Kontrol setelah melahirkan perlu dilakukan untuk memastikan apakah seorang ibu sudah pulih dengan baik pasca persalinan. Perawatan pasca persalinan penting karena ibu baru berisiko mengalami komplikasi kesehatan yang serius dan terkadang mengancam jiwa pada hari-hari dan minggu-minggu setelah melahirkan. Terlebih bagi ibu baru atau yang pertama kali memiliki anak, kontrol setelah melahirkan dapat membantu memberikan informasi terkait perawatan kesehatan ibu dan bayi.
Artikel Terkait: Apa Yang Terjadi Setelah Melahirkan?
Mengapa Harus Melakukan Kontrol Setelah Melahirkan?
Ibu harus mengetahui perawatan kesehatan selama periode postpartum atau postnatal. Dikutip dari laman Verywell Family, periode postpartum terbagi menjadi tiga fase atau tahap. Fase satu adalah pemulihan awal selama 6 sampai 12 jam pertama setelah melahirkan. Fase kedua berlangsung 2 hingga 6 minggu untuk tubuh secara fisik berangsur pulih, dan ibu menyesuaikan diri dengan kehidupan dengan bayi baru lahir. Fase ketiga adalah kembalinya tubuh secara bertahap seperti sebelum kehamilan.
Tentu saja, beberapa hal mungkin tidak sepenuhnya kembali seperti semula. Waktu penyembuhan ini bisa memakan waktu hingga enam bulan, atau tergantung kondisi fisik ibu.
Para ahli mencatat, terlalu banyak ibu baru yang meninggal karena masalah kesehatan yang sebenarnya dapat dicegah dengan mendapatkan perawatan pasca persalinan. Untuk itu, mendatangi dokter atau tenaga kesehatan untuk berkonsultasi terkait perawatan setelah melahirkan ini sangat penting dilakukan.
Bila menjalani persalinan normal atau persalinan pervaginam, maka ibu harus melakukan cek ulang sekitar 6 minggu setelah melahirkan. Bila melahirkan lewat proses persalinan yang sulit atau operasi caesar, maka ibu akan dijadwalkan seminggu setelah melahirkan.
Inilah 4 Pemeriksaan Pasca Melahirkan
Pada pemeriksaan pasca persalinan, dokter atau tenaga kesehatan akan memastikan apakah ibu pulih dengan baik setelah melahirkan dan menyesuaikan diri dengan kehidupan sebagai seorang ibu. Dilansir dari laman March of Dimes, setidaknya ada 4 pemeriksaan pasca melahirkan, yaitu:
1. Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan tekanan darah, berat badan, payudara dan perut
Jika ibu menjalani operasi caesar, dokter atau tenaga kesehatan mungkin menyarankan jadwal kunjungan sekitar 2 minggu setelah Anda melahirkan, sehingga dia dapat memeriksa sayatan (potong) operasi caesar. C-section adalah operasi di mana bayi Anda lahir melalui sayatan yang dibuat oleh dokter di perut dan rahim Anda. Sebagian besar sayatan caesar sembuh tanpa masalah, tetapi mereka dapat terinfeksi.
Pada kontrol setelah melahirkan, dokter akan mengecek beberapa hal, termasuk apakah ibu baik-baik saja, tidak mengalami demam, buah air kecil, atau perdarahan.
Dokter atau tenaga kesehatan memeriksa vagina (jalan lahir), rahim, dan leher rahim (serviks). Jika Anda mengalami episiotomi atau robekan saat lahir, mereka akan memeriksa untuk memastikan bahwa kondisi luka itu sudah sembuh. Episiotomi adalah sayatan yang dibuat pada pembukaan vagina untuk membantu mengeluarkan bayi. Pada sesi kontrol setelah melahirkan ini, dokter dapat memberi tahu kapan waktu aman untuk berhubungan seksual lagi.
- Pemeriksaan kondisi kesehatan lainnya
Dokter atau tenaga kesehatan akan mengecek terkait kondisi kesehatan apa pun, seperti diabetes dan tekanan darah tinggi yang dialami selama kehamilan. Misalnya, jika Anda menderita diabetes gestasional, tenaga kesehatan mungkin menyarankan Anda untuk melakukan tes glukosa darah untuk memeriksa gula darah. Diabetes gestasional adalah jenis diabetes yang dialami beberapa perempuan selama kehamilan.
