Kasus bunuh diri Novia Widyasari lantaran depresi karena dipaksa aborsi masih terus digarap oleh pihak kepolisian. Kasus viral Novia Widyasari ini juga memantik diskusi banyak pihak terkait apa solusi hamil di luar nikah dan langkah pencegahan agar kasus serupa tidak terjadi lagi.
Awal kasus Novia Widyasari adalah ketika Mahasiswi Universitas Brawijaya tersebut ditemukan meninggal di samping makam ayahnya pada Kamis (2/12/2021) setelah menenggak racun. Kronologi dan penyebab kematian Novia Widyasari pun diunggah oleh beberapa warganet.
Novia Widyasari mengalami depresi karena Bripka Randy yang adalah pacarnya tidak bertanggung jawab atas kehamilannya dan meminta Novia untuk melakukan aborsi.
Tekanan untuk menggugurkan kandungan tidak hanya datang dari Randy dan keluarga Randy, tetapi juga datang dari keluarganya sendiri. Sampai akhirnya, Novia memutuskan untuk melakukan aborsi. Setelah kejadian tersebut, kondisi Novia pun semakin menurun hingga sempat melakukan percobaan bunuh diri beberapa kali.
Penyebab bunuh diri yang dilakukan Novia Widyasari pun masih terus didalami oleh polisi. Kepolisian telah mengantongi beberapa keterangan hasil interogasi.
Berkaca dari kasus Novia Widyasari, bagaimana orang tua sebaiknya menyikapi anak yang hamil di luar nikah? Bagaimana saja langkah yang sebaiknya dilakukan untuk menghindari kasus seperti Novia ini terulang kembali? Berikut penjelasan dari psikolog.
Artikel terkait: Keji! Bapak Tega Perkosa Anak Kandung Sejak SD Hingga SMA
Pentingnya Dukungan Keluarga dalam Menyikapi Kasus Hamil di Luar Nikah
Psikolog klinis dewasa Sarah R. Siahaan, MA, M.Psi kepada theAsianparent menyatakan bahwa peran keluarga sangatlah penting saat menghadapi anak yang depresi karena hamil di luar nikah.
“Di keluarga penting sekali untuk menjalin komunikasi yang baik dengan meminimalisasi (atau bahkan kalau bisa, sih, tanpa) being judgemental,” kata psikolog Sarah kepada theAsianparent, Senin (6/12/2021).
Pentingnya Empati Keluarga
Sarah juga menekankan, keluarga sebaiknya menjadi pendengar yang bisa benar-benar memahami kondisi dan posisi anak. Salah satu kuncinya adalah dengan empati.
“Berusaha untuk empati dan menerapkan active listening. Benar-benar mendengarkan dulu dan mencoba menempatkan kita di posisi yang bercerita,” jelas Sarah.
Artikel terkait: Pemerkosaan dalam Pernikahan, Sering Terjadi namun Tidak Dilaporkan
Pahami Pilihan dan Keputusan Anak
Saat berdiskusi dengan orang tua, biasanya anak akan berusaha mengungkapkan pilihan-pilihan yang akan diambil selanjutnya. Orang tua sebisa mungkin menjadi pendukung pertama dan utama dalam kondisi ini.
“Jadi ketika anak hamil di luar nikah, dia akan merasa nyaman bercerita ke orang tuanya. Sikap orang tua, ya, dengarkan dulu anaknya, berikan dukungan dengan menunjukkan bahwa akan tetap menyayangi anaknya apa pun keputusan yang akan diambil,” lanjut Sarah.
Solusi Hamil di Luar Nikah Setiap Orang Berbeda
Terkait apa solusi yang baik untuk kasus hamil di luar nikah ini, psikolog Sarah menekankan, bahwa setiap orang punya pilihannya masing-masing, berdasarkan kondisi setiap individu.
“Solusi untuk kehamilan di luar nikah tergantung pada individu masing-masing. Karena situasi dan kondisi setiap individu kan berbeda-beda,” jelasnya.
