Dinasihati bukannya mendengarkan dengan baik, si kecil malah cengengesan. Ngeyel banget! Keki rasanya, ya, Bunda, menghadapi anak yang seperti ini. Simak penjelasan pakar perkembangan dan pengasuhan anak Claire Lerner, LCSW-C melansir laman Psychology Today tentang bagaimana cara mengatasi anak ngeyel.
4 Cara Mengatasi Anak Ngeyel
Apakah Anak Mendengar Perkataan Anda?
Image: Pexels
Ini pertanyaan yang kerap terlintas di pikiran orang tua saat anaknya bersikap ngeyel ketika dinasihati atau dikoreksi: “Sebenarnya anak mendengarkan dan mengerti perkataan saya atau tidak, ya?” Ya, anak mendengarkan Anda!
“Tapi mengapa ia malah tertawa atau bersikap ngeyel? Apakah ada yang salah dengannya –seperti sosiopat, mungkin?” Tidak, mereka bukan sosiopat.
Ada beberapa poin penting yang ditegaskan Claire mengenai reaksi ngeyel anak. Yaitu:
- Saat anak menghindari situasi yang membuat dirinya tidak nyaman, seperti dikoreksi atau dinasihati, ia akan tertawa, menghindari kontak mata atau melarikan diri. Reaksi spontan itu normal.
- Tertawa atau menghindari kontak mata bukan tanda anak tidak memiliki empati. Sebaliknya, saat itu mereka sedang dibanjiri emosi yang sulit mereka kendalikan. Di sisi lain, mereka belum memiliki keterampilan bagaimana menunjukkan emosinya.
- Merespons reaksi anak dengan berlebihan akan membuat dirinya semakin malu dan menghindari Anda.
Berikut ini penjelasan cara mengatasi anak ngeyel secara mendalam seperti melansir Psychology Today.
Artikel terkait: Bunda, ini 14 cara jitu cara menghadapi anak nakal dan banyak ulah
Apa yang Menyebabkan Anak Tertawa Saat Dimarahi?
Image: Unsplash
Ketika Anda sedang menasihati, mengoreksi, atau memarahinya karena perilakunya yang tidak baik, anak malah tertawa. Sikapnya itu membuat Parents khawatir dan merasa gagal sebagai orang tua, karena ia tampak tidak merasa bersalah atas perilaku buruknya dan justru bersenang-senang untuk hal itu.
Parents, menurut Claire, respons tertawa yang ditunjukkan anak itu adalah sebuah tindakan penolakannya untuk melakukan kontak mata dengan Anda. Itu sikap atau perilaku bahwa ia sedang melarikan diri atau mengelak dari nasihat/koreksi/amarah Anda.
Di sisi lain, banyak orang tua menganggap sikap tertawa anaknya sebagai ketidakpeduliaannya terhadap Anda dan tidak adanya empati kepada orang yang disakitinya (tanda sosiopat pemula).
Kata Claire, yang harus mengoreksi dirinya terlebih dahulu adalah orang tua. Orang dewasa –dalam hal ini orang tua- beranggapan demikian karena mereka memang cenderung menafsirkan perilaku anak dengan kacamata logikanya, bukan dari sudut pandang anak. Makanya enggak nyambung, karena memang logika orang dewasa dengan perilaku anak-anak tidak bisa dihubungkan. Jadi, cobalah untuk melihat perilaku anak dari sudut pandangnya.
Mekanisme Koping
Image: Unsplash
Respons mengelak itu bukan berarti anak tidak memiliki empati atau perasaan. Banyak anak, terutama mereka yang sifatnya sangat sensitif (highly sensitive/HS), menerima arahan/nasihat orang tuanya sebagai dakwaan/tuduhan (lebih bersifat negatif bukan positif).
Sikap tertawa, membalikkan tubuh, pergi meninggalkan Anda atau menutup telinganya itu bagian dari mekanisme koping. Itu bentuk respons perlindungan dirinya dari sesuatu yang mengancam ketenteramannya, serta cara meluapkan emosi yang sulit untuk diaplikasikannya dalam tindakan.
Secara kognitif mereka tahu bahwa mereka salah, tetapi keterampilan mereka dalam mengatasi kesalahannya belum terbentuk sempurna. Ditambah perasaannya yang sensitif tadi di mana ia menerima nasihat Anda sebagai sebuah serangan, maka ia bersikap ngeyel.
Jadi Anda sudah paham, ya, kalau sikap ngeyelnya terhadap Anda bukan sesuatu yang disengaja. Untuk Bunda ketahui, anak juga lelah, kok, menghadapi diri mereka yang seperti itu.
