Keguguran adalah penyebab kehilangan janin yang paling umum terjadi, menurut American College of Obstetricians and Gynaecologists (ACOG). Namun, apakah keguguran harus dikuret? Bagaimana dampak yang akan terjadi jika keguguran tanpa kuret?
Dilansir dari American Pregnancy Association, studi mengungkapkan bahwa 10-25% kehamilan yang diakui secara klinis akan berakhir dengan keguguran, dan sebagian besar keguguran terjadi selama 13 minggu pertama kehamilan.
Keguguran Tanpa Kuret, Perlukah Penanganan Medis?
Keguguran tanpa kuret tetap aman jika kehamilannya baru beberapa minggu.
Bunda, tujuan utama perawatan selama atau setelah keguguran adalah untuk mencegah perdarahan atau infeksi.
Semakin awal kehamilan, semakin besar kemungkinan tubuh akan mengeluarkan semua jaringan janin dengan sendirinya sehingga tidak memerlukan prosedur medis lebih lanjut.
Jika tubuh tidak mengeluarkan semua jaringan, prosedur yang paling umum dilakukan untuk menghentikan perdarahan dan mencegah infeksi adalah kuretase atau kuret.
Artikel terkait: Apakah kuret menakutkan? Seperti ini prosesnya yang perlu Anda ketahui
Apa Itu Kuret?
D&C (dilation and curettage) juga dikenal sebagai dilasi dan kuretase, adalah prosedur bedah yang sering dilakukan setelah keguguran trimester pertama.
Dalam prosedur D&C, dilatasi mengacu pada pembukaan serviks, dan kuretase mengacu pada menghilangkan isi rahim.
Kuret dapat dilakukan dengan mengikis dinding rahim dengan instrumen kuret atau dengan kuretase isap (juga disebut aspirasi vakum).
Amankah Keguguran Tanpa Kuret?
Keguguran tanpa kuret hanya berlaku jika tubuh bisa mengeluarkan sisa janin dengan proses alami.
Umumnya, sekitar 50% wanita yang keguguran tidak perlu menjalani prosedur D&C atau prosedur kuret.
Wanita dapat keguguran tanpa kuret, jika mereka keguguran pada usia kehamilan sebelum 10 minggu.
Setelah 10 minggu, keguguran lebih cenderung tidak lengkap, dan membutuhkan prosedur kuret, Bun.
Beberapa wanita bisa merawat diri mereka di rumah tanpa perlu ke rumah sakit saat mengalami keguguran. Hal ini karena tubuh akan melakukan proses pengeluaran janin secara alami.
Serta, ada banyak juga wanita yang keguguran yang memiliki riwayat masalah ginekologis, sehingga tidak ingin mengambil risiko kemungkinan komplikasi yang terjadi dari prosedur kuret.
Namun, bagi sebagian wanita, beban emosional membuat mereka ingin langsung menjalankan proses kuretase. Penyembuhan bagi mereka dapat dimulai setelah memiliki prosedur D&C.
Prosedur kuret dapat direkomendasikan untuk wanita yang keguguran lebih dari 10-12 minggu kehamilan, atau memiliki kondisi medis yang memerlukan perawatan darurat.
Artikel terkait: Perlu tahu! Ini 5 hal penting yang harus diperhatikan setelah keguguran
Kapan Seseorang Harus Kuret Saat Alami Keguguran?
Sebelum memutuskan apakah Anda akan menjalani D&C, bicarakan dengan dokter atau bidan tentang pertimbangan medisnya.
Bagi beberapa wanita, menggunakan obat-obatan seperti misoprostol, prostaglandin yang biasa digunakan untuk menginduksi persalinan terkadang sudah cukup.
“Keuntungannya adalah penggunaan prostaglandin karena itu bukan prosedur bedah, tidak melibatkan anestesi, memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi (95%) jika kehamilan di bawah 9 minggu,” kata Dr. Sheryl Ross, seorang dokter kandungan dan pakar kesehatan wanita di Santa Monica.
“Obat penggugur kandungan ini juga bisa menghindari komplikasi jangka panjang dari jaringan parut uterus, melemahnya serviks, dan persalinan prematur pada kehamilan selanjutnya,” lanjutnya.
Kerugiannya, minum prostaglandin berpotensi menimbulkan rasa sakit dengan periode perdarahan yang lebih lama.
Serta, yang paling penting untuk diingat adalah, Bunda perlu menentukan pilihan dengan cermat, disesuaikan dengan kebutuhan emosi dan fisik.
Namun, Bunda yang mengalami keguguran pada usia kehamilan di atas 10-12 minggu, dan mengalami keguguran yang tidak lengkap, memang baiknya melakukan kuretase untuk mencegah masalah kesehatan lainnya.
Tak hanya untuk membersihkan rahim dari sisa jaringan janin dan plasenta, kuret juga dilakukan untuk menghentikan perdarahan dan mencegah infeksi, Bun.
Perawatan Setelah Keguguran
Sementara itu, setelah menjalani proses kuret, ada beberapa efek samping yang biasanya dirasakan. Misalnya, kram dan terjadinya perdarahan ringan pada vagina selama beberapa hari.
Oleh sebab itu, ada beberapa perawatan yang perlu Anda lakukan setelah melakukan kuret, yakni:
- Bunda dianjurkan untuk tidak melakukan aktivitas berat, terutama pada 24 jam setelah menjalani kuret. Cukupi istirahat dan jangan sampai terlalu lelah beraktivitas.
- Tunda berhubungan seksual lebih dulu, paling tidak selama 2 minggu hingga perdarahan selesai.
- Apabila tak tahan mengalami kram atau nyeri pada perut, konsumsi obat pereda nyeri. Namun sebelumnya, konsultasikan terlebih dulu pada dokter. Biasanya, dokter juga akan meresepkan obat pereda nyeri seperti obat ibuprofen.
- Apabila mengalami gejala seperti demam, tubuh lemas, kram perut dan perdarahan berlangsung selama lebih dari 2 minggu, segera kembali memeriksakan diri ke dokter.
- Untuk mencegah terjadinya keguguran lagi, terapkan pola hidup sehat seperti cukupi istirahat, konsumsi makanan bernutrisi, serta rajin olahraga. Batasi juga asupan kafein dan kebiasaan buruk seperti merokok atau mengonsumsi minuman beralkohol.
Itulah penjelasan mengenai keguguran tanpa kuret yang perlu Bunda ketahui. Senantiasa konsultasikan diri ke dokter untuk mendapat penanganan terbaik mengenai kondisi ini. Semoga bermanfaat!
Baca juga:
3 Cara Ungkapkan Rasa Duka Stillbirth dan Keguguran kepada Keluarga, Jangan Pendam Sendiri!
Tips Berhenti Merokok Saat Hamil dari Sesama Bunda: "Ini Langkah Terbaik untuk Janin!"
Ini langkah yang dilakukan pasca keguguran: penyembuhan, perawatan, dan pencegahan
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.