Sadar atau tidak, sebagai orangtua kita tentu pernah memarahi anak karena berbagai alasan. Padahal, kondisi orangtua selalu menyalahkan anak tentu saja bisa memberikan dampak buruk bagi perkembangan tumbuh kembangnya.
Sayangnya, dalam beberapa kondisi orangtua memang lebih sulit mengendalikan emosi. Misalnya, saat sedang merasa lelah atau stres yang membuat sumbu kesabaran pada anak terasa jadi lebih pendek.
Lebih mirisnya lagi, luapan emosi ini sering kali diumbar di hadapan orang banyak. Atau malah di sosial media?
Tak bisa dipungkiri, sampai saat ini tidak sedikit orangtua yang kerap mengeluhkan perilaku anaknya di laman akun media sosial. Mungkin pada awalnya tujuan menulis status tersebut hanya sekadar bentuk curahan hati. Nyatanya, perilaku tersebut sebenarnya bisa berujung dengan timbulnya dampak negatif di kemudian hari.
Belum lagi jika mengingat bahwa jejak digital akan sulit dihapus. Pernahkah Anda bayangkan apabila saat si kecil sudah beranjak dewasa kemudian menemukan curahan hati ibunya yang mengeluhkan perilakunya?
Adalah penting bagi orangtua untuk bisa terus belajar mengelola emosi dengan baik, hal ini tentu saja untuk mencegah orangtua selalu menyalahkan anak. Terlebih lagi jika kemarahan pada anak diperlihatkan di muka umum dan sosial media.
Bukan membantu membentuk kepribadian yang baik, hal ini justru berisiko menimbulkan dampak jangka panjang yang kurang baik pada si kecil.
Mempermalukan anak secara langsung
Sebenarnya, ada beberapa perilaku orangtua yang bisa dikatakan mempermalukan anak secara langsung, antara lain :
- Menceritakan kisah memalukan yang pernah dialami anak di muka umum
- Membagikan cerita yang seharusnya menjadi ranah pribadi terkait perilaku serta konsekuensi yang telah terjadi di media sosial
- Secara sengaja membuat anak merasa dirinya buruk hingga membuatnya rendah diri dan tidak merasa dihargai
dampak orangtua selalu menyalahkan anak
Kalimat yang berisiko membuat anak sedih, kecewa dan merasa dipermalukan
Mulutmu harimaumu. Masih ingat dengan pepatah yang memiliki bahwa segala perkataan yang terlanjur dikeluarkan jika tidak dipikirkan dahulu akan dapat merugikan. Baik untuk diri sendiri ataupun orang lain.
Hal inilah yang kerap tidak disadari oleh orangtua. Alih-alih ingin mengajarkan anak, kalimat yang terlontar justru bisa menyakiti hatinya.
Berikut beberapa conto kalimat yang sebenarnya perlu dihindari :
Perkataan orangtua selalu menyalahkan anak : “Bunda/Ayah capek ngurusin kamu”
Sudah menjadi rahasia umum bahwa menjadi orangtua tidaklah mudah. Rasa lelah pun seringkali dirasakan terutama bila si kecil berperilaku yang tak diharapkan. Namun, jika kalimat ini sering diungkapkan kepada anak, terlebih di depan banyak orang tentu saja bisa berisiko mengganggu psikis anak.
Bila memang harus menegurnya atau sedang merasa lelah, cobalah untuk mengatakannya dengan lebih tenang, tidak di depan umum, dan fokus pada perbuatan serta kesalahan yang diperbuatnya.
Selain itu, tak ada salahnya jika Anda berbagi peran untuk mengasuh si kecil. Biar bagaimana pun menjalankan peran orangtua akan membutuhakan support system.
Perkataan orangtua selalu menyalahkan anak : “Kamu tuh bandel, susah sekali dibilangin”
Bukannya menyadari kesalahannya, saat mendengar kalimat ini anak justri akan bertindak sesuai dengan yang apa diutarakan orangtuanya. Tak jarang, anak juga malah melakukan hal sebaliknya, membelot ketika ia hanya dimarahi akan kesalahannya.
Hal yang lebih fatal jika ucapan ini diucapkan di muka umum. Bila ingin membicarakan kesalahan, sebaiknya bicarakan pelan-pelan dan dilakukan dengan privasi tanpa melibatkan banyak pihak yang bisa men-judge nya.
