Media sosial tentunya bukan menjadi hal yang asing di telinga banyak orang, khususnya bagi remaja. Sebagian besar dari mereka memiliki berbagai akun di berbagai lini media sosial, mulai dari akun Facebook, Instagram, Twitter, maupun jejaring sosial yang lainnya.
Lalu, mungkin timbul dalam benak orangtua terkait urgensi pengawasan remaja dalam bermedia sosial. Sebenarnya, pentingkah mengawasi akun media sosial remaja dalam kesehariannya?
Kisah kekhawatiran orangtua akan teknologi dan media sosial
Tak jarang, semakin mudahnya akses informasi melalui media sosial membuat khawatir orangtua yang memiliki anak remaja.
Suatu hari, seorang sahabat menelepon saya di tengah malam untuk mencurahkan kegalauannya akibat ulah putri remajanya yang baru berusia 13 tahun. Secara tak sengaja sahabat saya melihat foto setengah bugil si anak remaja, Cindy, dalam ponselnya.
Ketika sahabat saya menginterogasi Cindy mengenai foto yang kurang pantas itu, Cindy mengatakan bahwa yang ia melakukan hal yang biasa saja, yang juga dilakukan oleh teman-teman karibnya di sekolah.
Sahabat saya bercerita sambil menangis, karena ia telah banyak mendengar masalah yang dipicu oleh pergaulan yang tidak sehat dalam Facebook. Ia khawatir anak gadisnya akan mengalami masalah yang sama.
Sahabat saya mengakui putrinya banyak menghabiskan waktu untuk aktifitas jejaring sosial, dan ia tak pernah mengetahui apa saja yang dilakukan Cindy saat menyibukkan diri dengan kegiatan onlinenya.
Artikel Terkait : Studi : Angka kehamilan remaja makin meningkat, bagaimana Parents mencegahnya?
Perlukah mengawasi akun Facebook dan media sosial lain?
Serangan teknologi siber membuahkan tantangan yang menghasilkan perubahan dalam kehidupan untuk semua orangtua. Dampaknya terhadap perubahan pemikiran seseorang dapat diketahui melalui kebiasaan dan sikap generasi muda di seluruh dunia dewasa ini.
Channel News Asia menuliskan headline “Remaja Singapura telah Terbiasa dengan Hubungan Seks”, sebuah artikel yang secara umum menyatakan bahwa para remaja beranggapan bahwa berhubungan seks dengan seseorang merupakan sesuatu yang ‘keren’.
Carol Balhetchet, pimpinan layanan generasi muda pada Komunitas Anak Singapura mengatakan, media sosial semacam Facebook pun turut berperan dalam menyampaikan pesan bahwa kebebasan dalam hal seksualitas adalah sesuatu yang keren dan berusaha menjadikan pemahaman ini sebagai suatu paham yang dianut secara bersama-sama.
Lalu bagaimanakah sikap kita sebagai orang tua dalam menghadapi masalah ini? Haruskah kita mengabaikan hak anak atas privasi dengan memata-matai apapun yang mereka lakukan, baik secara online maupun offline, demi mencegah hal-hal buruk yang dapat terjadi di masa depan? Atau bereaksi ekstrem dengan menutup sama sekali akses mereka ke Facebook?
Artikel Terkait : Sering diabaikan! Ini gejala awal gangguan mental pada remaja yang perlu Parents tahu
Hal yang sebaiknya dilakukan orangtua
Orangtua memiliki peran penting dalam pengawasan namun dengan cara yang tidak berlebihan.
Jangan lupakan bahwa remaja adalah juga manusia biasa yang membutuhkan pengakuan atas eksistensinya. Usia muda dan kurangnya pengalaman bisa jadi bencana tatkala mereka melakukan apapun demi meraih pengakuan secara instan, termasuk dengan memajang foto profil semi-telanjang di Facebook.
Reaksi Anda dengan memarahi si anak remaja habis-habisan adalah suatu reaksi wajar. Namun, si anak remaja punya pendapat lain dan mereka justru menerima kemarahan Anda sebagai sikap yang seolah-olah memusuhi mereka pada saat mereka membutuhkan dukungan untuk melalui masa sulit setelah melakukan kesalahan.
Buat mereka memahami tentang harapan Anda agar mereka menjadi manusia bertanggung jawab dan konsisten terhadap tujuan. Bahwa melakukan apa pun di Facebook dan situs jejaring sosial mana saja sama dengan mempersilakan seluruh dunia mengetahui semua hal tentang diri mereka, termasuk hal-hal yang seharusnya tak boleh diketahui siapapun.
Jika Anda masih tetap merasa khawatir terhadap aktifitas anak remaja Anda, buatlah sebuah akun Facebook atas nama Anda sendiri (buatlah juga akun Twitter, MySpace, GTalk dan situs jejaring sosial apapun yang diikuti oleh remaja Anda). Jadikan mereka teman, dan Anda juga dapat menambahkan teman-teman Anda semasa sekolah atau kuliah.
Anda akan tetap dapat mengawasi anak remaja Anda tanpa harus menjadi orang tua yang menakutkan, dan sekaligus bernostalgia mengenang masa muda.
Baca Juga :
Adakah Remaja Sekitar Anda Jadi Korban Bullying di Medsos? Ini Cara Membantunya Bangkit
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.