Anak depresi karena orangtua, mungkinkah? Jawabannya, mungkin Parents. Bahkan, kecemasan pada anak hingga ia merasa depresi ini bisa mendorongnya menyakiti dirinya sendiri, hingga timbul keinginan bunuh diri.
Sebagai orangtua, saat membaca, mendengar atau melihat pemberitaan yang terkait dengan kasus bunuh diri pada anak, tentu menimbulkan berbagai perasaan; sedih, prihatin, atau timbul rasa khawatir. Kemudian, timbul pertanyaan, mengapa anak-anak bisa sampai memutuskan bunuh diri? Apa sebabnya?
Beberapa waktu lalu, saya sempat wawancara dengan dr. Danardi Sosrosumihardjo, SpKj (K). Ia mengatakan meskipun penyebab seseorang bunuh diri sangat kompleks, namun penting untuk diketahui bahwa pola asuh orangtua memiliki peran yang begitu besar.
Oleh karena itulah orangtua perlu menyadari bahwa anak depresi karena orangtua. Dengan begitu, harapannya bisa dilakukan berbagai upaya untuk pencegahan agar anak tidak depresi hingga menimbulkan keinginan untuk melukai diri sendiri.
Karena itu, penting bagi Parents untuk mengetahui betapa pentingnya menjaga kesehatan jiwa. Stigma negatif yang memandang bahwa penyakit jiwa ini memalukan atau dianggap sebagai aib, tentu saja perlu dihilangkan.
Depresi pada anak remaja sangat tinggi
Kondisi kecemasan, stres, hingga depresi sebenarnya bisa dirasakan siapapun, bahkan tak memandang usia. Namun, data dari Divisi Psikiatri Anak dan Remaja Departemen Psikiatri FKUI-RSCM menyebutkan bahwa anak remaja sangat rentan mengalami depresi.
Tahun 2018 telah tercatat ada 2.3 juta remaja yang mengalami gangguan jiwa. Menurut data, kasus remaja yang paling banyak adalah masalah depresi, stres, dan mood swing.
Kepada media, dr. Fransiska Kaligis, SpKJ-K menerangkan bahwa salah satu alasan depresi banyak dialami anak remaja dikarenakan mereka harus menjalani masa transisi. Yaitu, dari anak-anak menuju dewasa. Dan hal ini ternyata tidaklah mudah.
Dikatakan dr. Fransika bahwa anak-anak remaja juga sering merasakan krisis identitas hingga mereka bertanya pada diri sendiri, “Saya ini siapa? Apa yang saya inginkan?”
Oleh karena itulah anak-anak remaja perlu melihat memiliki self image yang yang baik. Cara mereka melihat dirinya sendiri secara positif. Dengan begitu, anak remaja ini bisa merasakan bahwa dirinya berharga.
“Karakter remaja ini dipengaruhi oleh self image, bagaimana dirinya bisa menilai dirinya sendiri, apakah positif atau negatif? Kemudian ada pula self esteem, yang merujuk pada remaja mengevaluasi dirinya, misalnya saya pintar, saya jelek, dan lain sebagainya,”
Lebih lanjut, ia menerangkan bahwa anak remaja yang memiliki self image negatif menyebabkan anak tumbuh tanpa rasa percaya diri, sulit memaafkan, bahkan takut menunjukan kreativitasnya.
Selain perlu memiliki self image positif, anak remaja juga perlu menumbuhkan self esteem yang baik agar ia bisa menilai dirinya dengan baik.
Anak depresi karena orangtua, bagaimana mencegahnya?
Pola asuh orangtua memiliki peran penting dalam mendampingi anak memasuki fase remaja. Salah satu hal yang digarisbawahi terkait bagaimana orangtua bisa berperan menjadi teman baik untuk anak. Bisa mendengar keluh kesah anak, dan bisa diajak berdiskusi.
Jangan sampai jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, anak remaja justru mencari kebutuhannya sendiri dengan cara yang salah.
Dikatakan oleh dr. Danardi bahwa orangtua punya peran besar dalam perkembangan kepribadian anak. Ketika orangtua tidak suportif kepada anak, atau cenderung mengabaikan anak, maka anak akan mencari identifikasi lain. Mencari pemuasasan di luar ruamah.
Sementara dr. Fransiska, mengingatkan bahwa orangtua itu perlu menurunkan ego atau ekspektasi. Jika mendengar atau melihat perilaku anak yang tidak sesuai dengan harapan, sebaiknya tidak perlu bereaksi berlebihan hingga berujung meluapkan emosi pada anak.
Di samping itu, orangtua pun perlu membekali dirinya sendiri dan anak-anak dengan coping mechanism yang baik. Coping mechanism ini bisa diartikan sebagai upaya atau strategi atau upaya seseorang baik secara mental maupun perilaku bisa menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau minimalisasikan suatu situasi atau kejadian yang penuh tekanan.
Adapun beberapa gejala depresi yang perlu diperhatikan adalah saat anak mengalami tekanan yang berkepanjangan, setidaknya berlangsung satu bulan.
Anak akan terlihat tidak lagi bisa menikmati hobinya, sulit untuk tidur, malas bertemu orang lain, hingga malas berkomunikasi dengan orang tua dan teman-temannya. Kondisi yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah timbulnya untuk menyakiti diri sendiri.
Baca juga:
Waspada! Anak bisa menerima dampak negatif dari depresi orangtua
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.