Berat badan menjadi salah satu faktor yang perlu Parents perhatikan di masa tumbuh kembang anak. Kenaikan berat badan anak setiap bulannya perlu dipantau, apakah sudah normal atau justru seret (weight faltering)?
Menurut dr. Nunki Andria, Sp.A., dokter spesialis anak yang praktik di RS Sari Asih Cipondoh, Tangerang, orang tua perlu mengetahui cara mengatasi kenaikan berat badan seret pada periode emas si Kecil.
Periode emas adalah 100 hari pertama kehidupan, mulai dari dalam kandungan sampai anak berusia 2 tahun.
“BB seret atau yang dimaksud dengan weight faltering adalah berat badan yang tidak naik, atau naik tetapi tidak sesuai target. Dibandingkan penimbangan BB bulan sebelumnya,” kata dokter Nunki.
Lebih lanjut, penjelasannya ada di bawah ini.
Artikel Terkait: 10 Vitamin Penambah Berat Badan Anak Rekomendasi, Mau Coba Bun?
Target Kenaikan Berat Badan Anak
Adapun target minimal kenaikan BB anak setiap bulannya:
- Usia 0-3 bulan yaitu 750 gram/bulan
- 4-6 bulan yaitu 600 gram/bulan
- 7-9 bulan yaitu 450 gram/bulan
- 10-12 bulan yaitu 360 gram/bulan
- 1-3 tahun yaitu 240 gram/bulan
“Target kenaikan BB harus terpenuhi setiap bulannya. Jika tidak, artinya anak mengalami weight faltering. Weight faltering adalah tanda awal dari malnutrisi, yang kalau dibiarkan berlama-lama, anak bisa jadi stunting atau perawakan pendek akibat kurang nutrisi berkepenjangan dan berulang. Bisa menyebabkan kecerdasan kurang,” jelas dr. Nunki.
Artikel terkait: 6 Cara Ampuh Menjaga Berat Badan Bayi agar Ideal dan Sehat
Penyebab Kenaikan Berat Badan Anak Seret (Weight Faltering) dan Cara Mengatasinya
Menurut dr. Nunki, terdapat tiga faktor penyebab kenaikan berat badan anak seret, di antaranya:
- Asupan kalori kurang
- Asupan kalori cukup, tetapi tidak semua diserap
- Serta, asupan kalori cukup, semua diserap, tetapi terjadi peningkatan kebutuhan
“Kebutuhan asupan kalori bayi 0-6 bulan adalah 120 kkal/kgBB/hari. Contoh, bayi usia 3 bulan, BB 5 kg = 120×5 = 600 kkal/hari. 600 kkal : 0.69 = 870 ml ASI.”
“Pada periode emas, ada masa ASI eksklusif dan MPASI. Pada periode ASI eksklusif, kebutuhan kalori harus terpenuhi full dari ASI,” jelas dr. Nunki dalam sesi kulgram theAsianparent pada Jumat (16/7).
Bunda, inilah tanda kecukupan ASI yang patut diketahui:
- Produksi ASI melimpah pada hari ke 2-4
- Bayi menyusu 8-12 kali, minimal 10 menit
- Tampak puas dan tertidur
- BAK >6x sehari, kuning jernih
- BAB >4x sehari, kuning
- BB kembali ke BB lahir selambatnya usia 14 hari
- BB naik sesuai target kenaikan BB bulanan
“Berat badan (BB) harus ditimbang tiap bulan dan diplot ke dalam grafik,” kata dokter Nunki.
“Jika BB naik tetapi tidak adekuat, maka tampak seperti grafik. Titik-titik plot melandai. Trend pertumbuhan anak tidak baik. Awalnya titik berada di sekitar garis hijau, kemudian melandai dan memotong garis merah (menyebrang) ke bawahnya.
“Begitu pula jika titik plot awalnya di atas garis hijau, kemudian memotong garis hijau menjadi di bawah garis hijau, walaupun masih dalam zona hijau. Namun, hal tersebut sudah termasuk weight faltering,” sambung dokter Nunki.
Artikel terkait: Panduan Pemberian MPASI Bayi Berdasarkan Saran Dokter Anak, Simak Bun!
Bagaimana Jika Saat Periode ASI Eksklusif BB Naik Adekuat, Namun Saat Periode MPASI BB Seret?
Sebenarnya kebutuhan kalori setiap anak berbeda, tergantung usia dan berat badan, serta keadaan khusus seperti adanya sakit berat dan sebagainya.
