Bayi Sering Muntah, Apa Penyebabnya dan Kapan Harus ke Dokter?
Parents perlu tahu apakah muntah bayi baru lahir termasuk normal atau tidak.
Wajarkah jika bayi sering muntah?
Sebenarnya normal bagi bayi jika muntah di minggu-minggu awal kehidupannya.
Ini karena sistem pencernaan bayi yang belum matang. Selain itu, bayi juga masih perlu beradaptasi dalam hal menyusu.
Akan tetapi, bagaimana cara Bunda membedakan muntah pada bayi sebagai kondisi yang serius ataukah si Kecil hanya gumoh?
Yuk, baca ulasan berikut sampai tuntas untuk mengetahui jawabannya!
Artikel terkait: Pencernaan Bayi Wajib Diperhatikan, Ini 3 Masalah Umum yang Sering Terjadi
Daftar isi
Membedakan Muntah dan Gumoh pada Bayi
Apa bedanya antara muntah dan gumoh pada bayi baru lahir?
Bila Bunda pernah melihat seseorang yang mabuk parah, Bunda pasti tahu bagaimana membedakan antara muntah dan gumoh.
Gumoh adalah susu yang dikeluarkan melalui mulut dalam jumlah yang sedikit dan diikuti dengan bersendawa.
Hal ini normal untuk bayi di bawah usia 1 tahun. Gumoh juga merupakan reaksi yang spontan.
Sementara muntah adalah proses mengeluarkan isi perut dengan lebih kuat.
Saat seseorang muntah, otot perut dan diafragma akan berkontraksi dengan kencang, meski perut dalam keadaan rileks.
Artikel terkait: Mengatasi Bayi Gumoh
Penyebab Bayi Sering Muntah
Dalam beberapa bulan pertama, bayi mungkin akan gumoh maupun muntah hampir setiap saat setelah menyusu.
Hal ini terjadi karena katup kerongkongan pada bayi belum cukup matang dan belum berfungsi dengan benar.
Katup akan matang saat bayi berusia sekitar 4-5 bulan. Pada umumnya, gumoh akan berhenti ketika anak mencapai usia 1 tahun.
Biasanya, muntah berlangsung sebentar dan berhenti setelah beberapa jam. Namun, muntah yang parah atau berkepanjangan dapat menyebabkan dehidrasi.
Dehidrasi tidak bisa disepelekan begitu saja. Sebab, kondisi ini bisa mengancam nyawa.
Ada beberapa hal yang menyebabkan bayi sering muntah.
1. Refluks
Penyebab pertama muntah pada bayi adalah refluks. Kondisi ini ditandai jika bayi banyak muntah selama beberapa bulan pertama tanpa menunjukkan gejala lain.
Refluks bayi terjadi ketika otot-otot yang mengarah ke perut terlalu rileks atau lemah. Hal ini menyebabkan makanan yang sudah masuk kembali ke kerongkongan.
Biasanya, bayi tidak akan muntah dengan paksa ketika mengalami refluks.
Seiring usianya, otot perut si Kecil menguat dan refluks pun membaik dengan sendirinya.
2. Infeksi dan Peradangan Saluran Cerna
Kondisi si Kecil yang muntah dan diare akibat infeksi dan peradangan dinding saluran cerna dikenal dengan sebutan gastroenteritis.
Gastroenteritis adalah kondisi yang umum pada anak.
Faktanya, bayi suka mengeksplorasi benda dengan memasukkannya ke dalam mulut. Ini memungkinkan virus dan mikroorganisme berbahaya mudah masuk ke tubuhnya.
Tidak menutup kemungkinan, bayi juga mengalami gastroenteritis lantaran mengonsumsi makanan yang tidak higienis dan mengandung bakteri berbahaya.
Bayi mungkin akan terus muntah sampai tubuhnya terbebas dari racun yang mengganggu. Biasanya, muntah berhenti setelah beberapa jam.
Setelah muntah berkepanjangan, perhatikan tanda-tanda dehidrasi pada si Kecil. Bisa jadi perlu beberapa hari bagi bayi untuk pulih sepenuhnya.
3. Alergi Makanan
Alergi makanan ternyata juga bisa menjadi penyebab muntah pada bayi.
Kondisi ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru memperlakukan makanan tertentu sebagai ancaman.
Selain muntah, gejala alergi makanan yang paling umum adalah ruam, gatal, pembengkakan wajah, serta gatal di dalam mulut, tenggorokan atau telinga.
