Sebenarnya apa, sih, perbedaan antara perasaan sedih dan kondisi gangguan mental seperti depresi?
Setiap orang pasti pernah merasakan sedih.
Namun, belum tentu setiap orang yang sedih pasti mengalami gangguan mental seperti depresi.
Keduanya serupa, tetapi sebenarnya sangatlah berbeda.
Artikel Terkait: 6 Manfaat Punya Support System agar Kesehatan Mental Terjaga
Perbedaan Sedih dan Gangguan Mental Depresi
Masih banyak yang menganggap, depresi merupakan perasaan sedih, dan orang yang sedang merasakan kesedihan berarti depresi. Itu adalah asumsi yang salah. Faktanya, sedih dan depresi merupakan dua hal yang sangat berbeda.
Melalui acara Webinar ‘Let’s Talk About Depression’, Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa dr. Jiemi Ardian, Sp.KJ pun membahas mengenai hal ini.
Ia menjelaskan, “Sedih dan depresi, itu memang dua hal yang berbeda. Sedih adalah respons alamiah manusia, dan itu normal. Saya kehilangan, lalu saya sedih. Itu wajar. Sedangkan depresi, itu bukanlah suatu kewajaran. Derpesi merupakan kondisi klinis, sifatnya mengganggu.”
Selain mengganggu, kata Jiemi, depresi juga termasuk ke dalam permasalahan kesehatan serius. Kondisi ini diperkirakan sebagai penyebab nomor dua tertinggi setelah penyakit jantung dan stroke yang menjadi penyebab ketidakmampuan seseorang untuk beraktivitas dan berelasi.
Artikel Terkait: Sebelum Kondisinya Makin Serius, Kenali Tanda Anak Depresi dan Tips Mengatasinya
“Dari fakta ini, kita bisa tahu bahwa beban kesehatan depresi itu lebih seram dari beberapa penyakit yang kita duga, misalnya kanker. Artinya, ini termasuk ke dalam permasalahan serius, bukan sekadar perasaan sedih,” lanjut Jiemi lewat acara webinar yang disiarkan di akun YouTube pribadinya.
Meski begitu, membedakan antara depresi dan sedih agaknya memang susah-susah gampang.
Kebanyakan orang masih berpikir bahwa orang yang sedang sedih, maka ia sedang depresi. Padahal, tidak demikian.
Jiemi juga mengungkap, “Bahkan masih banyak yang berpikir bahwa sedih yang berkepanjangan atau berlebihan itu merupakan depresi. Padahal, belum tentu juga, lho.”
Lantas, apa yang membedakan keduanya?
Agar bisa paham mengenai perbedaan dua kondisi tersebut, mari kita pahami dulu mengenai tiga kata yang juga sering disalapahami oleh kebanyakan orang, yakni mood, emosi, dan perasaan.
Mood, Emosi, dan Perasaan Adalah Tiga Hal yang Berbeda
Ketiga aspek ini memang serupa juga, tetapi sebenarnya merupakan hal yang berbeda. Berikut merupakan penjelasan Jiemi mengenai perbedaan ketiganya.
Untuk emosi, ini merupakan sesuatu hal spontan yang kita rasakan. Biasanya, didahului oleh stimulus dan sifatnya jangka pendek, rentangnya hanya selama beberapa menit bahkan detik.
Kalau perasaan, ini durasinya lebih panjang dari emosi. Rentangnya bisa berlansung selama berjam-jam atau berhari-hari. Tidak hanya itu, perasaan juga biasanya punya komponen pikiran, sedangkan emosi adalah komponen spontan.
“Ketika seseorang misalnya bersedih lalu berpikir, ‘kenapa aku begini, ya?’, ‘Kenapa aku harus bersikap seperti ini, ya?’, nah, itu biasanya perasaan. Ada pikiran yang menyertai,” ungkap Jiemi.
Berbeda lagi dengan mood, ini adalah sebuah perasaan yang durasinya panjang sekali. Hitungannya bisa berminggu-minggu bahkan sampai bulanan, tapi sifatnya konsisten.
“Banyak yang bilang, kan, seperti ‘oh… aku mood swing, nih. Pagi sedih, siang senang,’ tapi sebenarnya, itu tidak bisa dibilang sebagai mood swing, melainkan termasuk perubahan perasaan,” tutur Jiemi lagi.
Artikel Terkait: Cegah Depresi Setelah Melahirkan, Ini Hal yang Perlu Bunda Perhatikan
Dari pemahaman tersebut kita bisa tahu, bahwa sedih itu bisa termasuk ke dalam sebuah perasaan.
