Usia remaja sekitar 12-23 tahun merupakan usia peralihan antara anak-anak menuju dewasa. Para remaja rentan mengalami gangguan nafsu makan yang membuat kesehatan serta kesejahteraan mereka menjadi menurun.
Berat badan yang menurun karena gangguan makan bisa menyebabkan anak perempuan rentan mengalami masalah pada periode menstruasi mereka. Selain itu, gangguan makan juga bisa mengakibatkan keropos tulang dini hingga masalah kesehatan yang lebih serius seperti sakit ginjal dan penyakit jantung.
Dampak gangguan nafsu makan bisa sangat fatal pada remaja. Oleh sebab itu, sangat perlu bagi orang tua untuk mengetahui penyebab, gejala, faktor risiko, hingga cara mengatasinya. Berikut penjelasan selengkapnya
Artikel Terkait: Anaknya Sempat Alami Eating Disorder, Ini Cara Alya Rohali Menyembuhkannya
Penyebab Gangguan Makan pada Remaja
Sumber: Freepik
Gangguan makan (Eating Disorder) merupakan gangguan psikologis yang melibatkan gangguan ekstrem dalam perilaku makan. Menurut WebMd, penyebab gangguan makan tidak diketahui secara pasti. Para ahli menyimpulkan gangguan makan berhubungan dengan kombinasi berbagai faktor, seperti hubungan keluarga, masalah psikologis, dan genetika.
Selain itu, remaja kerap mengidamkan bentuk tubuh yang kurus sehingga menjalani pola diet yang kurang tepat. Olahraga yang menuntut untuk kurus, seperti balet, senam, atau lari juga bisa menjadi pemicu gangguan makan.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa gangguan makan seperti anoreksia diduga berhubungan dengan perfeksionisme dan standar diri yang tinggi.
Gejala Eating Disorder pada Remaja
Sumber: Freepik
Gejala gangguan makan pada remaja dapat terlihat jelas pada fisiknya. Selain itu, perilaku makannya juga bisa menunjukkannya. Secara umum, gejala gangguan makan mungkin termasuk yang berikut:
- Bentuk tubuh yang terdistorsi (mengalami perubahan yang tidak diinginkan)
- Melewatkan sebagian besar waktu makan
- Kebiasaan makan yang tidak biasa (seperti makan ribuan kalori dalam satu kali makan atau melewatkan waktu makan)
- Perubahan berat badan yang ekstrem
- Insomnia
- Sembelit
- Ruam kulit atau kulit kering
- Gigi berlubang
- Erosi email gigi
- Kehilangan kualitas rambut atau kuku
- Hiperaktif dan minat olahraga yang tinggi
- Mereka juga menunjukkan perubahan sikap seperti murung, cemas, depresi
- Terkadang hingga menarik diri dari teman, dan menjadi terlalu sensitif terhadap kritik
Remaja dengan gangguan makan sering menyangkal bahwa ada sesuatu yang salah. Banyak orang tua yang tidak menyadari hal ini terjadi pada anak mereka karena kebanyakan remaja memilih untuk menyembunyikannya.
Artikel Terkait: Teguran Nadya Hutagalung untuk Luna Maya Menyoal Eating Disorder
Jenis-Jenis Gangguan Nafsu Makan yang Sering Dialami Remaja
Sumber: Freepik
Menurut American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, 10 dari 100 perempuan muda di Amerika Serikat mengalami gangguan makan yang disebabkan oleh stres hingga kebiasaan gizi buruk.
Umumnya, ada dua jenis gangguan makan psikiatris, yakni anoreksia nervosa dan bulimia. Gangguan tersebut juga terjadi pada anak laki-laki, tetapi kasusnya jarang ditemukan.
Jenis utama gangguan makan meliputi:
- Anoreksia nervosa, yakni gangguan yang ditandai pembatasan makan, penurunan berat badan, dan ketakutan untuk menambah berat badan.
- Bulimia nervosa, yakni periode makan berlebihan (sering kali secara rahasia), tetapi justru diikuti dengan upaya untuk mengimbanginya dengan berolahraga berlebihan, muntah, atau periode diet ketat.
- Binge eating disorder, yakni gangguan makan yang ditandai dengan periode pesta makan yang berulang (dapat mencakup makan lebih banyak dari biasanya, merasa tidak nyaman kenyang, makan dalam jumlah besar saat tidak lapar secara fisik). Setelah itu perasaan bersalah, jijik, dan depresi dapat mengikuti episode pesta makan justru muncul.
- Other Specified Feeding or Eating Disorder (OSFED), yakni jenis gangguan perilaku makan atau makan yang menyebabkan penderitaan dan gangguan individu, tetapi tidak memenuhi kriteria untuk tiga gangguan makan di atas.
Faktor Risiko Gangguan Nafsu Makan pada Remaja
Sumber: Freepik
Penyebab gangguan makan memang belum bisa dipastikan. Menurut Better Health, anak berusia 18 tahun ke atas dan terutama remaja kerap mengalami gangguan makan.
