Halo, saya Yeyen Sagita. Saya ingin berbagi tentang pengalaman saya saat hamil anak kembar. Benar, saya sedang hamil anak pertama dan bersyukur sekali sudah memasuki usia 28 weeks dengan status gemeli atau kehamilan kembar. Hal yang membuat saya, pasangan, dan keluarga sangat sangat bahagia. Jadi, bagaimana sih proses awal yang di rasain sampai ke minggu ini?
Dari awal pastinya sama seperti ibu hamil lainnya, merasakan mual dan pusing. Pertama kontrol sampai usia 20 weeks, hanya terdapat 1 janin, tapi kontrol selanjutnya di usia 25 weeks ternyata janin ada dua, alias kembar. Saya dan suami bahkan keluarga sontak kaget, bahagia tapi ada rasa khawatir dan ketakutan.
Pengalaman Saat Hamil Anak Kembar, Sempat Stres Karena Sering Dapat Komentar Nyinyir
Semenjak tahu kehamilan kembar ini, saya dan suami sangat-sangat mejaga pola hidup, pola makan, serta pola pikir. Agar tenang, terbawa happy dan tidak terlalu khawatir dengan segala resiko yang ada. Tapi tentu saja tidak berjalan mulus selama masa kehamilan sampai sekarang.
Dengan adanya kehamilan kembar ini, pasti ada orang sekitar seperti tetangga, bahkan saudara di ruang lingkup terdekat, akan ada yang nyinyir. Ini kehamilan pertama saya yang langsung dianugerahi anak kembar. Saya punya tubuh kecil, baru berusia usia 26 tahun, dan BB hanya 33 kg dari awal hamil, dan sampai sekarang menjadi 43 kg. Karena kondisi itu, ada saja yang nyinyir sampai membuat batin saya kewalahan dan kelelahan.
Contohnya begini, “Kok bisa badan kecil tapi anaknya 2?“, “Kok, masuk 28 weeks perutnya masih kecil? Padahal ada 2, kan?“, dan juga ada yang seperti ini “Makan yang banyak, kan buat 3 orang, tuh“, “Pinggulnya kecil, caesar ini mah udah pasti”,“Hati-hati cesar sakit, badan kecil anak 2 lagi”.
Padahal, selama dari masa kehamilan dan sampai sekarang, saya tahu harus makan seperti apa dan porsi seperti apa. Ada beberapa nasihat yang menurut saya tidak masuk logika, seperti adat yang mengharuskan ini-itu selama kehamilan. Jika saya bantah atau sedikit berkomentar dengan kebenaran, dengan bukti atau bacaan, yang ada mereka menghakimi.
Saya hanya ingin berbagi kebenaran. Penghakiman seperti itu membuat saya menjadi down, bahkan sempat saya berdebat dengan suami perihal omongan yang nyakitin. Itu benar-benar membuat mental saya terganggu, tapi mau bagaimana pun saya membawa 2 anak dalam rahim saya untuk tidak ikut terganggu atau stres. Jadi jika ada case seperti ini lagi, saya dengan sigap untuk mendengarkan saja tanpa merespon, paling hanya kata “iya” dan “oh gitu”.
Pesan untuk Para Bunda….
Dari pengalaman, di sini saya mau ngasih info, kalau kesehatan mental juga perlu bagi seorang ibu bahkan anak yang sedang di kandungnya. Kenapa? Karena saya pikir, kesehatan mental akan cepat berdampaknya bagi si ibu apabila tidak diajaga. Bisa menimbulkan stres, moodswing, dan bisa juga karna moodswing tahu-tahu kita malah menjadi lelah, malas untuk makan dan malas konsumsi vitaminnya.
Saya sudah merasakan, dan itu sangat fatal sekali. Contoh halnya seperti kejadian yang saya ceritakan di atas. Jadi setiap situasi yang membuat kita menjadi emosional gara-gara hal berkaitan dengan mental, itu tidak akan baik dan tidak sehat.
Setiap kehamilan individu berbeda-beda apa yang dirasa dan apa yang dipikirkan. Jadi, kita tidak bisa menyamaratakan setiap kehamilan. Si A hamil harus melakukan hal ini dan harus makan ini dan itu, tapi belum tentu si B juga harus melakukan hal yang sama. Kita juga mana tahu apa yang dirasakan oleh keduanya, bukan?
Jangan karena sudah pernah hamil duluan dan usia terlampau jauh dari kita, kita mengiyakan dan terima apa yang orang ucapkan. Penting sekali bagi kita kaum ibu milenial untuk banyak-banyak membaca, memperdalam ilmu parenting, dan cara pola asuh yang baik dan benar. Jangan berpatokan dengan kalimat “katanya”.
Saya yakin, jika kita mempunyai vibes positif menjalani hari dengan bersyukur dengan apa yang dialami, maka kita akan menikmati semua dengan hasil yang baik. Kesehatan mental juga poin utama agar kita bisa mengendalikan setiap emosi kita. Tetap tenang, happy, dan selalu berikan afirmasi-afirmasi yang positif ke diri kita. Dan jangan lupa untuk para suami agar selalu support istri. Terima kasih, semoga tulisan saya dapat menginspirasi.
***
Ditulis oleh Bunda Yeyen Sagita.
Baca juga:
Aku Harus Kehilangan Dua Bayiku karena Rubella dan Sindrom Langka
3 Tips Menyiapkan MPASI Rumahan untuk Buah Hati, Sehat dan Bergizi!
Tak Ada yang Bisa Menggantikan, Ini Nikmatnya Perjuangan Menjadi Ibu
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.