X
theAsianparent Indonesia Logo
theAsianparent Indonesia Logo
kemendikbud logo
  • Korea Update
  • Hidrasi Keluarga
  • Cari nama bayi
  • Rangkaian Edukasi
    • Pengasuhan Anak
    • Edukasi Prasekolah
    • Edukasi Sekolah Dasar
    • Edukasi Remaja
  • TAPpedia
  • TAP Rekomendasi
    • Korea Update
  • Kehamilan
    • Kalkulator perkiraan kelahiran
    • Aku Hamil
    • Tips Kehamilan
    • Melahirkan
    • Menyusui
    • Kehilangan bayi
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Project Sidekicks
  • Tumbuh Kembang
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Usia Sekolah
    • Praremaja
  • Parenting
    • Keluarga
    • Pernikahan
    • Seks
    • Berita Terkini
  • Kesehatan
    • COVID-19
    • Info Sehat
    • Penyakit
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Hiburan
    • Travel
    • Fashion
    • Kebudayaan
    • Kecantikan
    • Keuangan
    • Marvelous Asian Mums Special 2021
  • Nutrisi
    • Resep
    • Makanan & Minuman
    • Sarapan Bergizi
  • Videos
    • Kata Pakar Parenting
    • Plesiran Ramah Anak
    • Pilihan Parents
    • Kisah Keluarga
    • Kesehatan
    • Kehamilan
    • Event
    • Tumbuh Kembang
  • Belanja
  • Ayah manTAP!
    • Kesehatan Ayah
    • Kehidupan Ayah
    • Aktivitas Ayah
    • Hobi
  • VIP

'Siapa Aku?'- Memahami Perkembangan Emosi Remaja

Bacaan 4 menit
'Siapa Aku?'- Memahami Perkembangan Emosi Remaja'Siapa Aku?'- Memahami Perkembangan Emosi Remaja

Pahamilah perkembangan emosi remaja agar tidak timbul penyesalan di kemudian hari.

Tantangan memiliki anak remaja tentu saja akan jauh berbeda ketika masih memiliki anak usia toddler. Setidaknya, salah satu hal yang perlu perhatikan adalah bagaimana memahami perkembangan emosi remaja.

***

Pemerintah  kota/ kabupaten Purwakarta beberapa waktu lalu menerapkan aturan yang cukup kontroversial dan dibuat dengan alasan untuk melindungi kehormatan remaja dan keluarganya. Dalam peraturan itu disebutkan mereka tak boleh berkeliaran dengan lawan jenis di atas jam 9 malam. Jika ada yang melanggar maka Pak Bupati siap menikahkan mereka hari itu juga.

Perkembangan emosi remaja yang tidak stabil membuat mereka rentan terguncang ketika menghadapi masalah kecil.

Perkembangan emosi remaja yang tidak stabil membuat mereka rentan terguncang ketika menghadapi masalah kecil.

Memang nggak salah. Siapa yang tak waswas membaca atau mendengar tentang betapa rentannya para remaja tersesat dalam hal-hal yang merusak masa depannya?

Tapi bagaimana kalau para remaja yang berkeliaran di jalan itu lagi dalam perjalanan pulang mengerjakan tugas sekolah, atau karena mereka pulang dari bekerja untuk mencari tambahan uang saku? Apa ya musti dinikahkan paksa juga? Hmm .. jangan-jangan kitalah yang paranoid dan terlalu berprasangka buruk pada mereka.

Di usia antara 14 hingga 18 tahun sesosok individu sudah tak lagi pantas disebut anak-anak. Tapi mereka juga belum pantas disebut orang dewasa. Serba tanggung. ‘Jika bukan anak-anak, lalu siapa aku?’ ‘Aku sudah besar, tapi mengapa mereka tak mau mendengarku?’ Itu hanya sedikit contoh apa yang kira-kira muncul dalam hati seorang remaja.

Ketidakjelasan ini menimbulkan kegalauan dan mempengaruhi perkembangan emosi remaja yang sedang berusaha memahami dunia. Mereka mungkin akan mudah tersinggung, suka membantah atau bahkan menjauhi Anda.