Sex Education dan Pemahaman Healthy Relationship Termasuk Solusi Cegah Anak Hamil di Luar Nikah
Sarah juga menjelaskan, cara pencegahan agar kasus Novia Widyasari dapat dimulai sejak dini yaitu dengan memberikan edukasi untuk anak tentang sex education dan healthy relationship.
“Sebaiknya memang ada komunikasi anak dan orang tua mengenai sex education mendasar sampai pada healthy relationship,” kata Sarah.
Sarah menambahkan, “Hubungan yang sehat itu melibatkan kejujuran, kepercayaan, rasa hormat, dan komunikasi terbuka antara pasangan dan juga membutuhkan upaya dan kompromi dari keduanya. Tidak ada ketidakseimbangan kekuatan. Saling menghormati independensi satu sama lain, dapat membuat keputusan sendiri tanpa adanya rasa takut, dan dapat berbagi keputusan.”
Artikel terkait: Anak 13 Tahun Dianiaya setelah Diperkosa, Korban Alami Luka Fisik dan Mental!
Hal yang Sebaiknya Parents Lakukan Saat Punya Anak Remaja yang Ingin Pacaran
Selain itu, Pat Tanner Nelson, Ed.D seorang Extension Family & Human Development Specialist di laman University of Delaware menulis bagaimana orang tua sebaiknya bersikap kepada anak-anak mereka yang telah menginjak remaja dan ingin pacaran. Berikut pendekatan yang bisa Parents lakukan, menurut Nelson, agar anak tetap mempunyai hubungan relasi yang sehat.
1. Diskusi dengan Anak Terkait Sex Education
Bicaralah dengan anak tentang apa itu seks dan cinta kasih. Kunci utamanya adalah jujur dan terbuka. Berdiskusilah dua raha, sehingga Parents tahu apa saja yang anak sudah pahami dan pilah mana saja hal-hal yang sekiranya anak perlu tahu.
Berbicara dengan anak Anda tentang seks. Tidak untuk mendorong mereka untuk menjadi aktif secara seksual, tetapi agar anak memahami bagaimana semua bagian tubuh mereka bekerja.
Penting agar anak Anda merasa nyaman mengajukan pertanyaan kepada Anda tentang apa pun—bukan hanya pertanyaan tentang seks. Yakinkan anak bahwa mereka dapat berbicara dengan Anda tentang apa pun yang mereka pikirkan atau khawatirkan.
Beberapa pertanyaan yang mungkin akan membantu diskusi:
- Bagaimana saya tahu saya sedang jatuh cinta? Akankah seks membawa saya lebih dekat dengan pacar saya?
- Bagaimana saya tahu kapan saya siap untuk berhubungan seks? Bagaimana saya tahu kapan saya siap untuk menikah?
- Lalu, bagaimana cara memberi tahu pacar saya bahwa saya tidak ingin berhubungan seks—tanpa kehilangan atau menyakiti perasaannya?
- Bagaimana saya merespons ketika pacar saya menekan saya untuk berhubungan seks?
- Bagaimana dengan alat kontrasepsi, dan bagaimana mereka bekerja?
- Bisakah hamil saat berhubungan seks walau hanya sekali?
Parents dapat menjelaskan semuanya berdasarkan prinsip dan value yang Anda yakini dalam keluarga Anda. Berikut beberapa alternatif jawaban yang mungkin bisa masuk dalam diskusi terkait sex education ini:
- Saya pikir anak-anak di sekolah menengah terlalu muda untuk berhubungan seks—terutama mengingat risiko AIDS dan penyakit menular seksual lainnya.
- Di keluarga kita percaya bahwa seks harus menjadi ekspresi cinta dalam pernikahan.
- Itu wajar dan normal untuk memiliki hasrat seksual dan berpikir tentang seks. Namun tidak baik bagi remaja untuk hamil. Ingatkan juga, kematian ibu hamil usia anak itu tinggi.
