Dunia musik Tanah Air baru saja kehilangan salah satu sosok terbaiknya. Kemarin, Selasa (5/5), penyanyi Didi Kempot meninggal dunia. Penyanyi campursari tersebut diketahui mengalami kondisi henti jantung mendadak (HJM).
Hal tersebut pun dijelaskan oleh Divan Fernandez, Manajer Humas Rumah Sakit Ibu Solo, tempat penyanyi bernama asli Dionisius Prasetyo itu berpulang.
“Henti napas, henti jantung. Setelah kami lakukan pertolongan, kami resusitasi. Namun, karena kondisi pasien buruk, pasien tidak tertolong. Pukul 07.45 dinyatakan meninggal oleh dokter,” ungkap Divan seperti yang dikutip dari laman Kompas.
Lalu, sebenarnya apa saja faktor penyebab dan gejala henti jantung mendadak yang dialami Didi Kempot?
Beberapa penyebab dan gejala henti jantung mendadak yang perlu diketahui
Henti jantung merupakan kondisi ketika jantung berhenti berdetak secara tiba-tiba. Kondisi yang disebut sebagai cardiac arrest atau sudden cardiac arrest (SCA) ini terjadi ketika adanya gangguan listrik pada otot jantung sehingga pompa jantung terhenti.
Saat hal ini terjadi, penderita bisa kesulitan menerima pasokan darah cukup pada organ vital seperti otak. Akibatnya, seseorang bisa susah bernapas dan kehilangan kesadaran. Dalam kondisi parah, keadaan ini bisa menimbulkan risiko kematian tinggi jika tidak ditangani secara cepat.
Penyebab henti jantung mendadak
Sudden cardiac arrest disebabkan oleh gangguan irama jantung, yakni penyakit ventrikel fibrilasi. Kondisi ini tentunya berbeda dengan serangan jantung yang biasanya disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah.
Dilansiri dari laman Alodokter, ventrikel fibrilasi merupakan gangguan irama jantung yang membuat ventrikel jantung hanya bergetar dan bukan berdenyut untuk memompa darah. Sehingga keadaan inilah yang menyebabkan jantung bisa berhenti secara mendadak.
Kondisi jantung berhenti mendadak ini bisa terjadi pada siapa saja. Seseorang juga bisa mengalami kondisi cardiac arrest akibat penyakit jantung yang belum terdiagnosis.
Namun biasanya, kondisi ini lebih berisiko pada mereka yang sudah memiliki penyakit jantung sebelumnya seperti:
- Penyakit jantung koroner
- Serangan jantung
- Kardiomiopati atau penyakit otot jantung
- Penyakit jantung bawaan
- Gangguan pada katup jantung
- Sindrom marfan atau gangguan pada jaringan ikat yang disebabkan oleh kelainan genetik
Selain penyakit tersebut, ada juga faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko henti jantung, di antaranya adalah:
- Memiliki riwayat penyakit jantung dalam keluarga
- Sering merokok
- Tekanan darah tinggi dan kadar kolesterol tinggi
- Mengalami obesitas
- Gaya hidup tidak sehat seperti jarang olahraga dan jarang bergerak, serta ketidakseimbangan nutrisi
- Penyakit gagal ginjal kronis
- Mengonsumsi obat-obatan terlarang atau penyalahgunaan NAPZA.
- Mengalami kondisi sleep apnea.
- Faktor usia. Sudden cardiac arrest atau henti jantung mendadak juga biasanya akan meningkat seiring bertambahnya usia.
Gejala awal yang biasanya dirasakan
Kondisi henti jantung biasanya terjadi secara tiba-tiba tanpa peringatan. Meski demikian, dilansir dari Mayoclinic, berikut merupakan tanda atau gejala yang biasanya dirasakan sebelum mengalami kondisi tersebut, yakni:
- Sesak napas
- Merasa tidak nyaman pada bagian dada
- Cepat merasa lemas
- Jantung berdebar dengan cepat
- Kehilangan kesadaran tiba-tiba
Henti jantung merupakan kondisi gawat darurat yang perlu ditangani segera. Oleh karena itu, jika sudah mengalami beberapa gejala awal yang sudah disebutkan, jangan ragu untuk segera menghubungi dokter.
Sementara itu, segera lakukan tindakan pertolongan pertama jika Anda melihat seseorang yang mengalami tanda henti jantung seperti kesulitan bernapas dan tidak sadarkan diri. Beberapa upaya pertolongan yang bisa dilakukan adalah:
- Hubungi paramedis
- Periksa denyut nadi di leher. Saat denyut tidak terasa, lakukan pertolongan cardiopulmonary resuscitation (CPR). Apabila tidak bisa melakukan CPR, cari seseorang yang mampu melakukannya.
- Jika tersedia, gunakan alat defibrillator atau alat kejut jantung otomatis sesuai petunjuk.
Langkah pencegahan yang bisa dilakukan
Henti jantung mendadak ini kerap disebut juga sebagai silent killer. Pasalnya, kondisi ini bisa terjadi pada siapa saja, baik mereka yang memiliki riwayat penyakit jantung maupun tidak. Meski demikian, bukan berarti kondisi ini tidak dapat dicegah.
Salah satu langkah pencegahan yang dilakukan tentunya adalah menjalani pola hidup sehat. Hal ini pun ditegaskan oleh Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Hengkie F. Lasanudin dari Rumah Sakit Pusat Pertamina.
“Salah satu kunci untuk menjaga kesehatan jantung hanya satu, lakukan pola hidup sehat. Kita boleh saja makan enak, asal jangan berlebihan. Konsumsi makanan bergizi dan jangan lupa olahraga,” jelas Hengkie kepada theAsianparent ID.
Berikut merupakan beberapa pola hidup sehat yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan jantung :
- Biasakan rutin olahraga dan menggerakkan tubuh. Minimal, jalan-jalan atau pun jogging di sekitar rumah pada pagi hari.
- Mengonsumsi makanan bernutrisi dan pastikan gizi tubuh seimbang
- Hindari rokok, minumam beralkohol, dan obat-obatan terlarang
- Batasi konsumsi makanan tinggi gula, garam, dan lemak.
- Jaga berat badan
- Terapkan upaya mengelola stres dengan baik
Itulah beberapa penyebab, gejala, dan cara pencegahan yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko henti jantung mendadak.
Jangan lupa, lakukan juga pemeriksaan kesehatan secara rutin dengan dokter agar kondisi kesehatan Anda bisa selalu dipantau. Terlebih, jika memang sebelumnya Parents memiliki riwayat penyakit yang dapat meningkatkan risiko kondisi berbahaya ini.
Semoga bermanfaat!
***
Referensi: Mayo Clinic, Alodokter, Halo Doc, Hello Sehat, Kompas
Baca juga:
Ingin jantung sehat, pastikan 15 jenis makanan ini Anda konsumsi
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.