Fase remaja adalah suatu hal yang pasti dilalui oleh setiap orang. Anak yang akan memasuki rentang usia remaja berarti ia akan memasuki masa peralihan dari kanak-kanak menuju masa dewasa.
Di fase rentang usia remaja ini anak akan mengalami banyak perubahan pada diri mereka. Perubahan tersebut meliputi perkembangan fisik, seksual, perilaku, kognitif, hingga emosional-sosial.
Image: Freepik
Melansir dari Association of Maternal & Child Health Programs, penelitian menyebutkan bahwa ada tiga fase remaja berdasarkan tahap perkembangan usia, yaitu fase remaja awal, remaja pertengahan, dan remaja akhir (dewasa muda).
Berbagai perubahan fisik, seksual, kognitif, sosial, dan emosional yang terjadi selama fase ini terkadang dapat menimbulkan kecemasan tersendiri, baik bagi anak maupun keluarganya.
Untuk itu, remaja dan orang tua perlu memahami apa yang sebenarnya terjadi di setiap fase rentang usia remaja. Pasalnya, antara satu fase dengan fase yang lainnya memiliki karakteristik yang berbeda. Dengan memahami setiap fase, maka dapat mendorong perkembangan masa remaja yang sehat.
Lantas, apa saja tiga fase remaja berdasarkan perkembangan tahap usianya?
Artikel Terkait: Hasil Penelitian : Remaja Masa Kini Lebih Baik Dari Remaja Masa Lalu
Tiga Fase Remaja
Berikut ini informasi mengenai tiga fase utama pada masa remaja berdasarkan tahap perkembangan usianya.
1. Fase Remaja Awal (Usia 10-13 Tahun)
Masa remaja awal terjadi di antara usia 10-13 tahun. Selama tahap ini, anak-anak sering kali mulai tumbuh lebih cepat dan mengalami tahap awal pubertas. Baik anak laki-laki maupun perempuan akan mengalami pertumbuhan fisik yang signifikan dan minat seksual yang meningkat.
Mereka juga mulai memperhatikan perubahan tubuh lainnya, termasuk pertumbuhan rambut di bawah lengan dan di dekat alat kelamin, perkembangan payudara pada anak perempuan dan pembesaran testis pada anak laki-laki.
Pada anak perempuan, perubahan ini biasanya dimulai satu atau dua tahun lebih awal jika dibandingkan pada anak laki-laki. Bahkan, beberapa perubahan juga normal dialami sejak memasuki usia 8 tahun untuk perempuan dan 9 tahun untuk laki-laki.
Banyak remaja perempuan mulai menstruasi pada usia 12 tahun atau rata-rata 2 hingga 3 tahun setelah dimulainya perkembangan payudara.
Image: Freepik
Perubahan tubuh ini dapat menimbulkan rasa ingin tahu dan kecemasan pada beberapa orang, terutama jika tidak tahu mana yang normal dan mana yang tidak. Beberapa anak mungkin juga mempertanyakan identitas gender mereka saat ini.
Secara kognitif, remaja pada tahap ini sudah mulai mengalami peningkatan minat intelektual. Mereka juga memiliki pemikiran yang konkrit, seperti mulai mencari kebenaran dari suatu hal, baik atau buruk, dan sebagainya. Selain itu, pada tahap ini para remaja juga mulai memusatkan pemikiran mereka pada diri sendiri (disebut egosentrisme).
Sebagai bagian dari ini, praremaja dan remaja awal sering kali sadar diri tentang penampilan mereka dan merasa seolah-olah mereka selalu dinilai oleh teman sebayanya. Hal ini yang membuat kebanyakan anak remaja menganggap penting semua pemikiran dan penilaian orang tentang dirinya.
Selain itu, anak praremaja merasakan peningkatan kebutuhan akan privasi. Mereka mungkin mulai mencari cara untuk mandiri dari keluarga. Dalam proses ini, mereka tampak memberikan batasan atau bereaksi keras jika orang tua mereka terkesan terlalu mengekang atau mencampuri urusan pribadi mereka.
2. Fase Remaja Pertengahan (Usia 14-17 Tahun)
Perubahan fisik dari pubertas berlanjut selama masa remaja pertengahan. Untuk anak laki-laki, perubahan suara akan mulai terjadi di mana suara akan terdengar lebih berat. Selain itu, jerawat juga terlihat mulai muncul di wajah. Sedangkan pada anak perempuan, kebanyakan sudah mulai mengalami menstruasi yang teratur di fase ini.
Di usia ini, banyak remaja juga mulai tertarik untuk menjalin hubungan yang lebih dari pertemanan dengan lawan jenisnya. Mereka mungkin mempertanyakan dan mengeksplorasi identitas seksual mereka yang bisa saja membuat stres jika mereka tidak mendapat dukungan dari teman sebaya, keluarga, atau komunitas.