Jika Anda sedang menyusui, mintalah dokter untuk memastikan obat apa pun yang diresepkan aman untuk ibu menyusui dan bayi. Jangan berhenti minum obat apa pun tanpa berbicara dengan dokter terlebih dahulu.
- Pemberian vaksinasi terbaru
Dokter mungkin akan memastikan pemberian vaksinasi terbaru untuk ibu pasca melahirkan, termasuk vaksinasi untuk flu dan pertusis. Dengan mendapatkan vaksinasi, ibu dapat membantu menjaga agar tidak sakit dan menularkan penyakit kepada bayi. Terlebih dalam situasi pandemi seperti saat ini, beberapa tenaga kesehatan mungkin akan merekomendasikan pemberian vaksinasi COVID-19 sesuai merek atau jenis yang cocok khusus ibu hamil dan menyusui. Untuk itu, pastikan dan konsultasikan dengan dokter saat kontrol setelah melahirkan.
2. Pemeriksaan Masalah yang Dialami Selama Kehamilan, Persalinan dan Kelahiran
Banyak pasangan yang merasakan hamil pertama, sehingga tidak mengetahui hal apa saja yang harus diperhatikan untuk ibu dan janinnya. Tentu sebagai pasangan yang baru merasakan tanda-tanda kehamilan harus melakukan tes kehamilan. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan kehamilan pada sang ibu agar dapat menjaga kandungan dengan baik. Tes kehamilan dapat dilakukan sendiri di rumah dengan menggunakan test pack atau dilakukan di klinik kesehatan.
Setelah dipastikan dan benar adanya bahwa sang ibu sedang mengandung calon janin, kedua pasangan harus mulai memerhatikan segala hal yang dilakukan ibu. Pertama, pastikan asupan yang masuk ke dalam tubuh sang ibu. Dalam tubuh telah terdapat calon janin yang juga perlu makanan. Oleh karena itu, sang ibu harus rajin dan banyak makan makanan yang bergizi tinggi. Selain itu, dapat juga diperkuat dengan susu untuk ibu hamil.
Hamil di trimester pertama akan sangat wajar jika mengalami mual-mual. Para suami harus dapat menjauhkan istri dari hal-hal yang membuatnya mual. Kemudian, jangan lupa untuk check up ke dokter mengenai kandungan. Tes USG pun dapat dilakukan untuk memastikan bahwa janin benar-benar berkembang dan janin berada di dalam rahim.
Bagi suami, jadilah suami yang selalu siaga selama masa kehamilan istri Anda karena kehamilan harus dilalui bersama.
Sama halnya dengan saat hamil, kontrol setelah melahirkan ini penting dilakukan untuk melihat riwayat masalah yang dialami selama kehamilan, persalinan dan kelahiran yang dapat mempengaruhi kesehatan setelah kehamilan. Inilah saatnya untuk berkonsultasi tentang bagaimana Bunda mungkin dapat mencegah masalah pada kehamilan berikutnya, bahkan jika Anda belum berpikir untuk memiliki bayi lagi sekarang.
Misalnya, jika Anda mengalami kelahiran prematur, Anda berisiko lebih tinggi mengalami kelahiran prematur di kehamilan lain. Bicaralah dengan dokter atau tenaga kesehatan tentang apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko kelahiran prematur dan komplikasi lain pada kehamilan berikutnya.
Bahkan, jika Anda tidak berencana untuk memiliki lebih banyak anak, tanyakan kepada para ahli apakah ada masalah yang dialami selama kehamilan dapat memengaruhi kesehatan di masa depan. Misalnya, jika Anda memiliki kelahiran prematur, diabetes gestasional, hipertensi gestasional (tekanan darah tinggi) atau kondisi yang disebut preeklamsia, Anda mungkin berisiko lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskular (juga disebut penyakit jantung) di kemudian hari. Penyakit jantung memengaruhi jantung dan pembuluh darah dan dapat menyebabkan masalah serius, seperti serangan jantung atau stroke. Ini juga merupakan penyebab utama kematian terkait kehamilan.
