Dari sebelum memiliki anak, sudah banyak komentar tidak mengenakan yang aku terima. Inilah sekelumit perjalanan aku sebagai seorang ibu dan sedikit pesan untuk para Bunda di luar sana.
Namaku Tika, seorang ibu beranak tunggal yang hidup dalam kesederhanaan. Aku dan suami cukup merasakan kebahagiaan berdua selama 9 bulan sebelum baby kami lahir. Kami bersyukur karena Tuhan telah memberikan kami waktu untuk saling memuaskan rasa cinta berdua, menikmati saat-saat traveling hingga wisata kuliner berdua.
Meski pun kusadari, selama 9 bulan aku lebih sering mengeluh karena belum adanya tanda-tanda benih cinta kami dalam rahimku. Suamiku yang sabar senantiasa menguatkanku di kala itu, terlebih saat orang-orang lain seringkali melemparkan pertanyaan yang membuatku bergelut dengan kesedihan.
Perjalanan Sebagai Seorang Ibu, Harus Kuat Saat Mendapat Komentar Pedas
Selama penantian, aku sering kali mendapat pertanyaan dan komentar yang kerap membuat hatiku sakit. Komentar sederhana dan mungkin terdengar sepele, tapi berhasil membuatku kepikiran dan stres saat mendengarnya.
Pertanyaan “Sudah ‘isi’ belum?” ada juga mulut-mulut julit mengatakan “Kok belum hamil juga, si A aja yang baru menikah sudah hamil sekarang.” atau “Makanya badan digemukin lagi, kalau kurus juga susah punya anak.” Bahkan ada pula yang menyalahkan suamiku, “Itu karena suaminya kerja sebagai IT (Information Tecnology), kerjanya di depan komputer terus, jadi susah istrinya mengandung.” dan masih banyak lagi mulut-mulut jahil di luar sana yang seakan menggerogoti hati dan pikiranku kala itu.
Aku mencoba sabar dan bertahan dengan ucapan-ucapan mereka meski terkadang keluhan-keluhan tak mampu kuhindari. Kini, kusadari alangkah buruknya aku dulu, tidak bersyukur selalu mengeluh, padahal banyak pula perempuan di sana yang bahkan bertahun-tahun lamanya belum dikaruniai keturunan.
Akhirnya Aku Hamil…
Usaha dan doa tak pernah putus kami panjatkan hingga akhirnya Tuhan mengijabah doaku. Tepat di bulan Februari 2020 aku positif hamil. Senang bukan kepalang.
Selama hamil, aku menikmati momen-momen indah bersama calon bayiku. Mulai dari merasakan mual, hilangnya nafsu makan, sembelit, gusi berdarah, pegal pinggang dan bahu, buang air kecil hampir setiap saat, sampai susahnya untuk berjalan dan bangkit dari tidur atau duduk saat kehamilanku semakin besar.
Momen yang paling indah selain itu adalah merasakan gerakan-gerakan si baby dan merasakan kasih sayang suamiku yang selalu menjadi suami siaga. Momen-momen itu adalah yang terindah bagiku sebagai seorang ibu.
Pada tanggal 14 November 2020 baby girl kami lahir. Baby Aira sapaannya, yang berasal dari nama Almahira. Ia tumbuh menjadi anak yang manis, ceria, senantiasa merespon orang-orang di sekelilingnya dengan senyuman. Banyak yang mengatakan ia anak yang ramah.
Masih terekam dalam ingatanku bagaimana aku berjuang hidup dan mati saat melahirkan baby Aira ke dunia yang penuh nestapa ini. Di kala itu, untuk pertama kalinya aku merasakan hidupku sedang kupertaruhkan demi si buah hati kami.
Anehnya di saat itu, aku sama sekali tidak berpikir takut mati atau takut terjadi sesuatu padaku, yang aku pikirkan hanyalah bagaimana agar babyku lahir dengan selamat dan sehat tanpa kekurangan suatu apa pun. Aku sepatutnya adalah seorang perempuan yang egois, senantiasa memikirkan diri sendiri. Namun, saat proses melahirkan itu, aku tidak sekalipun memikirkan diriku ini, yang aku khawatirkan hanyalah babyku. “Inilah kekuatan seorang ibu” pikirku.
Sepercik Kenangan Saat Anakku Lahir
Ketika kali pertamanya kami merawat anak, betapa bingungnya kami. Pekan pertama semalaman kami tidak tidur karena baby Aira yang seringkali terbangun sebab haus, BAB dan BAK, terlebih lagi kami masih kualahan mengganti popoknya.
Baby Aira yang masih newborn lebih banyak menghabiskan waktu tidurnya di pagi sampai sore hari daripada malam hari sehingga di bulan pertama kami berdua hampir setiap malam bergadang. Saat itu pula ASI-ku belum bisa keluar, tersumbat di saluran ASI, terpaksa kami memberikannya susu formula, sangat disayangkan memang, tetapi ya mau gimana lagi daripada babyku kuning karena kurang minum.
Ketika ASI-ku sudah mulai keluar sampai merembes, tantangan berikutnya yang kurasakan adalah puting lecet, payudara bengkak hingga mastitis (radang payudara), sungguh sakit sekali yang kurasakan kala itu.
Masa-masa baby Aira newborn menambah tantangan dalam hidup kami. Baby Aira yang membuat kami banyak belajar menjadi orang tua. Sampai saat ini pun kami terus belajar menjadi orang tua yang terbaik.
Masih Dapat Komentar Tak Enak dari Ibu Lainnya…
Alhamdulillah, sampai saat ini aku belum merasakan baby blues yang beberapa ibu-ibu lain rasakan. Hanya saja, tetap harus tahan dan bersabar dengan ocehan-ocehan negatif orang bahkan orang terdekat seperti, “Badan baby-nya kok kelihatan segitu-segitu aja yaa, sepertinya pertumbuhannya lambat”, “Itu baby-nya masuk angin karena ibunya yang tidak menjaga makannya”, dan masih banyak lagi ocehan-ocehan para ibu-ibu ini.
Dari pengalaman ini juga saya belajar bahwa kita sebagai perempuan harus saling menjaga perasaan sesama perempuan, menghargai apapun keputusannya dan memberikan semangat kepada sesama kita, bukan malah membuat hati orang lain semakin down.
Hal terpenting lainnya kita harus senantiasa bersyukur apa pun yang sudah Tuhan tetapkan karena tentulah itu yang terbaik buat kita. Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan karena apa yang kita inginkan belum tentu itu yang kita butuhkan.
Nikmati dan jalani saja setiap momen dengan orang-orang terkasih dan hiraukan ocehan negatif manusia julit. Kita tidak bisa menutup semua mulut orang yang membicarakan kita, tetapi kita bisa menutup telinga kita dan hiraukan hal-hal negatif dari mereka. Kita semua perempuan kuat, perempuan hebat, jangan merasa diri ini lemah karena Tuhan sudah menakdirkan perempuan sebagai makhluk yang kuat tetapi berhati lembut.
***
Perjalanan sebagai seorang ibu ini ditulis oleh Bunda Tara Astika Bangun.
Baca juga:
Perjuangan Menyelesaikan Tesis Sambil Mengurus Bayi, Banyak Tantangan yang Harus Kulalui
Meski Asa Tak Sampai, Perjuanganku Jadi Ibu Kini Berbuah Manis
Belajar Manajemen Waktu di Kehamilan Pertama, Ternyata Tak Semudah yang Kupikirkan
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.