Orang tua zaman dahulu sering mengatakan, kalau anak kurang nafsu makan dan kurus, tetapi perutnya buncit, maka ini jadi salah satu tanda si anak sedang cacingan. Cacingan ini sebenarnya mengacu pada hewan parasit yang bernama cacing kremi (pinworms). Berikut ulasan lebih lanjut tentang cacing kremi pada anak yang perlu Parents ketahui!
Apa Itu Cacing Kremi?
Cacing kremi sebenarnya tidak hanya menyerang manusia, melainkan juga menyerang hewan. Pada manusia, umumnya sering menyerang anak-anak dan perkembangbiakannya terjadi di dalam usus.
Cacing ini bisa masuk ke tubuh anak melalui makanan, pakaian, maupun lingkungan sekitar yang kotor, misalnya seperti sprei, sofa, karpet dan semacamnya.
Artikel terkait: Ini 7 tanda anak cacingan yang mudah terlihat, Parents wajib tahu!
Pinworms pada anak-anak pada umumnya bisa ditemukan di sekitar anus dan membuat daerah ini terasa gatal sehingga anak-anak menggaruknya.
Kemudian telur cacing akan menular pada anak-anak lain melalui jari tangan si-anak yang digunakan untuk menggaruk tersebut. Akhirnya telur-telur tersebut dapat berpindah melalui pakaian, mainan, maupun makanan yang sudah di pegangnya.
Anak-anak pada umumnya suka memasukkan mainan ke dalam mulutnya, dan dengan mudah larva dari cacing kremi tersebut masuk ke dalam mulut dan berpindah ke dalam usus.
Proses pematangan terjadi selama 2-6 minggu. Selanjutnya cacing kremi betina yang sudah siap bertelur akan bergerak menuju anus untuk menyimpan telur-telurnya di dalam lipatan kulit anus.
Telur-telur pinworms ini bisa bertahan selama 3 minggu atau lebih cepat. Kemudian cacing-cacing tersebut akan bergerak masuk ke dalam usus bagian bawah untuk melanjutkan perkembangbiakannya.
Penyebab Anak Cacingan
Cacing kremi biasanya menyerang anak-anak. Kenali penyebabnya
1. Tidak Mencuci Tangan
Cacing kremi menyebar ketika orang yang terinfeksi, paling sering anak-anak, telah menggaruk daerah anusnya dan telur cacing masuk ke bawah kuku jarinya.
Saat orang yang terinfeksi tidur, cacing kremi betina akan bertelur di lipatan kulit di sekitar anus. Hal ini sering menyebabkan gatal pada anus. Saat area yang gatal digaruk, telur cacing akan menempel di jari.
Jika anak yang terinfeksi tidak mencuci tangan setelah buang air atau menggaruk daerah anus kemudian menyentuh teman bermain atau mainannya, ia dapat menularkan telur cacing.
Telur cacing kremi juga dapat berpindah ke jari dari pakaian atau tempat tidur, kemudian menyebar ke seluruh rumah.
Selain itu, telur cacing kremi juga bisa berada di tanah, pasir, atau lumpur yang ada di luar. Anak-anak yang sering bermain di luar memiliki risiko telur cacing menempel di jarinya sehingga mencuci tangan hukumnya wajib setelah selesai bermain di luar.
Lantaran cacing kremi bertelur di malam hari, mencuci area anus di pagi hari juga dapat membantu mengurangi jumlah telur cacing kremi di tubuh. Mandi air panas dapat membantu menghindari kemungkinan kontaminasi ulang.
Parents juga dapat memberi tahu anak-anak untuk menghindari menggaruk area anus jika gatal. Potong kuku anak sehingga hanya ada lebih sedikit ruang untuk telur menempel dan sarankan agar anak untuk menghindari menggigit kukunya.
2. Menyentuh Permukaan yang Terkontaminasi Telur Cacing
Telur cacing kremi dapat bertahan hingga dua minggu pada pakaian, tempat tidur, atau benda lainnya jika berada pada suhu ruang. Jika seorang anak menyentuh permukaan yang terkontaminasi, telur cacing dapat berpindah ke jari mereka.
