Antibiotik menjadi sebuah obat yang kerap diresepkan dokter karena alasan tertentu. Jenis obat inilah yang dapat membasmi dan mencegah bakteri penyebab penyakit atau infeksi. Mengingat penggunaannya harus berdasarkan petunjuk dokter, penting bagi pasien mengetahui aturan minum antibiotik yang benar.
Jenis Antibiotik
Adapun infeksi bakteri yang tergolong ringan sebenarnya dapat pulih dengan sendirinya. Dokter baru akan memberikan antibiotik jika pasien mengalami infeksi parah atau pasien yang imunitas tubuhnya lemah seperti pasien kanker atau HIV terkena infeksi bakteri.
Agar antibiotik bisa bekerja dengan efektif dan lebih aman, dokter akan mempertimbangkan beberapa hal sebelum meresepkan antibiotik, misalnya jenis kuman atau bakteri penyebab infeksi, kondisi pasien, jenis antibiotik, dosis, dan lama penggunaan antibiotik.
Berikut beberapa jenis penyakit akibat infeksi bakteri yang dapat diobati dengan antibiotik:
- Pneumonia akibat infeksi bakteri
- Infeksi saluran kemih
- Demam tifoid atau tipes
- Infeksi menular seksual, seperti gonore, sifilis, dan klamidia
- Meningitis
- Sepsis
Artikel terkait: 10 Bahan Alami yang Bisa Menjadi Obat Herbal Ginjal
Obat antibiotik tidak dapat digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh virus seperti flu, cacar, herpes, cacar ular, atau demam berdarah. Selain itu, antibiotik juga tidak efektif untuk mengobati infeksi akibat jamur atau parasit, seperti cacing.
Biasanya, obat berikut ini diresepkan sebagai antibiotik:
- Betalactam, seperti penisilin, amoxicillin, dan meropenem
- Cefalosporin, seperti cefixime, cefadroxil, cefdenir, dan ceftriaxone
- Aminoglikosida, termasuk tobramycin, gentamicin, dan amikacin
- Quinolone, misalnya levofloxacin, ciprofloxacin, dan moxifloxacin
- Macrolide, seperti azithromycin, clarithromycin, dan erythromycin
- Clindamycin
- Nitrofurantoin
- Tetracycline, seperti doxycicline dan minocycline
Bila diresepkan antibiotik oleh dokter, Anda harus mengonsumsinya sesuai dosis yang diberikan dan tepat waktu. Sebagai contoh, antibiotik dengan jadwal 3 kali sehari perlu dikonsumsi setiap 8 jam dan antibiotik dengan jadwal 2 kali sehari perlu dikonsumsi tiap 12 jam. Antibiotik juga harus dihabiskan kendati Anda merasa tubuh sudah membaik.
Artikel terkait: Obat Penguat Kandungan, Apa Jenisnya dan Ampuhkah untuk Cegah Keguguran?
Aturan Minum Antibiotik
Berhenti mengonsumsi antibiotik lebih awal tanpa berkonsultasi dengan dokter akan meningkatkan risiko resistensi antibiotik. Resistensi antibiotik adalah kemampuan bakteri untuk melawan efek dari antibiotik.
Dengan kata lain, bakteri dalam tubuh justru beradaptasi terhadap obat sehingga efektivitasnya berkurang. Bukannya musnah, bakteri mampu bertahan dan malah bertambah banyak sehingga infeksi yang ada kian parah.
Bakteri menjadi resisten atau kebal terhadap antibiotik melalui beberapa cara. Antara lain ada bakteri yang dapat menetralkan antibiotik dengan membuatnya tidak berbahaya, ada juga yang dapat memompa antibiotik kembali ke luar sebelum membahayakan bakteri.
Beberapa bakteri juga ada yang dapat mengubah struktur bagian luar, sehingga antibiotik tidak memiliki cara untuk menyentuh bakteri. Jika salah satu bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik, maka ia dapat berkembang biak dan mengganti semua bakteri yang terbunuh.
Efek resistensi antibiotik bisa berbahaya. Besar kemungkinan pasien bisa terkena penyakit sejenis yang lebih parah, proses penyembuhan sakit di kemudian hari jadi lebih lama, hingga penyakit jadi lebih sulit disembuhkan.
Data Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan bahwa setiap tahun, setidaknya ada 2 juta orang mengalami resistensi antibiotik di Amerika Serikat. Sebanyak 23 ribu jiwa di antaranya meninggal dunia akibat kondisi tersebut.
Artikel terkait: Termasuk Obat yang Umum Digunakan, Amankah Ibuprofen untuk Ibu Menyusui?
Sementara di Indonesia, hasil penelitian Antimicrobial Resistant in Indonesia (AMRIN-study) pada 2013 membuktikan bahwa dari 2,494 orang, 43% Escherichia coli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik seperti ampisilin (24%), kotrimoksazol (29%), dan kloramfenikol (25%).
Aturan Minum Antibiotik yang Tepat
Untuk meminimalisisasi bahaya yang ada, seperti ini aturan minum obat antibiotik yang tepat:
- Tidak membeli obat antibiotik secara bebas atau tanpa resep dokter. Minumlah golongan antibiotik yang memang dianjurkan atau diresepkan dokter.
- Tuntaskan antibiotik hingga waktu yang ditentukan, sekalipun Anda merasa sudah sehat. Antibiotik harus dihabiskan, tidak boleh kurang atau lebih dari batas waktu yang ditentukan dokter.
- Minum antibiotik sesuai dosis dan tepat waktu.
- Tidak menyimpan antibiotik di rumah sebagai obat cadangan.
- Tidak memberikan antibiotik sisa kepada orang lain.
- Serta, tidak minum antibiotik yang diberikan orang lain.
Patut dicermati bahwa terkadang antibiotik dapat mengakibatkan efek samping tertentu. Antara lain ruam, mual, diare, dan infeksi jamur. Segera beri tahu dokter dan apoteker apabila mengalami kondisi ini.
Bagi seseorang yang menderita penyakit liver, ginjal, ibu hamil, dan ibu menyusui perlu berhati-hati saat minum obat antibiotik. Konsultasikan ke dokter terkait pemilihan jenis obat yang paling aman dan minim efek samping.
Parents, semoga informasi terkait aturan minum antibiotik ini bermanfaat.
Artikel telah ditinjau oleh:
dr. Gita Permatasari
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi
Jika Parents ingin berdiskusi seputar pola asuh, keluarga, dan kesehatan serta mau mengikuti kelas parenting gratis tiap minggu bisa langsung bergabung di komunitas Telegram theAsianparent.
Baca juga:
Clindamycin Obat Apa? Ini Kegunaan, Dosis, dan Efek Sampingnya
Obat Betametason: Manfaat, Dosis, Kontraindikasi, dan Efek Samping
Digunakan sebagai Obat Radang Sendi, Ketahui Manfaat hingga Efek Samping Meloxicam
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.