Namun, untuk catatan Parents, berikut ini kira-kira kebutuhan kalori anak usia 6-24 bulan per hari:
- 6-12 bulan = 110 kkal/kgBB/hari
- 1-2 tahun = 100 kkal/kgBB/hari
Perolehan kalori didapat dari:
- 6-8 bulan = 30% MPASI, 70% ASI
- 9-11 bulan = 50% MPASI, 50% ASI
- 1-2 tahun = 70% MPASI, 30% ASI
“MPASI yang dibuat harus adekuat dan berkualitas. Memperhatikan perbandingan karbohidrat, protein, lemak, dan sesuai dengan kebutuhan kalori dari MPASI,” papar dr. Nunki.
“Kalau makannya banyak tapi BB tidak naik, maka perlu ditinjau ulang apakah MPASI sudah bermutu,” tambahnya.
Penyebab Kenaikan Berat Badan Anak Seret karena Asupan Kalori Cukup, tapi Tidak Semua Diserap
Selain memperhatikan makronutrien seperti karbohidrat, protein, dan lemak, Bunda juga patut mengawasi kandungan zat besi.
Jika asupan zat besi kurang, anak bisa mengalami anemia defisiensi besi (ADB), dan kondisi ini berdampak kepada BB seret.
“Penting untuk selang-seling makanan atau sumber protein dengan yang tinggi zat besi, contohnya hati ayam. Zat besi heme (dari organ hewan atau daging merah) lebih mudah diserap,” ujar dr. Nunki.
“Atau selang-seling dengan MPASI instan. Karena sudah difortifiaksi ditambahkan vitamin dan mineral,” lanjutnya menjelaskan.
Satu hal lain yang perlu Bunda perhatikan adalah tekstur makanan. Kalau terlalu encer ternyata kalorinya rendah sehingga BB akan sulit naik. Contohnya tekstur cream soup yang terlalu encer.
“Porsi juga perlu naik bertahap. Jika anak lahap, tambahkan,” saran dr. Nunki.
Artikel terkait: 10 Inspirasi Menu MPASI dan Snack untuk Bayi Usia 6 Bulan
Bagaimana dengan Zat Besi dari Sumber Sayur dan Buah?
Dokter Nunki menjelaskan jika zat besi dari sayur dan buah jenisnya non-heme, sulit diserap, kadarnya pun rendah. “Apalagi buah dan sayur hanya perkenalan untuk usia kurang dari 2 tahun. Tidak boleh banyak.”
Tak luput, Bunda juga jangan berikan teh kepada anak, karena akan menghambat penyerapan zat besi.
“Pada awal MPASI hindari pemberian sayur dan buah yang banyak dan sering, karena merupakan antinutrisi,” terang dr. Nunki.
Perlukah Menggunakan BB Booster untuk Mengatasi Kenaikan Berat Badan Anak yang Seret?
Hati-hati dengan iklan BB booster. Cek tabel informasi gizi, apa kandungan di dalamnya?
Apakah aman? Apakah bermanfaat? Serta, apakah disarankan dokter anak?
Dari penjelasan dr. Nunki, BB booster yang benar adalah menambahkan jumlah kalori.
Bukan hanya tambahkan protein, atau lemaknya saja, tetapi semuanya. Karbohidrat, protein, lemak, perbandingannya tetap sama. Jumlahnya yang dilebihkan.
Asupan Kalori Cukup, Tidak Ada Gangguan Penyerapan, BB Tetap Seret?
Apabila kondisi ini terjadi, maka perlu pemeriksaan lebih lanjut ke dokter. Walau demikian, ada kemungkinan anak mengidap penyakit seperti:
- Infeksi seperti Tuberkulosis, HIV, TORCH, ISK
- Ada penyakit kronik seperti PJB, ginjal, endokrin, livel, dll
- Imunodefisiensi
- Kanker
- Sindrom Down, Turner, Rusell-Silver, dll
“Jika semua sudah dilakukan, BB tetap tidak naik, curigai “tersangka” lain. Yaitu anak sakit, baik penyakit infeksi atau penyakit non-infeksi, yang terkadang tidak bergejala dan gejala yang terlihat hanya BB seret,” ujar dr. Nunki.
Oleh karenanya, jika kenaikan berat badan anak tetap seret meski asupan kalorinya cukup dan tidak ada gangguan penyerapan, dianjurkan untuk segera melakukan pemeriksaan kepada dokter.
Baca juga:
Bayi Tidak BAB Setelah MPASI Pertama, Kapan Perlu Merasa Khawatir? Ini Kata Dokter
Saat Berat Badan Anak Susah Naik, Ini yang Aku Lakukan
6 Obat Diare Bayi Aman dan Alami, Hentikan Mencret pada Si Kecil
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.