Pemerintah dan Kementerian Kesehatan RI berharap agar anak-anak Indonesia mendapatkan imunisasi melalui program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN). Program ini bertujuan untuk melengkapi imunisasi dasar lengkap pada bayi, seperti Hepatitis B, BCG, DPT-HB-Hib, Polio, dan Campak-Rubella. Termasuk memberikan imunisasi tambahan, seperti imunisasi campak lanjutan 24 bulan yang diberikan dalam program ini.
Seperti diketahui, imunisasi bertujuan untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan tubuh anak secara aktif terhadap suatu penyakit. Sehingga, jika suatu saat anak terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
Artikel Terkait: Sangat Menular! Ini Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati Penyakit Campak
Manfaat Imunisasi Campak Lanjutan
Campak (measles) merupakan kondisi yang sangat menular ini dapat dengan mudah menyebar di antara orang-orang yang tidak divaksinasi. Campak dimulai dengan gejala demam, batuk, pilek, konjungtivitis (mata merah), dan ruam merah yang dimulai di wajah dan menyebar ke seluruh tubuh.
Jika virus menginfeksi paru-paru, dapat menyebabkan pneumonia. Campak pada anak yang lebih besar dapat menyebabkan radang otak, yang disebut ensefalitis, yang dapat menyebabkan kejang dan kerusakan otak.
Untuk itu, imunisasi campak lanjutan perlu diberikan pada anak-anak. Namun, belakangan ini, imunisasi campak sering kali dibarengi dengan imunisasi rubella, atau campak rubella (MR). Rubella juga dikenal sebagai campak Jerman. Ini dapat menyebabkan ruam ringan di wajah, pembengkakan kelenjar di belakang telinga, dan dalam beberapa kasus, pembengkakan sendi kecil dan demam ringan. Kebanyakan anak sembuh dengan cepat tanpa efek yang bertahan lama.
Akan tetapi, jika seorang ibu hamil terkena rubella, itu bisa membahayakan janin. Jika mereka terinfeksi selama trimester pertama kehamilan, setidaknya ada 20% kemungkinan anak mereka akan memiliki cacat lahir seperti kebutaan, tuli, cacat jantung, atau cacat intelektual.
Bahkan, beberapa rumah sakit atau klinik terkemuka sudah menggabungkan imunisasi MR dengan imunisasi gondok. Seperti diketahui, virus gondok biasanya menyebabkan pembengkakan pada kelenjar tepat di bawah telinga, sehingga terlihat seperti pipi tupai. Sebelum vaksin, gondong adalah penyebab paling umum dari meningitis (radang selaput otak dan sumsum tulang belakang) dan tuli. Pada pria, gondong dapat menginfeksi testis, yang dapat menyebabkan infertilitas.
Melihat hal tersebut, vaksin campak, gondok, dan rubella (MMR) direkomendasikan untuk semua anak. Ini melindungi terhadap tiga penyakit yang berpotensi serius. Ini adalah vaksinasi dua bagian atau dua dosis Parents harus membuktikan bahwa anak-anak telah mendapatkannya sebelum mereka dapat masuk sekolah.
Kapan Imunisasi Campak Lanjutan Diberikan?
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyarankan pemberian imunisasi campak-rubella atau MR pada usia 9 bulan. Namun, bila sampai usia 12 bulan belum mendapat vaksin MR, dapat diberikan MMR.
Sementara itu, pemberian imunisasi campak lanjutan sebenarnya boleh diberikan minimal 6 bulan setelah pemberian imunisasi campak terakhir atau dapat diberikan dalam rentang usia 24-36 bulan. Namun, berdasarkan Rekomendasi IDAI tahun 2020, imunisasi campak lanjutan diberikan pada usia 18 bulan. Kemudian, pada usia 5-7 tahun, anak kembali mendapat booster imunisasi MR dalam program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) kelas 1 atau MMR.
Artikel Terkait: Serba-Serbi Imunisasi Campak yang Perlu Mam Ketahui
Efek Imunisasi Campak Lanjutan
Vaksin campak sangat aman. Melansir laman National Health Service, kebanyakan efek samping ringan dan tidak berlangsung lama, seperti:
- daerah di mana jarum masuk terlihat merah, bengkak dan terasa sakit selama 2 hingga 3 hari
- sekitar 7 hingga 11 hari setelah penyuntikan, bayi atau anak kecil mungkin merasa tidak enak badan atau mengalami suhu tinggi selama sekitar 2 atau 3 hari.
Beberapa anak mungkin juga menangis dan marah segera setelah disuntik. Ini normal dan mereka akan merasa lebih baik setelah berpelukan.
Artikel Terkait: Jenis dan Jadwal Imunisasi untuk Balita, Jangan Sampai Terlewat!
Bagaimana Bila Imunisasi Campak Lanjutan Terlambat?
Biasanya dokter anak akan merekomendasikan agar anak mendapat imunisasi campak lanjutan pada usia 18 bulan. Sementara, pada beberapa Puskesmas atau bidan menyarankan pemberian imunisasi campak lanjutan pada usia 24 bulan.
Menurut keterangan IDAI, bila imunisasi campak lanjutan terlambat, maka akan dilakukan imunisasi kejar pada usia sekolah dan remaja. Imunisasi akan diberikan 2 kali dengan jarak pemberian minimal 4 minggu. Dengan kata lain, imunisasi booster seperti ini biasanya akan diberikan sesuai jadwal imunisasi yang selanjutnya.
Kendati demikian, jika Parents terlambat memberikan imunisasi campak lanjutan 24 bulan pada anak, alangkah baiknya untuk berkonsultasi kepada dokter anak secara langsung.
Semoga informasi di atas dapat bermanfaat bagi Anda, Parents!
***
Baca Juga:
Setelah Vaksin Campak, Bayiku Malah Kena Campak, Apa Iya?
Gejalanya mirip, ini beda campak, roseola dan rubella
Jangan Dilewatkan, Ini Beragam Jenis Imunisasi untuk Anak Sekolah Dasar
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.