Artikel Terkait: Ini Yang Terjadi Pada Rahim Setelah Melahirkan Normal dan Caesar
3. Pemeriksaan Kondisi Mental Ibu
Menjadi ibu baru merupakan sebuah anugerah sekaligus tantangan. Ceritakan pada dokter atau tenaga kesehatan bagaimana perasaan setelah melahirkan dan memiliki anak. Cara ini adalah normal untuk meredakan rasa lelah dan stres pada minggu-minggu setelah kelahiran.
Anda mungkin memiliki pertanyaan tentang menyusui dan merawat bayi. Jika menyusui, Anda harus pastikan bahwa tidak ada pembengkakan atau infeksi. Menyusui memiliki manfaat yang sangat besar untuk sang buah hati. Oleh karena itu, pastikan tidak ada masalah serius selama masa menyusui tersebut.
Beri tahu tenaga kesehatan jika Anda memiliki perasaan sedih atau khawatir yang berlangsung lama. Jika Anda mengalami depresi pasca persalinan, Anda akan kesulitan merawat diri sendiri dan bayi Anda. Ini adalah kondisi medis yang membutuhkan perawatan untuk menjadi lebih baik.
Sementara itu, melansir What to Expect, pemeriksaan kondisi mental juga berpengaruh terhadap kapan harus mulai berolahraga lagi dan kembali ke aktivitas normal, seperti bekerja. Jika semuanya terlihat sebagaimana mestinya, ibu mungkin akan mendapatkan lampu hijau untuk segera mulai berolahraga lagi, bekerja, atau mulai mengemudi kendaraan lagi. Semua tergantung pada kemajuan pemulihan fisik dan psikis ibu.
4. Penggunaan Alat Kontrasepsi
Menurut Kementerian Kesehatan RI, penggunaan alat kontrasepsi dapat membantu tumbuh kembang anak. Mereka akan dapat memperoleh kasih sayang dan perhatian yang lebih banyak dari kedua orang tua, khususnya dalam masa tumbuh kembangnya. Bunda juga dapat memaksimalkan pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif bagi bayinya. Hal ini tentunya akan berbeda jika dibandingkan dengan keluarga yang memiliki banyak anak.
Konsultasi terkait penggunaan alat kontrasepsi ini termasuk kriteria penting untuk dipertanyakan. Jika ibu tidak membicarakan pengendalian kelahiran dengan tenaga kesehatan sebelum melahirkan, bicarakan itu pada kunjungan pasca persalinan.
Bicaralah dengan dokter tentang pilihan alat kontrasepsi dan apa yang cocok dengan rencana Anda. Tanyakan tentang penggunaan IUD atau implan untuk membantu mencegah hamil lagi terlalu cepat.
Mungkin juga, dokter menyarankan agar melakukan tes pap smear untuk mendeteksi kanker serviks. Meski sudah pernah melahirkan, perempuan diharapkan dapat melakukan tes ini. Pasalnya menurut American Cancer Society, ibu yang pernah melahirkan berisiko 3 kali lipat mengalami kanker serviks. Umumnya, tes pap smear dilakukan 12 minggu setelah melahirkan, atau setelah ibu selesai nifas atau menstruasi.
Hal yang Perlu Diperhatikan Setelah Melahirkan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah melahirkan. Hal ini juga sangat penting demi menunjang keberlangsungan hidup ibu dan anak, di antaranya:
Kesehatan Ibu
Tonggak utama merawat anak adalah ibu. Ibu dengan fisik kuat dan emosi stabil dinilai dapat membantu tumbuh kembang anak secara optimal. Untuk itu, cek kembali masalah kesehatan termasuk gejala postpartum umum lainnya, seperti masalah kandung kemih, perdarahan postpartum, dan kram rahim, masalah usus dan wasir, kelelahan, dan hal lain yang dialami.
Masalah kelenjar tiroid juga perlu diperiksakan. Pasalnya, ibu baru akan lebih sering begadang sehingga dapat menyebabkan kondisi yang disebut tiroiditis pasca persalinan.