Jika mereka meletakkan jari kotor tersebut di mulut, mereka akan terinfeksi oleh telur cacing tersebut.
Untuk menghindarinya, ganti pakaian dalam dan tempat tidur anak setiap hari dan lakukan pembersihan rutin pada setiap permukaan rumah jika ada yang terinfeksi. Ini akan membantu menghilangkan telur cacing dan penyebarannya di rumah.
Telur cacing juga sensitif terhadap sinar matahari, oleh karena itu buka tirai di kamar tidur pada siang hari. Cucilah sprei, pakaian, waslap, dan handuk dengan air panas untuk membantu membunuh telur cacing kremi.
Lantaran telur cacing kremi ringan dan mudah tersebar, debu harus dihilangkan dengan hati-hati dari semua permukaan di rumah. Menyedot debu dengan hati-hati atau menggunakan kain yang diminyaki atau dibasahi akan membantu mencegah telur berhamburan.
3. Menghirup atau Menelan Telur Cacing
Telur dapat terhirup dari udara atau mencemari makanan dan ditelan anak. Menelan atau menghirup telur cacing kremi secara tidak sengaja akan menyebabkan infeksi cacing kremi.
Telur kecil berukuran mikroskopis ini dapat masuk ke mulut dan saluran pencernaan melalui makanan, minuman, atau jari yang terkontaminasi. Setelah tertelan atau terhirup, telur akan menetas di usus dan matang menjadi cacing dewasa dalam beberapa minggu.
Untuk mencegah hal ini terjadi, selalu cuci tangan dengan air dan sabun sebelum memasak, menyiapkan makanan, dan makan. Pastikan tangan bersih sebelum menyentuh makanan dan cuci kembali setelah selesai memasak atau makan.
Artikel terkait: Makan Malam Bikin Anak Cacingan, Mitos atau Fakta?
Faktor Risiko
Anak Usia Sekolah
Infeksi cacing kremi paling mungkin terjadi pada anak usia 5 sampai 10 tahun dan jarang terjadi pada anak-anak di bawah usia 2 tahun. Telur cacing ini sangat mudah menyebar ke anggota keluarga, pengasuh, atau anak lain di sekolah atau pusat penitipan anak.
Tinggal di Lingkungan yang Ramai dan Kotor
Orang yang tinggal di lingkungan padat penduduk dan kurang higienis berisiko lebih tinggi terkena infeksi cacing kremi.
Tanda Anak Terinfeksi
Cacing kremi bisa menyerang anak melalui jari-jarinya
Sebagai orang tua, tentu saja kita perlu mengenali tanda-tanda adanya cacingan pada anak agar bisa segera memberikan penangan yang tepat. Tanda-tanda saat anak terserang bisa dilihat dari beberapa ciri ini:
- Anak sering menggaruk daerah anus karena telur cacing disimpan pada daerah ini sehingga timbul rasa gatal.
- Anak akan terlihat susah tidur karena pada umumnya cacing betina akan mulai bergerak dari usus menuju anus untuk menyimpan telurnya di malam hari.
- Pada anak-anak perempuan bisa terjadi peradangan pada vulva dan vagina karena cacing-cacing ini bisa masuk melalui vulva ke dalam vagina sehingga menyebabkan area tersebut menjadi gatal. Bahkan cacing-cacing ini juga bisa terus bergerak menuju bagian luar lubang uterus yang dapat mengakibatkan terjadinya vulvovaginitis.
- Nafsu makan anak terlihat menurun, hal ini dikarenakan di dalam usus sudah terlalu banyak cacing yang sudah berkembang biak, dan akhirnya anak-anak mengalami penurunan berat badan drastis. Gangguan lain yang bisa menyerang anak adalah terkena penyakit tifus.
- Dalam kasus yang lebih serius, anak-anak bahkan dapat menunjukkan tanda-tanda kekurangan vitamin dan mineral.
- Jika anak sering mengalami batuk dan tidak kunjung sembuh, ada kemungkinan karena telur cacing termakan dan tertelan sehingga akan menetas di bagian lambung anak.