Image: Freepik
Di tahap ini, kebanyakan remaja juga mulai cenderung menghabiskan lebih sedikit waktu dengan keluarga karena lebih memilih bersama dengan teman-temannya. Perkembangan kognitif anak di fase remaja pertengahan ini juga semakin matang, tetapi cara berpikir mereka masih belum sematang pemikiran orang dewasa.
Remaja menengah lebih mampu berpikir abstrak dan mempertimbangkan “gambaran besar”, tetapi mereka mungkin masih kurang mampu menerapkannya pada saat itu. Misalnya, dalam situasi tertentu, anak-anak di masa remaja pertengahan mungkin mendapati diri mereka memikirkan hal-hal seperti:
“Selama ini aku cukup berhasil dalam pelajaran matematika dan aku benar-benar ingin menonton film yang satu ini sekarang, jadi rasanya melewatkan satu malam untuk tidak belajar bukan masalah, nih.”
3. Fase Remaja Akhir atau Dewasa Muda (Usia 18-24 Tahun)
Image: Freepik
Memasuki fase remaja akhir, pada umumnya fisik telah berkembang secara maksimal. Selain itu, remaja akhir juga telah memiliki kemampuan berpikir yang lebih matang jika dibandingkan dengan remaja menengah. Mereka juga menjadi lebih fokus pada masa depan serta mampu membuat keputusan berdasarkan harapan dan cita-cita mereka. Sebagai contoh:
“Aku suka banget drakor yang satu ini, tapi besok ada ujian fisika. Mendingan aku belajar aja, deh, untuk ujian besok.”
Dalam hal persahabatan, hubungan keluarga dan percintaan, remaja akhir biasanya akan lebih stabil. Mereka telah bisa menentukan dengan siapa meminta nasihat atau mendiskusikan topik tertentu secara dewasa.
Artikel Terkait: ‘Siapa Aku?’- Memahami Perkembangan Emosi Remaja
Bagaimana Orang Tua Membantu Anak Mengeksplor Masa Remajanya?
Image: Freepik
Sebagai orangtua, ada beberapa hal yang bisa Parents lakukan untuk mendukung dan membantu anak menjalani fase remajanya dengan baik, antara lain:
-
Bantu Anak Mengantisipasi Perubahan Tubuhnya
Pelajari tentang pubertas dan jelaskan apa yang akan terjadi. Yakinkan mereka bahwa perubahan fisik serta munculnya seksualitas adalah bagian dari perkembangan normal dan sehat. Berikan ruang untuk pertanyaan dan biarkan anak-anak bertanya senyaman mungkin. Parents juga bisa berkonsultasi dengan dokter anak jika diperlukan.
-
Jaga Intensitas Komunikasi dengan Anak
Dalam hal ini, Parents disarankan untuk bisa menjaga komunikasi terbuka dengan anak mengenai berbagai hal, termasuk hubungan pertemanan yang sehat, bagaimana menyikapi perasaan terhadap lawan jenis, bahaya seks bebas serta penggunaan narkoba, pendidikan, agama, dan sebagainya.
-
Bersikaplah Suportif dan Tetapkan Batasan Jelas untuk Anak
Parents bisa lebih mendiskusikan perilaku berisiko (seperti aktivitas seksual dan penggunaan narkoba) serta konsekuensinya. Pastikan memberikan contoh positif dari diri Parents sendiri. Ini dapat membantu remaja mempertimbangkan atau melatih mereka dalam mengambil keputusan dan mempersiapkan diri untuk menjalani kehidupannya.
-
Hormati Kebebasan dan Privasi Anak
Parents boleh memberikan kebebasan dalam batas wajar terhadap anak, tetapi tetap dibarengi dengan rasa tanggung jawab dari diri anak sendiri. Selalu ingatkan anak bahwa Parents akan selalu ada untuk mereka kapan pun saat dibutuhkan.
Masa remaja bisa terasa seperti naik roller coaster. Dengan menjaga hubungan orangtua-anak yang positif dan saling menghormati selama periode ini, keluarga Anda dapat menikmati perjalanannya.
Demikian penjelasan tentang tiga fase remaja yang akan dilalui setiap anak dalam hidupnya. Masa remaja diibaratkan seperti roller coaster, ada masa naik dan turunnya. Untuk itu, menjaga hubungan yang positif antara orangtua dan anak akan membantu anak menikmati masa remaja yang sehat, serta akan berdampak baik untuk kehidupan anak di masa depan.
Source: Association of Maternal & Child Health Programs, American Academy of Pediatrics
Baca Juga:
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.