Perkataan orangtua sering menyalahkan anak : “Kamu itu mirip Ayah/Bunda, suka ngeyel”
Menggunakan sosok orang lain dalam menyalahkan perilakunya akan membawa dampak negatif tersendiri. Bagi orangtua yang memang sudah bercerai atau hendak berpisah, hal ini bisa menjadi hal yang lebih buruk lagi.
orangtua selalu menyalahkan anak1
Dampak orangtua selalu menyalahkan anak
Anak merasa rendah diri
Pernahkah terbayangkan jika pada suatu saat, Anda mendapat teguran yang keras dari atasan di depan umum? Selain rasa dipermalukan, tentu Anda akan merasa sedih, sakit hati, dan bisa saja merasa marah. Perasaan inilah bisa dirasakan oleh anak jika orangtua selalu menyalahkan anak di depan umum.
Dampak terbesarnya, anak akan kehilangan harga dirinya. Semakin lama ia menyerap perlakuan orangtuanya, anak akan merasa bahwa dirinya memang sosok persis seperti yang diungkapkan orangtuanya.
Anak juga akan tumbuh dengan rasa kurang percaya diri dan mudah terguncang. Ketika melakukan kesalah, anak cendurung menyalahkan dirinya sendiri terus menerus dan menganggap dirinya rendah dibandingkan yang lainnya tanpa bisa mencari tahu lankah selanjutnya untuk memperbaiki kesalahan.
Hubungan jangka panjang dengan anak
Bila perilaku ini hanya didiamkan dan berlanjut, tentu hubungan orangtua dan anak tentu saja terganggu. Kepercayaan anak akan menjadi berkurang, kedekatan serta kelekatan pun tidak terjalin dengan semestinya.
Semakin anak beranjak remaja dan dewasa, berbagai pengalaman buruk yang terjadi saat masa kecilnya akan turut membentuk kepribadian serta pola pikirnya di masa mendatang. Hal inilah yang membuat hubungan dengan anak bisa menjadi renggang.
Kehilangan kepercayaan pada orang atau lingkungan sekitar
Orangtua selalu menyalahkan anak di depan umum juga akan memengaruhi tingkat kepercayaan dengan orang di sekitarnya. Lingkungan bisa mengecap Anda sebagai sosok orangtua yang kurang responsif dan simpati.
Lalu apa yang sebaiknya dilakukan? Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menghindari perilaku mempermalukan anak
Ungkapkan beberapa hal ini ketika anak membuat kesalahan dan hampir membuat emosi Anda tak terkontrol.
“Apa yang terjadi? Coba ceritakan pada Bunda/Ayah“
Biasakanlah menjadi pendengar aktif terlebih dahulu sebelum memberikan nasihat. Ketahui kejadian yang sebenarnya dari cerita anak. Anak pun akan belajar menjadi pendengar ketika ia terbiasa didengarkan dan dihargai oleh orangtuanya.
Jika memang si kecil sulit untuk menceritakan kesehariannya, mengapa tidak Anda yang memulai lebih dulu? Ceritakanlah beragam pengalaman yang telah Anda lalui pada hari itu.
“Apa yang kamu rasakan saat ini?“
Idealnya, anak sudah dilatih untuk bisa mengenali persaannya sejak dini. Apa yang dirasakannya, apakah marah, senang, sedih, atau kecewa?
Sejak dini, anak perlu dilatih untuk bisa mengidentifikasi perasaanya, karena semakin sering melatih perasaan, maka anak-anak pun akan semakin mudah menghadapi berbagai situasi.
Oleh karena itu, cobalah untuk mengetahui apa yang telah ia rasakan termasuk saat melakukan kesalahan. Secara perlahan bila sudah semakin tenang, kembalilah untuk menggali perasaannya. Cobalah katakan, “Bagaimana rasanya bila kamu menjadi Bunda/Ayah di posisi saat ini, sedih bukan, jadi sebaiknya…..”
Kalimat seperti di atas bisa melatih anak untuk bisa berempati dan mendapatkan gambaran apa yang sedang Anda rasakan.
“Apa yang akan kamu lakukan kalau terjadi lagi?“
Dorong si kecil untuk memikirkan strategi terbaik untuk menyelesaikan masalah dan memperbaiki kesalahannya. Bimbinglah pemikirannya menjadi lebih baik lagi.
“Apa yang bisa Bunda/Ayah bantu?“
Tunjukkan bahwa Parents sangat peduli akan perilaku anak, termasuk kesalahan yang diperbuatnya. Tanamkan pemikiran bahwa setiap kesalahan bisa diperbaiki dengan cara yang baik dengan meminta bantuan orang yang dipercaya.
Bagaimana Parents, siap mempraktikannya kepada si kecil ?
Baca Juga :
Begini cara melarang anak agar tidak berdampak buruk padanya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.