Diagnosis
Seseorang yang terinfeksi cacing kremi sering kali tidak menunjukkan gejala, tetapi gatal-gatal di sekitar anus adalah gejala yang umum. Diagnosis cacing kremi dapat dilakukan dengan tiga teknik sederhana, yaitu:
Mencari Cacing di Anus
Pilihan pertama adalah mencari cacing di daerah perianal 2 sampai 3 jam setelah orang yang terinfeksi tertidur. Pada malam hari, cacing dewasa terkadang dapat terlihat langsung di sekitar area anus. Cacing dengan panjang 0,5 hingga 1 sentimeter ini akan terlihat jelas dengan mata telanjang.
Menggunakan Selotip untuk Mengambil Telur Cacing
Pilihan kedua adalah menyentuh kulit perianal dengan selotip transparan untuk mengumpulkan telur cacing kremi di sekitar anus di pagi hari dan membawanya ke dokter.
Jika seseorang terinfeksi, telur pada selotip akan terlihat di bawah mikroskop. Metode ini harus dilakukan pada 3 pagi berturut-turut tepat setelah orang yang terinfeksi bangun dan sebelum dia mandi.
Menganalisis Sampel dari Bawah Kuku
Lantaran gatal anal adalah gejala umum dari cacing kremi, pilihan ketiga untuk diagnosis adalah menganalisis sampel dari bawah kuku di bawah mikroskop. Orang terinfeksi yang telah menggaruk daerah anus mungkin memiliki telur cacing kremi di bawah kuku yang dapat digunakan untuk diagnosis.
Artikel terkait: Anak cacingan? Ini caranya memilih obat cacing yang tepat
Cara Mengatasi dan Mencegah Cacingan pada Anak
Untuk mengatasi cacingan, anak harus minum obat yang dapat membunuh cacing. Dokter mungkin akan meresepkan obat seperti pyrantel pamoate dan albendazole (Albenza).
Telur cacing kremi dapat hidup di permukaan yang keras, pakaian dan alas tidur selama dua hingga tiga minggu. Selain membersihkan rumah, Bunda harus melakukan hal-hal berikut untuk menghentikan penyebaran hama ini:
- Cacing kremi bertelur di malam hari, jadi Bunda harus membiasakan anak untuk mencuci area anus di pagi hari untuk mengurangi jumlah telur cacing di dalam tubuhnya.
- Jangan biarkan anak memakai atau meinjamkan handuknya selama perawatan dan selama dua minggu setelah perawatan terakhir.
- Ganti celana dalam anak dan seprai setiap hari. Ini akan membantu menghilangkan telur.
- Cuci seprai, pakaian tidur, pakaian dalam dan handuk dalam air panas untuk membunuh telur cacing kremi.
- Ajarkan anak untuk tidak menggaruk area anusnya meskipun terasa sangat gatal. Pangkas kuku anak, sehingga anak tidak akan mengumpulkan telur di sela kuku mereka.
- Ajarkan anak untuk rutin mencuci tangan dengan sabun dan air setelah buang air besar dan sebelum menyentuh makanan.
Kapan Anak Harus Dibawa ke Dokter?
Pada dasarnya, cacing kremi pada anak mudah diatasi jika sudah terdiagnosis. Namun hati-hati, jika penanganan terlambat bisa berisiko menyebabkan infeksi yang parah bahkan berulang. Oleh karena itu, segera lakukan pemeriksaan ke dokter jika anak Anda mengalami gejala khas infeksi ini berupa gatal di anus pada malam hari.
Parents, semoga ulasan penyakit cacing kremi pada anak ini bisa bermanfaat.
Artikel diupdate oleh: Annisa Pertiwi
Baca juga:
12 Ciri Cacingan yang Rentan Menyerang Si Kecil, Parents Perlu Tahu!
10 Obat Cacingan Anak Rekomendasi di 2024 yang Aman, Cek!
3 Gejala Cacingan Pada Anak yang Sering Dianggap Sepele, Apa Saja?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.