Bicaralah pada dokter jika mengalami:
- Demam lebih dari 38 °C
- Pendarahan yang semakin berat
- Sakit parah
- Pembengkakan di tubuh, terutama tangan atau wajah
- Mual dan muntah
- Sakit kepala yang tidak kunjung hilang atau semakin parah
- Pendarahan atau keputihan yang berbau busuk
- Kesulitan merawat diri sendiri dan bayi
- Perasaan depresi
- Buang air kecil yang menyakitkan, sensasi terbakar atau frekuensi buang air kecil.
Kesehatan Bayi
Mungkin sebagian Parents akan lebih fokus dengan kesehatan bayi baru lahir. Untuk itu, perhatikan masalah saluran pernapasan, kulit bayi, tali pusat, kotoran atau feses, dan bentuk kepala termasuk ubun-ubun. Perhatikan juga masalah kebersihan bayi seperti perawatan mandi bayi baru lahir, perawatan kuku, dan lainnya.
Parents juga wajib mengecek masalah menyusui. Apakah bayi menyusu dengan kuat, cara pelekatan benar, atau bayi mau menyusu atau tidak.
Artikel Terkait: Tips Perawatan Pasca Melahirkan Normal dan Caesar yang Aman, Ini yang Perlu Dilakukan
Dukungan Sosial dan Emosi
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada berbagai macam hal yang perlu diperhatikan setelah melahirkan. Bukan hanya masalah kesehatan ibu dan anak, melainkan dukungan sosial dan emosi dari keluarga juga sangat dibutuhkan untuk mendorong semangat merawat anak dan menyusui.
IDAI menuturkan, sekitar 50-80% ibu mengalami perubahan emosi yang terjadi 2-3 hari setelah melahirkan. Penyebabnya diduga akibat dari gangguan keseimbangan hormonal, predisposisi genetik, kepribadian yang kurang matang, kurang percaya diri, atau hubungan interpersonal yang rendah.
Agar sukses dalam proses menyusui, ayah harus ikut berpartisipasi aktif dalam mengambil keputusan, mempunyai sikap yang positif, dan mempunyai pengetahuan yang luas tentang keuntungan menyusui, ternyata sangat mendukung ibu. Kelekatan ayah dengan bayi dapat ditingkatkan dengan cara ayah hadir pada proses persalinan dan kontak lebih dekat dengan bayi selama masa neonatal.
Dukungan sosial dari lingkungan di sekitar ibu, mempunyai peran yang besar terhadap keberhasilan menyusui. Dukungan sosial itu berasal dari lingkungan di sekitar ibu, selain suami, juga keluarga seperti nenek dan keluarga lain yang sudah mempunyai pengalaman menyusui.
Selain itu, pengaruh media massa seperti TV, majalah, buku-buku tentang merawat bayi baru lahir dan ASI, dan internet yang bisa diakses Parents sangat membantu keluarga dalam merawat bayi dan proses menyusui.
Dukungan dari tempat ibu bekerja juga sangat diperlukan demi merawat kesehatan mental dan fisik ibu di awal tahun kehidupan sang anak. Adapun dukungan dari tempat kerja, yaitu pemberian hak cuti melahirkan yang diperpanjang jika ibu merasa belum begitu sehat, dan memberi kesempatan ibu menyusui dengan menyediakan tempat penitipan bayi di tempat kerja.
Kesehatan seorang ibu sangat berpengaruh terhadap buah hatinya, terutama dalam masa menyusui. Oleh karena itu, pemeriksaan ulang secara menyeluruh wajib dilakukan saat kontrol setelah melahirkan. Jika melahirkan normal lakukan sekitar setelah 6 minggu, sedangkan caesar lakukan pemeriksaan seminggu setelah melahirkan. Sudahkah ibu melakukan kontrol setelah melahirkan?
***
Artikel telah diupdate oleh: Nikita Ferdiaz
Baca Juga:
Kunjungan ke dokter setelah melahirkan
Tips Seks Pasca Melahirkan Untuk Para Ayah
Cukup Sekali! 4 Mitos Pascamelahirkan yang Tak Lagi Saya Percayai saat Lahiran Anak Kedua
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.