Artikel terkait: 10 Alasan Dibalik Perilaku Anak yang Terlihat Nakal
Orang Tua Harus Introspeksi Sebelum Cari Tahu Cara Mengatasi Anak Ngeyel
Image: Unsplash
Sebelum Parents lelah mencari cara mengatasi anak ngeyel, coba introspeksi diri Anda terlebih dulu. Saat menegur anak, bagaimana cara Anda melakukannya? Apakah reaksi Anda cenderung keras, menggunakan kata-kata yang mempermalukannya atau sampai memberinya hukuman?
Bisa jadi, reaksi Anda yang berlebihan atau cenderung keras itulah sebenarnya yang membuat ia semakin merasa malu, tidak nyaman, dan bersikap tidak terkendali. Ketika otak anak dibanjiri emosi, mereka tidak bisa berpikir jernih, sehingga nasihat baik apa pun yang keluar dari mulut Anda tidak akan bisa diterimanya dengan baik.
Cara Mengatasi Anak Ngeyel
Image: Unsplash
Jangan panik atau stres dulu jika anak tidak mau mendengarkan Anda, Parents. Lakukan ini dulu sebagai cara mengatasi anak ngeyel!
- Abaikan saja. Jika anak tertawa, menjulurkan lidah atau menutupi telinganya, abaikan saja. Beri tahu dia untuk berhenti melakukannya. Bertanya mengapa dia melakukan ini hanya akan membuat ia semakin mempertahankan aksinya.
- Beri pelukan. Pada dasarnya, anak juga tidak tahu mengapa ia bereaksi seperti itu. Jika anak Anda berpaling dari Anda, jangan memaksanya melakukan kontak mata dengan Anda. Akan lebih baik jika Anda memeluknya dengan penuh kasih dan katakan sesuatu seperti: “Bunda tahu, kamu tidak suka ketika Bunda menyuruhmu mengoreksi perilakumu.”
- Diskusikan saat anak tenang. Sebagai orang dewasa, orang tua lebih mampu menggunakan logikanya untuk memperbaiki atau mengatasi perilakunya yang menjengkelkan. Berbeda dengan anak. Ketika mereka sedang kesal atau emosional, otaknya sulit untuk berpikir dan bernalar. Jadi, tunggu sampai anak tenang agar ajaran Anda lebih mudah diterimanya dan ia mampu melakukan refleksi diri.
- Katakan maksud Anda dengan baik. “Tadi Bunda memintamu bersikap lembut saat meletakkan gelasmu di atas meja kaca, karena jika tidak gelas itu bisa saja pecah.” Setelah itu beri jeda agar anak dapat merespons pernyataan Anda. “Tapi kamu keburu kesal dan menganggap Bunda memarahimu. Padahal Bunda, kan, tidak ada maksud seperti itu.” Mengulang kembali kisah tadi tanpa menghakimi atau mempermalukan anak akan mengurangi sikap defensifnya, sehingga anak Anda merasa aman dan nyaman. Tujuan dari tahapan ini adalah agar anak dapat bertanggung jawab atas perilakunya dan membuat keputusan positif.
Artikel terkait: Sering memarahi anak di depan umum? Waspadai bahayanya, Parents
Bagaimana Membuat Anak Mengatakan Maaf?
Image: Unsplash
Jangan memaksa anak meminta maaf, Bunda, tetapi ajarkan ia bagaimana berinisiatif meminta maaf jika berbuat salah.
Minta maaf bukan hal yang bisa Anda paksakan kepada anak. Jangankan anak-anak, orang dewasa saja kadang sulit melakukannya. Jika Anda memaksanya, itu membuat ia berada dalam posisi “si penjahat” dan ia akan semakin menolak melakukannya. Banyak juga, lo, anak yang meminta maaf karena disuruh/dipaksa melakukannya tanpa tahu apa artinya.
Alih-alih memaksanya, lakukan hal ini kepada anak:
- Berikan pengertian tentang bagaimana tindakannya dapat memengaruhi orang lain.
- Jelaskan kepada anak bahwa bersikap tidak baik tidak hanya menyakiti temannya, tetapi juga membuat temannya merasa tidak nyaman berada di dekatnya.
- Jelaskan bahwa meminta maaf bukan tanda ia kalah atau bersalah, tetapi lebih kepada agar temannya merasa lebih baik dan bahagia. Dan ketika temannya merasa bahagia, ia juga pasti akan ikut merasa bahagia.
Nah, mulai sekarang Parents tidak usah marah-marah lagi kalau anak terkesan ngeyel. Tunggu saja sampai hatinya tenang untuk kemudian mengutarakan maksud Anda. Budi baik yang Anda tanamkan sejak kecil, pasti ia ingat. Hanya saja ia memang belum terampil dalam mengendalikan emosinya. Semangat!
Baca juga:
Anak Keras Kepala dan Suka Melawan? Kenali Penyebab Beserta Cara Mendidiknya
Jangan Panik! Ini 5 Cara Atasi Anak Tantrum di Tempat Umum
Balita Kasar dan Suka Memukul Anak yang Lebih Kecil, Salah Siapa?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.