- Memiliki bayi tidak membuat laki-laki menjadi laki-laki atau perempuan menjadi perempuan seutuhnya. Orang menunggu sampai mereka siap untuk bertanggung jawab sebelum memiliki anak.
- Berhubungan seks bukanlah harga yang harus Anda bayar untuk memiliki hubungan dekat. Jika ya, kalian tidak sepaham, sudah saatnya kamu cari pacar lain.
2. Pastikan Anak di Lingkungan yang Aman
Ketahui di mana anak-anak Anda beraktivitas. Apakah mereka aman? Apa yang mereka lakukan? Apakah mereka terlibat dalam kegiatan yang bermanfaat? Anda mungkin dituduh terlalu snoopy, tetapi Anda dapat membantu anak-anak Anda memahami bahwa orang tua sangat peduli dengan mereka.
3. Kenali Teman Anak Anda dan Keluarganya
Karena teman sebaya memiliki pengaruh yang kuat pada remaja, lakukan yang terbaik untuk membantu anak-anak Anda memilih teman dari keluarga dengan nilai yang sama. Sambut teman anak-anak Anda di rumah, dan bertemanlah dengan mereka. Bicarakan juga terkait jam malam, aturan umum dalam keluarga Anda, dan harapan lainnya.
4. Arahkan Anak Mendalami Bakatnya
Mendorong kegiatan kelompok atau mengarahkan anak menjalani hobi dan bakatnya adalah pilihan yang baik, dibanding anak melakukan hal-hal yang Anda khawatirkan di waktu senggangnya.
5. Beri Batasan Ketika Mereka Memang Ingin Pacaran
Jauh sebelum anak Anda bertanya kepada Anda apakah dia boleh berkencan dengan orang tertentu, jelaskan apa saja risiko pacaran sebelum usia 16 tahun dan potensi masalah yang akan dihadapi.
Coba pahami juga terkait perbedaan usia anak dengan pasangannya. Perbedaan usia yang terlalu jauh akan berpotensi berakibat pada relasi kuasa yang dapat mengarah pada situasi yang berisiko—termasuk hubungan seks yang tidak diinginkan dan tidak terlindungi.
6. Arahkan Anak pada Mimpi dan Cita-citanya
Bantu anak remaja Anda memiliki pilihan untuk masa depan yang jauh lebih menarik daripada awal kehamilan dan menjadi orang tua. Bantu mereka menetapkan tujuan yang nyata dan bermakna untuk masa depan mereka. Bicarakan dengan mereka tentang apa yang perlu mereka lakukan untuk mencapai tujuan mereka, dan bantu mereka mencapai tujuan ini.
7. Upayakan Hubungan Keluarga yang Hangat dan Penuh Kasih Sayang, tetapi Tegas dan Disiplin
Tekankan saling percaya dan saling menghormati dalam berelasi dengan anak. Ekspresikan cinta, kasih sayang, dan penghargaan Anda dengan jelas, seperti dengan memeluk mereka dan beri tahu mereka betapa Anda mencintai mereka setiap hari.
Dengarkan baik-baik apa yang dikatakan anak-anak Anda. Perhatikan apa yang mereka lakukan. Habiskan waktu yang menyenangkan bersama anak-anak Anda setiap harinya.
Ketahuilah bahwa tidak ada kata terlambat untuk membangun hubungan yang baik dengan anak Anda. Anak-anak dari segala usia menginginkan hubungan yang dekat dengan orang tua mereka.
Baca juga:
Viral di Twitter, Ini Deretan Fakta Terbaru Kasus Novia Widyasari
Anak 13 Tahun Dianiaya setelah Diperkosa, Korban Alami Luka Fisik dan Mental!
Berkaca Kasus Pencabulan Anak di Malang, Bagaimana Memulihkan Trauma untuk Korban Pemerkosaan?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.