Memberikan hadiah pada anak tentu saja tidak salah, namun Parents juga perlu memahami bahwa apa perbedaan memberikan hadiah sebagai bentuk dukungan atau justru sogokan untuk anak.
“Bunda, kalau nanti aku naik kelas boleh dan nilai aku bagus, boleh ya beliin lego baru!”
“Kok, kamu susah sekali sih, makan sayur? Ayo, dong.. kalau pinter makan sayur, nanti Bunda beliin mainan baru buat kamu.”
“Badan Papa pegal, nih… mau nggak pijitin Papa? Nanti Papa kasih uang Rp 5.000 deh….”
Familiar nggak dengan kalimat di atas? Atau justru di antara Parents ada yang sering mengutarakan kalimat serupa pada anak? Anak minta sesuatu dulu untuk mengerjakan suatu hal? Hati-hati. lho, Parents, tanpa disadari, tindakan seperti ini merupakan sogokan untuk anak.
Bolehkah memberikan sogokan untuk anak? Apa bedanya sogokan untuk anak dengan memberikan reward atau sekadar memberikan hadiah?
Memberikan hadiah untuk anak tentu saja tidak salah. Toh, hal ini memang merupakan salah satu wujud mengungkapkan rasa sayang dan perhatian Parents pada anak. Sayangnya, banyak orangtua yang sulit membedakan antara memberikan reward atau hadiah dalam upaya memberikan dukungan untuk anak atau justru malah hadiah tersebut ternyata berupa sogokan.
Seperti yang dijelaskan Najelaa Shihab dalam bukunya Keluarga Kita Mencintai Lebih Baik, memberikan reward, hadiah atau sogokan jelas tidak mendukung kemandirian anak. Malah, hal ini hanya berisiko membuat anak jadi tergantung hingga berujung pamrih atas segala yang ia lakukan.
Hal yang perlu dilakukan adalah memberikan dukungan yang tepat untuk anak. Untuk itulah, Parents perlu membedakan antara reward atau hadiah, dengan memberikan dukungan pada anak. Dengan begitu, memberikan sogokan untuk anak tidak perlu dilakukan.
Dalam hal ini yang paling penting adalah bagaimana Parents bisa memupuk motivasi pada anak agar bisa tumbuh secara alamiah. Artinya, anak melakukan sesuatu karena memang termotivasi sendiri, bukan lantaran ada hadiah yang ia harapkan.
“Orang dewasa yang biasa memberikan hadiah atau sogokan pada anak justru akan mematahkan motivasi dari dalam diri anak dan mengggantikannya dengan motivasi dari luar yang tidak akan berkelanjutan,” ujar psikolog keluarga yang kerap disapa dengan panggilan Mbak Elaa ini.
Namun bukan berarti reward atau hadiah tidak boleh diberikan pada anak. Hanya saja, menurut Mbak Elaa, pemberikan reward ini tidak boleh berkelanjutan. Setidaknya saat anak masih di usia dini, karena mereka butuh pengalaman belajar yang konkret.
Baca juga : Ini karakter anak usia 3 tahun yang harus Anda pahami. Parents wajib tahu!
Saat anak mulai tumbuh besar, yang perlu dilakukan Parents adalah dengan memberikan dukungan. Perlu dipahami bahwa dukungan sebenarnya sudah cukup untuk anak karena dukungan ini melibatkan emosi dan emosi merupakan hal konkret yang bisa dirasakan oleh anak.
“Dukungan menumbuhkan kesadaran yang terjadi karena cinta tidak bersyarat. bukan kepatuhan sementara karena anak berharap mendapatkan sesuatu atau anak takut kehilangan sesuatu yang menyenangkan buat mereka,” founder Keluarga Kita memaparkan.
Bagaimana membedakan antara memberi dukungan atau reward sebagai sogokan untuk anak?
Reward atau Hadiah
- Hadiah atau reward ini akan dijanjikan sebelum perilaku anak dilakukan, tujuannya untuk memanipulasi atau mengontrol anak.
- Hadiah berupa sogokan pada anak hanya diukur dan ditetapkan orangtua.
- Anak akan fokus pada faktor di luar dirinya.
- Hadiah berupa sogohan pada anak ini akan diberikan saat anak sukses.
Dukungan
- Memberikan dukungan pada anak,bersifat spontan karena mengekspresikan perasaan sayang pada anak.
- Kenikmatan dari dalam atau berhubungan dengan diri anak (internal).
- Dukungan ini akan disesuaikan dengan tingkat antusiasme anak.
- Dukungan Parents ini akan diberikan dalam berbagai situasi, termasuk saat anak merasa kesulitan.
Baca juga :
Apakah Anda Mendidik Anak Menjadi Calon Koruptor?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.