“Ma, besok Mama tidak usah bekerja, ya,” ujar bocah kecil itu dengan nada polos. Ini bukan pertama kali suara lirihnya mengganggu, menyumpal telinga, dan membuat sulit berkonsentrasi bekerja. Pengorbanan ibu pekerja memang tidaklah mudah, apalagi hampir setiap pagi aku mendengar kalimat tersebut.
Ada rasa berdosa tiap kali bukan lambaian tangan yang bocah kecil itu berikan sebagai bekalku berangkat kerja. Melainkan rengekan dan permohonan tulus agar aku menemaninya saja di rumah.
Meskipun tangis itu mungkin hanya berlangsung beberapa menit dan tertutupi puzzle mainan hingga lego yang mengasyikkan. Namun, naluriku sebagai seorang ibu, benar-benar tercabik melihat bulir-bulir air mata itu jatuh karenaku.
Pengorbanan Ibu Pekerja Tidak Mudah untuk Dijalani
Gambar hanya ilustrasi.
Kata orang, menjadi ibu pekerja itu enak. Ia bisa melihat dunia yang lebih luas, meninggalkan anak dan keluarga dengan lebih bebas, hingga refreshing sesuka hati tanpa menunggu anak tertidur pulas.
Akan tetapi, mungkin jika mereka yang berkata demikian itu mau mengoperasi isi kepalaku, mereka tak akan tega. Ada banyak cabang yang saling melilit hingga sulit terurai. Uang keperluan rumah tangga, membayar asisten, cicilan rumah, pajak listrik, air pam, hingga kebutuhan sehari-hari.
Setiap harinya aku menempuh 34 km perjalanan dengan sepeda motor, menembus pagi berkabut hingga sisa-sisa matahari senja yang masih hangat menyengat.
“Bukankah semua perempuan hebat, Bu?” tanyaku kepada ibu yang sedang memadupadankan benang dengan kain yang hendak dijahitnya.
Ibu hanya tersenyum, senyum yang menyiratkan gundah melihat putri kecilnya yang kini juga menjadi seorang ibu tengah kelelahan. Hampir selutuh kalender hitam itu terdapat catatan deadline pekerjaanku sebagai penulis freelance.
Belum lagi seabreg pekerjaan kantor, membuat video pembelajaran untuk anak-anak hingga tumpukan koreksian yang sama sekali belum kusentuh.
Ting Ting Ting. Beberapa notifikasi masuk di chat WhatsApp-ku seolah ikut mendesak lelahku. Ada barang yang terkendala di pengiriman dan sudah pasti customer akan mulai menunjukkan taringnya yang runcing dan lidahnya yang tajam.
Selain Ibu Pekerja, Aku pun Seorang Ibu Rumah Tangga
Gambar hanya ilustrasi.
Mungkin yang hanya tau laju kedua roda sepeda motorku akan bertanya, pekerjaan seperti apa yang sebenarnya kulakoni selama ini? Aku adalah seorang pegawai negeri sipil di sebuah sekolah negeri yang merangkap sebagai penulis, online shop, guru les, dan ibu rumah tangga.
Asisten rumah tangga hanya kami gunakan hingga selepas bekerja, alhasil semua pekerjaan hingga terlelapnya mata adalah tugasku sebagai seorang ibu.
Tidak pernah dipungkiri bahwa tulangku ditakdirkan sebagai tulang rusuk yang mudah bengkok karena hidup yang terlampau keras. Namun garis lain menakdirkanku sebagai tulang punggung yang menanggung semua beban keluarga.
Pernah bendera putih itu hendak kukibarkan, tetapi sekali lagi bahwa kupikir di luar sana banyak yang lebih nelangsa dariku dan masih bisa bertahan. Lalu adakah alasan lain untuk mempertaruhkan masa depan anakku hanya rasa egoisku yang membabi buta? Tidak.
Supaya tak ada pekerjaan yang tercecer, buku harian atau catatan di handphone penuh dengan daftar pekerjaan harian. Sebelum terlelap, kubiasakan mencatat hal-hal yang akan kulakukan esok supaya tak banyak waktu yang terbuang percuma.
Senyum Anak Selalu Jadi Penyemangatku!
Gambar hanya ilustrasi.
Setiap hari bertarung dengan putaran jam yang kencang, bahkan beberapa kali harus terjungkal di jalanan. Inilah aku, si ibu petarung. Selama oksigen dan karbondioksida masih mampu bertukar dengan baik di paru-paruku, lelah hanya seperti bunga tidur yang lalu lalang dan bisa kukondisikan.
Aku hanya perlu senyuman dari bocah kecilku yang kini sudah hampir 4 tahun. Ibu rumah tangga, ibu pekerja, maupun yang melakoni keduanya, semua adalah perempuan perkasa dan makhluk bumi yang luar biasa.
“Kamu adalah karena dari setiap mengapanya Mama,” bisikku lirih kepada support system-ku sembari menarik napas dalam, menghelanya, lalu mengucapkan selamat malam pada dunia.
Semangat untuk para ibu pekerja, ibu rumah tangga, maupun yang melakoni keduanya! Semoga pengorbanan ibu pekerja dan ibu rumah tangga semuanya bisa berbuah manis dan bahagia.
Ditulis oleh Rohmah Jimi S
Baca juga:
Kisah Pengorbanan Seorang Ibu yang Menyentuh Hati
Kisah Memilukan Ibu Yang Melahirkan Bayi Meninggal Dalam Kandungan
Selain Zaskia Sungkar, 5 Artis Ini juga Melahirkan pada Maret 2021
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.