Ada beberapa faktor yang membuat remaja mengembangkan pola makan yang tidak sehat, seperti psikologis, sosial, lingkungan, biologis, atau kombinasi keempatnya.
- Psikologis: Rendah diri, perfeksionis, kesulitan mengekspresikan perasaan seperti marah atau cemas, menjadi ‘orang yang menyenangkan’, kesulitan bersikap asertif dengan orang lain, hingga merasa takut dewasa.
- Sosial atau lingkungan: Diejek, diintimidasi, memenuhi harapan tinggi keluarga, perubahan besar dalam hidup seperti pecahnya keluarga, tekanan teman, terpengaruh promosi tubuh ideal lewat iklan dan media, serta kecenderungan budaya untuk menilai orang dari penampilan mereka.
- Biologis: Mengalami perubahan fisik tertentu, faktor genetik dan keluarga yang fokus pada aturan makan, berat badan, dan penampilan.
Gangguan makan anoreksia nervosa dan bulimia nervosa juga bisa dipicu oleh diet. Seseorang yang melakukan diet ketat (sangat membatasi kalori untuk jangka waktu tertentu), secara substansial meningkatkan risiko gangguan makan. Remaja tidak boleh didorong untuk melakukan diet.
Baik laki-laki maupun perempuan bisa mengalami gangguan makan, tetapi kondisi tersebut cenderung lebih banyak ditemukan kepada perempuan. Hanya sekitar 25 persen kasus terjadi pada laki-laki.
Artikel Terkait: Ini risiko bila ibu hamil alami gangguan makan alias eating disorder!
Bagaimana Cara Mencegah dan Mengatasinya?
Sumber: Freepik
Orang tua, guru, serta orang dewasa lain bisa memainkan peran penting untuk mencegah gangguan makan pada anak usia remaja. Beberapa cara bisa dilakukan dengan cara mengenalkan positive body image (citra tubuh positif) pada anak.
1. Menunjukkan Hubungan Baik dengan Makanan Bisa Cegah Gangguan Nafsu Makan
Orang tua bisa mendorong anak remajanya untuk mengembangkan pandangan yang baik dengan makanannya. Beberapa cara yang bisa dilakukan:
- Cobalah untuk tidak melabeli makanan sebagai ‘baik’ atau ‘buruk’.
- Hindari menggunakan makanan sebagai hadiah atau hukuman.
- Terimalah bahwa anak-anak cenderung memiliki kebiasaan makan yang berbeda dari orang dewasa.
- Jangan menuntut anak melakukan diet.
- Biarkan anak makan ketika mereka lapar dan berhenti ketika mereka kenyang, jangan memaksa anak Anda untuk memakan semua yang ada di piringnya.
2. Ajarkan Anak untuk Menerima Tubuh Mereka
Ada banyak cara untuk membantu anak menerima dan merasa nyaman dengan tubuhnya, yakni:
- Tunjukkan penerimaan terhadap berbagai bentuk dan ukuran tubuh.
- Buatlah upaya positif untuk menggambarkan tubuh sendiri sebagai fungsional dan dirancang dengan baik.
- Menunjukkan makan sehat dan terlibat dalam aktivitas fisik untuk kesehatan dan kesenangan.
- Jangan mengkritik atau menggoda anak tentang penampilan mereka.
- Dorong anak berolahraga teratur untuk membantu menjaga kesehatan dan kebugaran, bukan untuk menuntut kesempurnaan penampilan.
3. Mendorong Self Esteem pada Anak
Self esteem merupakan sebuah pikiran, perasaan, dan pandangan seseorang atas diri mereka sendiri. Identitas dan harga diri yang kuat penting untuk membantu anak-anak dan remaja yang lebih besar mengatasi tekanan hidup.
Hal yang bisa orang tua lakukan meliputi:
- Bantu mereka untuk mengembangkan strategi koping (mekanisme untuk menghadapi stres) yang efektif.
- Dorong mereka untuk mengekspresikan kebutuhan dan keinginan mereka.
- Ajari anak untuk mengatakan ‘tidak’ pada sesuatu yang tidak dikehendakinya.
- Bantu anak mengembangkan kesadaran kritis tentang gambar dan pesan yang mereka terima dari televisi dan media sosial.
Nah, itulah penjelasan tentang gangguan makan pada anak. Bila anak remaja menunjukkan tanda-tanda membatasi makan atau makan berlebihan, segera konsultasikan dengan dokter ahli agar segera mendapatkan penanganan. Semoga bermanfaat!
Artikel telah ditinjau oleh:
dr. Gita Permatasari
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi
Baca Juga:
Awas, Anak Bisa Kena Gangguan Pola Makan! Cegah Sedini Mungkin
Pesan Demi Lovato Soal Glorifikasi Penurunan Berat Badan, "Jangan Mengomentari Tubuh!"
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.