Tingkat keparahan alergi makanan bisa bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang sangat parah. Reaksi yang paling parah adalah anafilaksis.
Nah, makanya penting untuk memperkenalkan makanan baru secara bertahap kepada si Kecil.
Ini membantu Parents menentukan apakah bayi memiliki alergi terhadap makanan, seperti susu, kedelai, gluten, kacang-kacangan, atau seafood.
4. Pilek dan Flu
Bayi mudah terkena pilek dan flu lantaran sistem kekebalan tubuhnya masih berkembang. Bahkan, bayi mungkin mengalami pilek hingga tujuh kali dalam satu tahun pertamanya.
Pada bayi, pilek dan flu dapat menyebabkan gejala yang berbeda.
Terlalu banyak lendir di hidung dapat memicu serangan batuk kuat. Ini terkadang menyebabkan muntah pada bayi.
Seperti halnya pada orang dewasa, pilek dan flu pada bayi biasanya akan hilang setelah sekitar satu minggu.
Namun dalam beberapa kasus, sumbatan pada sinus bisa berubah menjadi infeksi.
5. Infeksi Telinga
Infeksi telinga adalah penyakit umum pada bayi dan anak-anak. Kondisi ini terjadi karena tabung telinga si Kecil lebih horizontal.
Jika si Kecil mengalami infeksi telinga, ia mungkin mengalami mual dan muntah tanpa demam.
Mengapa demikian? Sebab, infeksi telinga dapat menyebabkan pusing dan kehilangan keseimbangan.
Sebagian besar infeksi telinga pada bayi dan anak-anak hilang tanpa pengobatan.
Namun, tetap penting untuk menemui dokter anak karena bisa jadi si Kecil membutuhkan antibiotik.
Jangan dibiarkan begitu saja, karena infeksi telinga yang serius dapat merusak indra pendengaran bayi.
6. Stenosis Pilorus
Bagi sebagian orang tua, istilah stenosis pilorus mungkin masih terdengar asing.
Stenosis pilorus merupakan kondisi langka yang dialami beberapa bayi sejak lahir di mana terjadi penyempitan pilorus.
Pilorus sendiri adalah katup yang menghubungkan lambung dengan usus duabelas jari.
Pada bayi dengan stenosis pilorus, katup ini menebal dan membengkak, menghalangi makanan mencapai usus kecil.
Kondisi ini pada umumnya didiagnosis saat bayi berusia 6-8 minggu. Stenosis pilorus menyebabkan muntah proyektil, dehidrasi, dan penurunan berat badan.
Bayi dengan stenosis pilorus bisanya akan muntah dengan kuat, buang air kecil lebih jarang, dan buang air besar lebih sedikit.
7. Meningitis
Meningitis merupakan infeksi pada meningen (lapisan pelindung) yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang.
Penyakit ini dapat menyerang siapa saja. Namun, paling sering terjadi di antara masa bayi dan awal masa dewasa.
Meningitis berkembang dengan cepat dan dapat menyebabkan keracunan darah yang mengancam jiwa hingga kerusakan otak.
Muntah biasanya merupakan salah satu gejala pertama meningitis. Kemudian diikuti demam lebih dari 37,5 °C, sakit kepala parah, dan anggota badan terasa sakit.
Bayi pastinya tidak dapat mengungkapkan rasa sakit yang ia rasakan, jadi perhatikan perubahan perilakunya.
Misalnya, bayi dengan sakit kepala mungkin mencoba menyentuh kepalanya lebih sering dari biasanya.
Artikel terkait: Bunda, Kenali Penyebab Bayi Muntah Menyembur dan Cara Mengatasinya
Cara Mengatasi Bayi Muntah
Muntah yang dialami si Kecil pastinya membuat orang tua cemas. Lantas, apa yang bisa Parents lakukan?
Jika Bayi ASI Eksklusif
- Apabila muntah sekali, susui secara teratur setiap 1 sampai 2 jam.
- Jika muntah lebih dari sekali, susui selama 5 menit, setiap 30 sampai 60 menit.
- Setelah 4 jam tanpa muntah, kembali ke jadwal menyusui seperti biasa.
- Jika terus muntah, alihkan ke ASI perah (ASIP). Berikan ASIP 1-2 sendok teh (5-10 ml) setiap 5 menit.