Kegamangan remaja menjelaskan pada dirinya sendiri tentang identitas dirinya membuatnya terpaku pada hal itu sepanjang waktu. Ia lupa bahwa dia masih memiliki kita, keluarganya. Namun itu pun bukan kesalahannya 100 persen.

‘Hai Dunia, lihatlah aku!’

Saya punya seorang teman yang masih SMP ketika saya bekerja di warnet. Lama tak bertemu, suatu hari saya melihatnya di kolam renang. Melihat rambutnya yang mohawk dan celananya yang robek-robek, saya sudah tahu dia sekarang anak punk.

Manakah jalan yang harus kupilih?

‘Manakah jalan yang harus kupilih?’

Waktu saya bertanya mengapa, dia menjawab, “Aku ketemu teman baru di warung kopi, Mbak. Aku waktu itu kelas 3 SMP. Teman baruku itu enak banget diajak ngobrol dan kalo ngomong sama dia kayaknya aku ini seumuran sama dia.

Kayak aku ini bukan anak kecil. Aku seneng banget, dia nggak ngeremehin aku. Padahal umur dia itu udah banyak. Nah, temanku ini punk, aku senang dengan sikapnya dan aku pengen seperti dia.”

Keinginan untuk dianggap, diperhitungkan dan didengarkan sebenarnya bukan hanya milik para remaja. Hanya saja keinginan ini lebih kuat di fase remaja karena mereka sedang berusaha keras mencari jati diri. Sangat penting bagi kita untuk tidak menyepelekan keberadaan remaja agar mereka bisa menghargai dirinya sendiri.

Seseorang yang mampu menghargai dirinya sendiri akan berpikir dua kali saat tergoda melakukan perbuatan yang tidak bermoral. Mereka pun juga akan terhindar dari depresi ketika gagal membuat dunia memperhitungkan kehadirannya.

Anda sudah berniat menghargai para remaja ketika mendengarkan mereka bicara, apa pendapat mereka tentang suatu masalah dan tanyakan apa alasan mereka. Meski kita tahu pendapat mereka amat konyol, jangan tertawa. Biarkan mereka bicara dan perlahan Anda pun akan mengerti apa sesungguhnya yang mereka pikirkan dan rasakan.

Anugerah terbesar bagi seorang remaja

Saya sama seperti Anda, pernah jadi remaja dan pernah juga berbuat kesalahan. Saya mengalami masa remaja yang ‘sulit’, tapi berhasil selamat. Itu semua karena saya memiliki orangtua terbaik yang tak pernah berhenti menyayangi meski saya sangat nakal.

Orangtua yang terlalu sibuk bekerja tidak akan memahami tentang perkembangan emosi remaja. Begitu juga orangtua yang terlalu memberikan kebebasan atau mengekang anak. Kita membatasi anak dengan peraturan, memanjakan mereka dengan fasilitas dengan harapan agar anak menjadi ‘baik dan berguna’. Tapi itu ‘kan harapan dan keinginan Anda.

Orangtua yang bisa menerima sikap anak dan mencoba memahami tindakannya adalahanugerah terbesar bagi seorang remaja.

Orangtua yang bisa menerima sikap anak dan mencoba memahami tindakannya adalahanugerah terbesar bagi seorang remaja.

Manusia yang hanya melihat semua persoalan dari satu sudut pandang tidak akan pernah mengerti, atau mencoba mengerti, apa yang dirasakan orang lain. Termasuk anak mereka sendiri. Pernahkah kita mencoba sekali saja dalam tugas kita sebagai orangtua, memposisikan diri sebagai mereka agar bisa merasakan apa yang mereka rasakan?

Parents, semoga ini bisa menjadi pertimbangan Anda saat menyikapi perkembangan emosi remaja yang tidak selalu menyenangkan hati Anda.

