Kartika Putri akhirnya buka suara soal kondisi yang dialaminya. Melalui akun Instagram pribadi, aktris itu mengungkap bahwa luka lepuh yang muncul di sekitar kulit wajahnya disebabkan oleh penyakit Sindrom Stevens-Johnson.
“Jadi, aku punya autoimun. Trigger yang aku alami seminggu lalu aku minum pain killer, eh malah menyerang aku sendiri, jadi muncul gejala Stevens Johnson ini. Lalu aku cari pengobatan ke Singapura, dikasih obat dan alhamdulillah sudah membaik,” cerita Kartika Putri dikutip dari Instagram Story-nya.
Lalu, apa itu Sindrom Stevens-Johnson? Seperti apa gejalanya? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini, yuk!
Mengenal Sindrom Stevens-Johnson
Penyakit Sindrom Stevens-Johnson atau disingkat SSJ adalah kelainan kulit yang sangat serius, Parents. Kondisi ini menyebabkan kulit berubah menjadi kemerahan atau keunguan, kemudian mengelupas atau melepuh.
Selain mengenai kulit bagian luar, kelainan ini juga bisa terjadi pada membran mukosa, atau lapisan lembap yang membentuk dinding mulut, hidung, saluran kelamin, dan bagian tubuh lain.
Sindrom Stevens-Johnson ini pertama kali dilaporkan pada 1922 oleh duo dokter, Albert Stevens dan Frank Johnson, yang mengevaluasi gejala dari sebuah kondisi yang belum diketahui pada dua anak laki-laki. Sebagai apresiasi terhadap hasil kerja mereka, kondisi yang dialami dua anak laki-laki tersebut akhirnya dinamakan Sindrom Stevens-Johnson.
Penyebab Sindrom Stevens-Johnson
Sampai sekarang, belum diketahui penyebab pasti munculnya Sindrom Stevens-Johnson. Akan tetapi, kondisi ini kerap dipicu oleh konsumsi obat-obatan tertentu. Obat-obatan yang sering memicu SSJ di antaranya:
- Obat untuk mengatasi penyakit Gout atau artiritis pirai seperti allopurinol.
- Obat untuk mengatasi kejang dan gangguan jiwa seperti carbamazepine, phenytoin, fosphenytoin, lamotrigine, phenobarbital.
- Antibiotik golongan sulfonamid (sulfa), yakni trimethoprim-sulfamethoxazole (TMP-SMX) atau disebut juga co-trimoxazole.
- Obat anti-HIV nevirapine.
- Antinyeri atau pain killer seperti paracetamol, ibuprofen, naproxen sodium, meloxicam, piroxicam.
Kemunculan SSJ bisa terjadi saat sedang menggunakan obat hingga dua minggu setelah berhenti memakainya.
Selain obat-obatan, kemunculan SSJ juga bisa dipicu oleh infeksi dan faktor risiko sebagai berikut:
- Mengalami infeksi virus Human Immunodeficiency Virus (HIV). Secara statistik, kondisi SSJ ditemukan 100 kali lebih besar pada pengidap HIV dibandingkan dengan yang tidak mengalami kondisi ini.
- Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah akibat transplantasi organ, HIV/AIDS, dan penyakit autoimun.
- Mengidap kanker pada sel darah.
- Memiliki riwayat SSJ sebelumnya, khususnya yang diakibatkan oleh konsumsi obat tertentu.
- Memiliki riwayat keluarga dengan SSJ, terutama pada anggota keluarga inti seperti ibu, ayah, atau saudara kandung.
Gejala yang Perlu Diwaspadai
Gejala yang paling sering terjadi pada Sindrom Stevens-Johnson adalah kelainan pada kulit. Pada satu sampai tiga hari pertama sebelum gejala kulit muncul, SSJ bisa menimbulkan gejala:
- Demam di atas 39 derajat celcius
- Gejala seperti flu
- Mata gatal atau seperti terbakar
- Nyeri sendi
- Batuk
Setelah itu, akan timbul bercak kemerahan pada kulit yang terasa nyeri. Bercak ini pertama-tama muncul di wajah dan dada, yang kemudian meluas ke telapak tangan atau kaki.
Selanjutnya, bercak ini akan menjadi lepuhan yang mudah pecah dan kemudian mengelupas. Kondisi ini kurang lebih mirip dengan kulit yang mengalami luka bakar.
Selain perubahan pada kulit luar tubuh, SSJ dapat memicu sariawan, pembengkakan serta pengerasan pada membran mukosa mulut, mata, vagina, penis, paru, dan area lainnya. Efeknya dapat menyebabkan:
- Mata merah dan berair atau kelopak mata menempel.