Namun, depresi adalah kondisi yang lebih dari itu.
Serta yang pasti, depresi biasanya memunculkan beberapa gejala seperti depressed mood, yang sifatnya berkepanjangan dan konsisten.
Jiemi melanjutkan, “Kalau sedih, kita masih bisa beraktivitas. Saya sedang sedih, tapi masih bisa bekerja. Tapi terkadang, saya juga suka sedih berlebihan dan hal itu ganggu pekerjaan, itu juga wajar. Sedangkan depresi, lebih dari itu.”
“Bahkan sebenarnya, depresi itu bukanlah sedih yang berlebihan. Malah, orang yang depresi, terkadang tidak bisa merasakan sedih lagi. Mereka merasakan kehampaan atau feeling numb, tidak merasakan apa pun. Mungkin, energinya saja yang berkurang, atau bisa juga semuanya. Tapi yang pasti, depresi biasanya memunculkan beberapa gejala,” lanjut dokter yang praktik di Siloam Hospitals Bogor tersebut.
Nah, adapun beberapa gejala depresi yang biasanya muncul di antaranya adalah:
- Seseorang yang depresi, hampir setiap hari energinya tidak ada.
- Munculnya perasaan worthless atau merasa tidak berharga secara konsisten atau berlangsung lama.
- Slowing down of movement, atau ada perubahan fisik yang terlihat. Seperti, pergerakannya melambat dari biasanya. Bisa disebabkan karena kehilangan energi. Atau, bisa juga perubahan seperti, pekerjaan yang biasanya bisa ia selesaikan dengan cepat, kini melambat atau produktivitasnya menurun.
- Tidak menemukan kebahagiaan lagi pada suatu hobi atau hal yang pernah ia sukai.
- Perubahan berat badan yang signifikan, berkurangnya berat badan atau pun meningkatnya berat badan.
- Kehilangan konsentrasi.
- Jika perasaan-perasaan tersebut menjadi intens, maka pikiran buruk seperti ingin menghilang pun bisa muncul.
“Perlu kita pahami, gejala depresi itu beragam, ya. Bahkan, ada banyak yang datang ke psikolog atau psikiater awal permasalahaannya bukan karena sedih, tapi karena tidak bisa konsentrasi. Tapi, diagnosisnya adalah depresi. Jadi, mood mereka tidak terganggu, tapi neuron atau memorinya terganggu. Karena memang, dalam pasien depresi, ditemukan juga beberapa kerusakan di bagian otak,” pungkas Jiemi.
Gangguan Mental Itu Bersifat Luas
Parents, gangguan mental itu bersifat luas, bukan sekadar perasaan sedih yang berlebihan atau bahkan bukan hanya kondisi depresi.
Gangguan mental atau dikenal juga sebagai gangguan jiwa merupakan penyakit yang memengaruhi emosi, perasaan, mood, pola pikir, dan perilaku penderitanya. Serta, ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang bisa mengalami hal ini.
Adapun depresi merupakan salah satu bagian dari gangguan mental. Lebih lanjut lagi, gangguan mental pun memiliki banyak jenisnya, dan yang paling sering terjadi yakni:
- Depresi. Jenis gangguan mental ini juga bersifat luas dan terbagi menjadi beberapa bagian/macam lagi. Seperti, depresi mayor, depresi presisten, depresi psikotik, hingga depresi postpartum atau peripartum depression.
- Skizofrenia
- Gangguan bipolar
- Gangguan kecemasan
- Hingga gangguan tidur
Artikel Terkait: Kenali 7 Tanda Pasangan Anda Mengalami Depresi Ini agar Bisa Membantunya
Nah, Parents, itulah perbedaan antara perasaan sedih dan gangguan mental depresi.
Seperti yang telah dijelaskan, depresi merupakan kondisi yang sifatnya kompleks. Maka, apabila memang merasakan gejala depresi, segeralah berkonsultasi ke psikolog ataupun dokter jiwa, ya.
Pasalnya, diagnosis kondisi ini tidak bisa dilakukan sembarangan dan perlu pemeriksaan mendalam bersama ahlinya.
***
Baca juga:
Wajib tahu! Depresi pada ibu, ternyata bisa mempengaruhi IQ anak
Anak depresi bisa disebabkan pola asuh orangtua yang salah, bagaimana mencegahnya?
Me time, salah satu teknik alami atasi depresi setelah melahirkan
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.