Vaksin polio tetes dan suntik termasuk salah satu imunisasi dasar yang diwajibkan untuk anak Indonesia.
Virus polio merupakan virus berbahaya yang rentan menyerang anak-anak di bawah usia lima tahun.
Orang yang terinfeksi polio dapat menderita kelumpuhan permanen bahkan meninggal ketika otot-otot pernapasan mereka dilumpuhkan oleh virus.
Sampai saat ini tidak ada obat untuk penyakit polio. Oleh sebab itu, satu-satunya cara untuk mencegahnya dengan vaksinasi.
Ada dua vaksin yang aman dan efektif, yakni vaksin polio oral (OPV) dan suntik (IPV).
Di Indonesia lebih banyak digunakan vaksin polio tetes yang diberikan empat kali.
Artikel Terkait: Imunisasi Polio Tambahan Gratis untuk Seluruh Balita pada Pekan Imunisasi Nasional 2016
Apa Itu Vaksin Polio Tetes?
Sumber: science.org
Vaksin polio tetes atau OPV (Oral Poliomyelitis Vaccine) merupakan vaksin yang diberikan secara oral atau diteteskan ke mulut untuk mencegah penyakit Poliomielitis (polio).
Poliomielitis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus polio.
Virus tersebut dapat menyerang sistem saraf dan dapat menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian.
Vaksin polio tetes termasuk vaksin yang direkomendasikan oleh WHO untuk pemberantasan polio secara global.
Di Indonesia, vaksin polio termasuk vaksin wajib yang diberikan kepada anak terutama sebelum usia satu tahun.
Vaksin tersebut diberikan empat kali secara bertahap dengan jadwal tertentu. OPV terbukti aman dan efektif dalam memberikan perlindungan terhadap virus polio.
Sudah lebih dari dua miliar anak di seluruh dunia yang telah menerima vaksin ini.
Komposisi OPV meliputi air, media kultur, zat penstabil, jejak antibiotik, dan strain virus polio yang dilemahkan.
Lantaran diteteskan ke mulut, virus ini berbentuk cair dan rasanya manis. Vaksin jenis tetes tidak lagi digunakan di Amerika Serikat.
Namun, masih digunakan di beberapa negara termasuk Indonesia.
Artikel Terkait: Jadwal Imunisasi Anak, Pastikan Tidak Ada yang Terlambat, Parents
Dosis dan Jadwal Pemberian Vaksin Polio Tetes
Sumber: biofarma
Vaksin polio tetes diberikan sebanyak 4 kali sebelum bayi berusia 6 bulan, yakni saat lahir, serta bertahap pada usia 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan.
Vaksin diberikan beberapa kali untuk memastikan mampu memberikan perlindungan optimal untuk anak.
OPV aman diberikan kepada anak yang sedang sakit bahkan aman diberikan pada bayi yang baru lahir. Sebagai imunisasi primer, dosisnya adalah 0,5 ml.
Dosis penguat (booster) diberikan saat anak berusia 18 bulan.
Dosis pertama diberikan sesaat setelah bayi lahir, kemudian untuk vaksinasi polio berikutnya dapat diberikan IPV maupun OPV.
Hanya saja, setiap anak setidaknya harus mendapat satu dosis IPV.
Artikel Terkait: Bagaimana Jika Pemberian Imunisasi Dasar Terlambat ?
Adakah Efek Samping yang Muncul?
Sumber: unicef.org
OPV sangat efektif dalam mencegah poliomyelitis.
Vaksin virus polio oral merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi anti-virus polio terhadap virus polio tipe 1, 2, dan 3.
Virus hidup bertahan di usus anak-anak penerima selama 4-6 minggu, menginduksi antibodi anti-poliovirus mukosa dan serum yang mampu menetralisasi virus polio ganas.
Umumnya tidak ada efek samping yang muncul setelah pemberian vaksin OPV.
Bila ada mungkin hanya demam ringan dan tidak berbahaya bagi kesehatan.
Berbeda dengan vaksin polio jenis injeksi yang dapat menimbulkan demam dan nyeri di area suntikan.
Namun, efek yang berbeda dapat timbul pada anak yang memiliki alergi terhadap kandungan vaksin.
Artikel Terkait: 5 Imunisasi Dasar Lengkap yang Perlu Bunda Ketahui
Perbedaan Vaksin Polio Tetes dan Suntik
Sumber: unsplash
Sebenarnya terdapat dua jenis vaksin polio, yaitu oral polio vaccine (OPV) dan inactivated polio vaccine (IPV).
Lantas apa perbedaan keduanya? Berikut penjelasannya.
- Kandungan: OPV mengandung virus polio hidup yang dilemahkan, sedangkan IPV menggunakan virus yang sudah tidak aktif.
- Pemberian: OPV diberikan dengan cara diteteskan ke mulut sementar IPV diberikan melalui injeksi.
- Harga: Vaksin polio tetes harganya relatif lebih murah dibanding vaksin polio suntik. Sebab, vaksin polio tetes digunakan sejak lama dan telah diproduksi secara langsung di Indonesia. Sementara vaksin polio suntik diimpor sehingga harganya lebih mahal.
- Cara Kerja: Vaksin polio tetes bekerja langsung ke saluran cerna untuk merangsang sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibodi. Sementara pada vaksin polio suntik, terbentuk kekebalan tubuh secara langsung dalam darah.
- Keamanan: OPV relatif aman diberikan kepada anak yang sedang sakit. Lain halnya dengan IPV. Bagi anak yang mengalami sakit seperti batuk, pilek, dan demam disarankan untuk menunda pemberian IPV.
Polio tetes (OPV) diberikan kepada bayi sesaat setelah lahir. Selanjutnya, bisa diberikan OPV lanjutan atau IPV melalui injeksi.
Di Indonesia jadwal pemberian vaksin polio bisa dilakukan bersama jadwal pemberian vaksin lain, seperti DPT.
Baik OPV maupun IPV sama-sama menjadi vaksin yang direkomendasikan oleh WHO.
Sebagian besar negara-negara di dunia sudah beralih ke IPV, misalnya Amerika Serikat.
Vaksin polio tetes (OPV) maupun yang suntik (IPV) termasuk dalam program imunisasi wajib pemerintah.
Cek kembali buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Segera konsultasikan ke dokter atau bidan bila melewatkan imunisasi ini.
Baca Juga:
Serba-Serbi Imunisasi Campak yang Perlu Mam Ketahui
Kaki Bayi Bengkak Usai Imunisasi DPT, Apakah Karena Alergi Vaksin?
8 Tips Menenangkan Anak Saat Imunisasi yang Bisa Parents Lakukan
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.