- Nyeri saat berkemih atau sulit berkemih.
- Sulit bernapas, penumpukan cairan di dalam paru, atau infeksi paru.
Individu dengan gejala SSJ pada mata dapat mengalami komplikasi jangka panjang seperti kehilangan penglihatan atau terbentuknya jaringan parut yang luas di sekitar mata.
Secara statistik, komplikasi ini dialami oleh lebih dari 50 persen individu dengan SSJ. Meski demikian, penanganan dini dapat meminimalisasi atau mencegah komplikasi pada mata.
Pada sebagian kecil kasus, gejala SSJ dapat menyebar ke saluran cerna, sehingga menyebabkan kondisi seperti diare atau tinja yang berwarna kehitaman.
Perawatan Sindrom Stevens-Johnson
Sindrom Stevens-Johnson adalah kondisi gawat darurat medis yang membutuhkan perawatan segera di rumah sakit. Sebagian pasien penyakit ini bahkan perlu dirawat di unit perawatan intensif (ICU) atau pusat luka bakar.
Durasi perawatan yang dilakukan di rumah sakit ini rata-rata memakan waktu 2-4 minggu.
Pengobatan SSJ bertujuan untuk merawat luka, mengendalikan nyeri dan meminimalisasi komplikasi. Pertama-tama, dokter akan mencari tahu apakah SSJ disebabkan oleh konsumsi obat-obatan tertentu. Bila iya, maka konsumsi obat penyebab harus segera dihentikan.
Selanjutnya, dilakukan perawatan suportif dan pemberian obat-obatan. Perawatan suportif mencakup:
- Perawatan luka seperti pengangkatan jaringan kulit mati, menjaga kulit tetap lembap, pembalutan luka, dan lain-lain
- Pengelolaan nyeri
- Perawatan mata
- Pemberian cairan dan nutrisi
- Bantuan pernapasan
- Perawatan rongga mulut , seperti penggunaan obat kumur atau salap untuk sariawan
- Perawatan kelamin
- Menjaga suhu ruangan antara 30-32 derajat celcius
- Pemantauan infeksi kulit
Sementara itu, obat-obatan yang umumnya digunakan untuk mengatasi SSJ adalah sebagai berikut:
- Pereda nyeri untuk mengurangi rasa tidak nyaman.
- Steroid topikal (dioleskan pada kulit) dan/atau oral (diminum) untuk mengurangi peradangan.
- Antibiotik untuk mengatasi infeksi.
- Imunomodulator atau senyawa untuk memperbaiki sistem imun seperti cyclosporine yang dapat memperlambat gejala.
Komplikasi yang Bisa Terjadi
Selama perawatan, pasien dengan SSJ akan menjalani pemantauan ketat untuk mencegah komplikasi seperti:
- Dehidrasi: Individu dengan SSJ rentan mengalami dehidrasi akibat kulit yang terkelupas serta adanya sariawan pada mulut dan tenggorokan yang membuat kesulitan untuk minum.
- Infeksi darah (sepsis): Ini terjadi ketika bakteri yang menginfeksi kulit atau bagian yang luka lainnya, memasuki aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Kondisi ini cenderung memburuk dengan cepat dan dapat mengancam nyawa.
- Gangguan pada mata, seperti peradangan, mata kering, dan sensitif terhadap cahaya: Gangguan penglihatan dan kebutaan juga bisa terjadi pada kasus SSJ yang berat, meski jarang.
- Adanya gangguan paru yang menyebabkan gagal napas akut.
- Kerusakan kulit yang permanen: Kulit yang kembali tumbuh pasca pemulihan mungkin disertai benjolan atau warna kulit tidak normal.
Perlu diketahui bahwa proses pemulihan dari Sindrom Stevens-Johnson memakan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.
Bila kambuh, gejala penyakit Sindrom Stevens-Johnson yang dirasakan biasanya lebih berat dari gejala pertama kali terkena penyakit ini, serta bisa lebih fatal juga.
Untuk mencegah hal ini, hindari obat-obatan pemicu bila memang itu yang menyebabkan SSJ. Anggota keluarga inti dari penderita pun sebaiknya menghindari obat-obatan ini sebab sebagian kasus SSJ memiliki faktor risiko genetik.
***
Baca juga:
Sindrom asperger, Apa Bedanya dengan Autisme? Kenali 10 Cirinya Berikut Ini
Perjalanan Sindrom Kawasaki baby Hayley: dari salah diagnosis hingga sembuh
Waspada Sindrom HELLP Saat Hamil! Kenali Penyebab, Gejala, dan Diagnosisnya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.