanya semua gejala-gejala tersebut, hampir dapat dipastikan bahwa si kecil mengalami alergi susu sapi. Namun, jika sebelumnya tidak pernah terjadi alergi, lalu tiba-tiba si kecil mengalami gejala alergi, maka kemungkinan ada penyebab lainnya. Segera periksakan ke dokter.
Artikel terkait: Kenali 7 Jenis Alergi yang Sering Dialami Bayi dan Tips Mengatasinya
Apa yang Bisa Bunda Lakukan?

Saat mendengar tangisan si kecil, lalu Bunda bergegas memeriksa popoknya dan ternyata ia baru saja buang air besar. Terlihat feses bayi Bunda terlihat lembek, encer, dan berlendir.
Belum lagi tubuhnya terasa panas, memerah, dan muncul bercak ruam. Kemungkinan besar memang sang buah hati mengalami alergi. Begitu dibawa ke dokter, biasanya sang dokter akan menyarankan untuk melakukan diet eliminasi.
Diet eliminasi ini tidak dijalankan oleh sang bayi, tetapi Bunda sendiri. Yakni mengeliminasi makanan-makanan seperti es krim, yoghurt, keju, susu, dan makanan lainnya yang mengandung laktosa atau makanan dan minuman turunan susu.
Ini jika sang ibu masih memberi ASI. Namun, jika masalahnya adalah bayi tidak lagi minum ASI, tetapi susu sapi, maka umumnya Bunda akan disarankan untuk mengganti susu formula lain.
Biasanya, setelah mengganti susu formula, gejala alergi pada bayi ini kemudian akan mulai berkurang. Namun, Bunda akan diminta untuk terus memantau feses bayi. Untuk memastikan keadaannya sudah benar membaik.
Perlu Bunda ingat juga, alergi terhadap susu tidak bisa disamakan dengan alergi pada laktosa. Sebab, dalam banyak kasus bayi alergi susu sapi ini kemungkinan hanya terjadi sampai mereka berusia 5 tahun.
Artikel telah ditinjau oleh:
dr. Gita Permatasari
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi
Jika Parents ingin berdiskusi seputar pola asuh, keluarga, dan kesehatan serta mau mengikuti kelas parenting gratis tiap minggu bisa langsung bergabung di komunitas Telegram theAsianparent.
Baca juga:
id.theasianparent.com/cara-mengetahui-bayi-berisiko-alergi
id.theasianparent.com/alergi-ikan-pada-bayi
id.theasianparent.com/cegah-alergi-makanan-pada-bayi
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.