- Setelah 4 jam tanpa muntah, kembalilah ke pemberian ASI secara teratur. Mulailah dengan menyusui kecil selama 5 menit setiap 30 menit.
Oralit jarang diperlukan jika bayi mendapatkan ASI. Namun, oralit bisa digunakan jika muntah bertambah parah.
Mengatasi Muntah pada Bayi yang Minum Susu Formula
- Apabila muntah sekali, berikan setengah dari jumlah biasa setiap 1 hingga 2 jam.
- Jika muntah lebih dari sekali, berikan oralit selama 8 jam. Jika tidak ada oralit, gunakan formula sampai Parents bisa mendapatkan oralit.
- Beri oralit kepada bayi dalam jumlah kecil. Berikan 1-2 sendok teh (5-10 ml) setiap 5 menit.
- Setelah 4 jam tanpa muntah, tingkatkan asupannya
- Setelah 8 jam tanpa muntah, kembali berikan susu formula seperti biasa.
Jika Bayi sudah MPASI
- Hindari semua makanan padat dan makanan bayi pada anak yang sedang muntah.
- Setelah 8 jam tanpa muntah, beri makan kembali secara bertahap.
- Mulailah dengan karbohidrat yang mudah dicerna. Contohnya bubur, sereal, biskuit, dan roti.
Mengatasi Refluks
Adapun untuk mengatasi refluks asam lambung, ini beberapa cara yang bisa Parents lakukan:
- Mengentalkan ASI atau susu formula dengan sedikit sereal bayi, tentunya setelah mendapat rekomendasi dari dokter anak.
- Memberi makan bayi sedikit dan sering, dan menghindari pemberian makan berlebihan.
Saat bayi muntah-muntah, jangan memberikan obat apa pun kepada si Kecil selama 8 jam. Pasalnya, beberapa obat justru dapat memperburuk muntah.
Kecuali jika disertai demam tinggi, dokter mungkin akan meresepkan obat yang dimasukkan melalui rektum.
Artikel terkait: Amankah Memberikan Oralit untuk Bayi? Perhatikan Aturan dan Dosisnya!
Tips Mencegah Bayi Muntah dan Gumoh
Nah, jika Parents ingin mengurangi frekuensi muntah atau gumoh, berikut beberapa langkah yang bisa dicoba.
- Setelah menyusui, gendong dan posisikan bayi secara vertikal selama sekitar 30 menit, sebelum meletakkannya kembali dalam posisi tidur.
- Hindari tekanan pada perut bayi setelah makan selama 30 menit. Misalnya jangan mendudukan dia di car seat.
- Seringlah menyendawakan bayi untuk membantu mengeluarkan angin di perut.
- Hindari mengajak anak terlalu aktif bermain setelah menyusu.
Artikel terkait: 3 Cara Membuat Bayi Sendawa yang Aman dan Efektif
Kapan Harus ke Dokter Saat Bayi Sering Muntah?
Meski normal bagi bayi untuk muntah, tetapi jika ia menunjukkan tanda-tanda berikut ini, Parents harus segera membawa anak ke dokter.
- Mata cekung
- Kurang dari 5 kali sehari mengganti popok yang basah
- Kulit, mulut, dan lidah kering
- Ubun-ubun cekung
- Tidak mau minum
- Muntah tanpa henti selama lebih dari 4-6 jam
- Diare lebih dari 6 kali sehari
- Napas cepat
- Kulit pucat atau berwarna keabu-abuan
- Warna muntahan hijau
- Ada darah pada muntahan atau feses
- Demam lebih dari 39°C selama lebih dari 12 jam
Muntah dan gumoh akan berkurang seiring dengan bayi tumbuh besar.
Pada umumnya, akan benar-benar berhenti ketika usianya satu tahun.
Namun demikian, ikuti kata hati dan segera bawa anak ke dokter jika Parents mengalami keraguan.
***
Semoga ulasan tentang penyebab dan cara mengatasi sering muntah pada bayi ini bisa menambah wawasan Anda, ya, Parents.
Baby throwing up: Is it serious?
https://www.medicalnewstoday.com/articles/baby-throwing-up
Why Is My Baby Throwing Up When They Don’t Have a Fever?
https://www.healthline.com/health/baby/baby-vomiting-no-fever#possible-causes
Vomiting (0-12 Months)
https://www.seattlechildrens.org/conditions/a-z/vomiting-0-12-months/
Baca juga:
Hal-hal yang harus diketahui orangtua ketika bayi sering gumoh dan cegukan