Demi menjaga keselamatan bayinya, Rhianne Statom-Barnett (30), seorang ibu menyusui asal Cheshire, Inggris menolak anjuran dokter untuk minum obat yang diresepkan padanya. Selang dua hari kemudian, sang busui meninggal setelah menolak minum antibiotik untuk menyembuhkan infeksi telinganya.
Rhianne takut jika antibiotik tersebut akan memengaruhi produksi ASI sehingga kesehatan bayinya, George, yang saat itu masih berusia tiga bulan akan terancam.
Kronologis meninggalnya Rhianne
Rhianne yang merupakan seorang dosen bahasa Inggris ini melahirkan George pada Desember 2015. Namun, sejak Maret 2016, ia sering mengeluhkan masalah pada telinganya.
Ibunda Rhianne, Beverly (55), mengatakan putrinya akhirnya berkonsultasi ke dokter setelah menganggap rasa sakit pada telinganya melebihi rasa sakit ketika melahirkan George. “Kami memeriksa telinganya dan ada darah serta cairan yang keluar dari telinga.”
“Rhianne juga sering merasa sakit kepala dan telinganya juga sungguh menyakitkan. Ia mengatakan bahwa sakitnya lebih parah daripada waktu melahirkan.”
Ia pergi berkonsultasi dengan dokter yang akhirnya memberi resep antibiotik. Namun, Rhianne menolak minum antiobiotik tersebut karena memikirkan keselamatan George yang masih menyusu.
Dua hari setelah ia berkonsultasi dengan dokter, Rhianne ditemukan tak sadarkan diri di rumah ibunya setelah George terus-menerus menangis sejak pukul 5 pagi di samping Rhianne. “Ia sempat muntah. Ketika saya panggil-panggil namanya dan ia tidak merespon, saya segera menelepon ambulans,” ujar Beverly.
Rhianne pun segera dilarikan ke rumah sakit namun dokter mendapati bahwa infeksi telinganya telah berkembang cepat menjadi meningitis.
“Salah seorang dokter senior datang dan memberitahukan bahwa Rhianne mengalami mati otak. Ini benar-benar kabar yang membuat patah hati.”
Rhianne pun dinyatakan meninggal tak lama setelah berada di rumah sakit Whythenshawe di Manchester.
Menolak minum obat antibiotik
Dokter Matthew Jones yang memeriksa Rhianne mengatakan bahwa pasiennya tersebut telah empat hari mengeluhkan sakit di telinga. Setelah menjalani pemeriksaan, diketahui bahwa gendang telinga Rhianne telah pecah.
“Dia tidak demam sehingga tidak ada kecurigaan pada saat itu bahwa dia menderita mastoiditis (infeksi tulang mastoid tengkorak akibat infeksi telinga tengah).”
“Saya meresepkan antibiotik namun Rhianne menolak dan menjelaskan mengapa ia tak mau meminumnya. Ia tak ingin antibiotik ini memengaruhinya yang sedang menyusui.”
Sang dokter mengatakan pada Rhianne jika kondisinya memburuk, ia harus segera kembali menemuinya atau menuju IGD.
Mastoiditis ini sebenarnya penyakit yang cukup langka karena hanya terjadi rata-rata 4 kasus per 10,000 orang. Dokter Lina Joseph yang memeriksa jenasah Rhianne mengatakan bahwa perempuan setelah melahirkan lebih rentan mengalami infeksi telinga.
“Ini jenis penyakit yang langka, kemungkinan disebabkan oleh infeksi virus maupun infeksi bakteri,” ujar dokter Lina menambahkan.
Kasus kematian Rhianne ini membuktikan bahwa tim medis telah berusaha sebaik mungkin untuk menyembuhkan pasien, namun keputusan untuk minum obat tetaplah di tangan pasien itu sendiri.
Bolehkah busui minum antibiotik?
Ibu menyusui, sama seperti kebanyakan orang lainnya, membutuhkan antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri. Namun, kekhawatiran para busui ini hanya satu: amankah antibiotik ini untuk bayi yang sedang disusui?
Kebanyakan busui menolak minum antibiotik karena takut akan memengaruhi ASI dan juga kesehatan bayinya.
Kabar baiknya, semua antibiotik yang diminum lewat mulut sangat aman untuk ibu menyusui. Bunda bisa berkonsultasi pada dokter Anda maupun dokter anak mengenai antibiotik yang aman.
Bagaimana pun juga, terkadang ada saatnya penggunaan antibiotik berguna dan dapat menyelamatkan nyawa seseorang, terutama pada kondisi infeksi bakteri.
Antibiotik dan menyusui
Berikut ini 5 hal yang busui perlu ketahui jika sedang minum antibiotik.
1. Perubahan kotoran bayi
Saat Bunda sedang minum antibiotik, Anda akan menyadari bahwa kotoran bayi Anda lebih encer dari biasanya, bahkan mungkin lebih berwarna hijau. Bayi Anda tak memerlukan pengobatan apa pun karena kondisinya akan kembali normal setelah Bunda selesai minum antibiotik.
2. Perubahan mood bayi
Jangan heran jika bayi Anda menjadi uring-uringan dan tidak tenang seperti gejala kolik. Kondisi ini hanya terjadi selama Bunda mengonsumsi antibiotik dan kembali normal sesudahnya.
Perubahan kotoran serta mood bayi selama Bunda minum antibiotik bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Jangan hentikan antibiotik Anda atau membuang ASI perah Anda karena khawatir dengan kondisi ini.
3. ASI berguna bagi kesehatan usus bayi
Ada kemungkinan antibiotik yang Bunda minum memengaruhi bakteri baik di usus bayi. Namun, tak perlu khawatir karena ASI dapat membantu menyembuhkan usus bayi dan menumbuhkan kembali bakteri baik.
4. Konsumsi probiotik
Mengonsumsi antibiotik akan menyebabkan diare pada sebagian besar orang. Hal ini disebabkan karena antibiotik tak hanya membunuh bakteri jahat, namun sekaligus juga bakteri baik yang ada di usus.
Mengonsumsi makanan yang mengandung probiotik setelah selesai pengobatan antibiotik dipercaya dapat membantu menyeimbangkan kembali pasukan bakteri baik di usus. Beberapa makanan yang mengandung probiotik adalah yogurt, kefir, kombucha, keju cottage, kimchi, dan sebagainya.
Baca: Usia Berapa Anak Boleh Minum Yakult (Minuman Probiotik)?
5. Kemungkinan terserang sariawan
Minum antibiotik dalam dosis besar dapat mendorong pertumbuhan sariawan (candida) yang terlalu banyak sebagai akibat dari matinya bakteri baik yang ada di usus. Biasanya bakteri baik yang selama ini mencegah pertumbuhan candida.
Sariawan ini tak hanya terjadi di mulut, tetapi juga di vagina dan puting Bunda.
Selengkapnya: Sariawan vagina bisa memengaruhi ASI, ibu menyusui harus waspada
***
Busui, jangan khawatir jika dokter meresepkan Anda antibiotik untuk menyembuhkan infeksi bakteri yang Anda derita. Jangan lupa konsultasikan kondisi Bunda yang tengah menyusui dan minta agar dokter meresepkan antibiotik yang cukup aman.
Jika Bunda masih belum yakin, silakan konsultasikan juga ke dokter anak.
Semoga kita semua dilimpahi kesehatan sehingga tak perlu konsumsi obat apa pun.
Baca juga:
Peringatan CDC: Jangan Minum Antibiotik untuk Penyakit yang disebabkan oleh Virus
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.