Referensi: www.merdeka.com

Cerita mitra kami
Manfaat Minyak Kemiri Bisa Tebalkan Rambut Bayi, Mitos atau Fakta?
Manfaat Minyak Kemiri Bisa Tebalkan Rambut Bayi, Mitos atau Fakta?
Cara Mengedukasi Si Kecil Agar Memahami Pandemi
Cara Mengedukasi Si Kecil Agar Memahami Pandemi
5 Kesalahan yang Sering Bunda Lakukan Saat Belanja Bulanan
5 Kesalahan yang Sering Bunda Lakukan Saat Belanja Bulanan
Sudahkah Kita Membersihkan Tangan dengan Bersih dan Menyeluruh?
Sudahkah Kita Membersihkan Tangan dengan Bersih dan Menyeluruh?

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.

img
Penulis

jpqosinbo

  • Halaman Depan
  • /
  • Praremaja
  • /
  • 'Siapa Aku?'- Memahami Perkembangan Emosi Remaja
Bagikan:
  • Pesan Seorang Ibu Tentang Pentingnya Membiarkan Anak Laki-laki Menangis

    Pesan Seorang Ibu Tentang Pentingnya Membiarkan Anak Laki-laki Menangis

  • Inilah 10 Cara Mendidik Anak Usia 2 Tahun yang Sering Berulah

    Inilah 10 Cara Mendidik Anak Usia 2 Tahun yang Sering Berulah

  • 12 Film Dewasa Thailand yang Sensual, Tontonan Pas buat "Malmingan" Bareng Pasangan

    12 Film Dewasa Thailand yang Sensual, Tontonan Pas buat "Malmingan" Bareng Pasangan

  • Beli Sperma via Online, Ibu Ini Sukses Lahirkan 'Bayi Online' Pertamanya

    Beli Sperma via Online, Ibu Ini Sukses Lahirkan 'Bayi Online' Pertamanya

app info
get app banner
  • Pesan Seorang Ibu Tentang Pentingnya Membiarkan Anak Laki-laki Menangis

    Pesan Seorang Ibu Tentang Pentingnya Membiarkan Anak Laki-laki Menangis

  • Inilah 10 Cara Mendidik Anak Usia 2 Tahun yang Sering Berulah

    Inilah 10 Cara Mendidik Anak Usia 2 Tahun yang Sering Berulah

  • 12 Film Dewasa Thailand yang Sensual, Tontonan Pas buat "Malmingan" Bareng Pasangan

    12 Film Dewasa Thailand yang Sensual, Tontonan Pas buat "Malmingan" Bareng Pasangan

  • Beli Sperma via Online, Ibu Ini Sukses Lahirkan 'Bayi Online' Pertamanya

    Beli Sperma via Online, Ibu Ini Sukses Lahirkan 'Bayi Online' Pertamanya

Daftarkan email Anda sekarang untuk tahu apa kata para ahli di artikel kami!
  • Kehamilan
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
  • Tumbuh Kembang
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Praremaja
    • Usia Sekolah
  • Parenting
    • Pernikahan
    • Berita Terkini
    • Seks
    • Keluarga
  • Kesehatan
    • Penyakit
    • Info Sehat
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Keuangan
    • Travel
    • Fashion
    • Hiburan
    • Kecantikan
    • Kebudayaan
  • Lainnya
    • TAP Komuniti
    • Beriklan Dengan Kami
    • Hubungi Kami
    • Jadilah Kontributor Kami
    • Tag Kesehatan


  • Singapore flag Singapore
  • Thailand flag Thailand
  • Indonesia flag Indonesia
  • Philippines flag Philippines
  • Malaysia flag Malaysia
  • Sri-Lanka flag Sri Lanka
  • India flag India
  • Vietnam flag Vietnam
  • Australia flag Australia
  • Japan flag Japan
  • Nigeria flag Nigeria
  • Kenya flag Kenya
© Copyright theAsianparent 2022. All rights reserved
Tentang Kami|Tim Kami|Kebijakan Privasi|Syarat dan Ketentuan |Peta situs
  • Fitur
  • Artikel
  • Beranda
  • Jajak

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

Kami menggunakan cookie agar Anda mendapatkan pengalaman terbaik. Pelajari LagiOke, Mengerti

theAsianparent heart icon
Kami ingin mengirimkan Anda informasi terbaru seputar gaya hidup.