Pneumonia pada bayi merupakan penyakit yang perlu diwaspadai oleh semua orangtua. Sebab, bila tidak ditangani dengan tepat, dapat menyebabkan gangguan kesehatan serius yang berakibat fatal, terutama bagi anak di bawah usia lima tahun. Untuk itu, setiap orangtua wajib memerhatikan berbagai cara mencegah pneumonia, salah satunya dengan melakukan imunisasi yang lengkap.
Apa itu penyakit pneumonia?
Pneumonia adalah penyakit infeksi yang menyerang paru dan menyebabkan kantung udara di dalam paru meradang dan bengkak. Biasanya orang awam menyebutkan penyakit ini dengan paru-paru basah, sebab secara harfiah kantung udara di dalam paru berisi cairan bila mengalami infeksi.

Ditemui dalam acara Seminar Media Hari Pneumonia Dunia 2019, yang diselenggarakan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Ketua UKK Respirologi IDAI, DR. Dr. Nastiti Kaswandani, SpA(K) memberikan penjelasan apa itu pneumonia dan mengapa penyakit ini sangat perlu diwaspadai.
“Pneumonia adalah peradangan yang mengenai jaringan paru atau radang paru. Kalau ada peradangan karena bakteri atau virus akan menghasilkan cairan peradangan dan memenuhi kantung paru. Sehingga menyebabkan jaringan rusak dan mengganggu pernapasan dan organ lain,” ungkap Dr. Nastiti.
Artikel terkait: Benarkah bayi pneumonia karena tidur di bawah kipas angin? Simak penjelasan dokter

Mengapa bayi dan balita berisiko lebih tinggi terkena pneumonia?
Dikatakan Dr. Nastiti, bayi dan balita lebih berisiko terkena pneumonia karena bayi yang sedang mengalami masa tumbuh kembang belum memiliki imunitas tubuh sesempurna orang dewasa.
Selain itu, saluran napas atas bayi masih lebih pendek daripada orang dewasa, yang akhirnya membuat virus atau bakteri menjalar lebih cepat.
“Pada bayi ada sel-sel tubuhnya yang belum sematang orang dewasa, sehingga kalau dia terkena infeksi, bahkan tidak hanya pneumonia, bayi lebih berisiko terhadap infeksi lain. Saluran napasnya juga lebih pendek dari orang dewasa, jadi bila terkena radang di hidung bisa cepat sekali menjalar ke saluran napas bawah dan ke paru-paru.
Demikian juga dengan pipa napasnya, orang dewasa lebih lebar, sedangkan pada bayi diameternya sempit. Sehingga bila terjadi pembengkakan, dia langsung tersumbat,” jelas Dr. Nastiti.
Anak yang mengalami pneumonia berisiko mengalami kekurangan oksigen yang menuju ke otak. Itulah yang menyebabkan penurunan tumbuh kembang anak, bahkan sampai menyebabkan kematian.
Artikel terkait: Mencegah Batuk Rejan atau Batuk 100 Hari Pada Bayi

Gejala pneumonia pada bayi yang harus diwaspadai
Seperti yang dijelaskan Dr. Nastiti, tanda bayi mengalami pneumonia memang sekilas mirip seperti selesma, yaitu demam, batuk dan pilek. Namun anak yang terkena pneumonia dapat menunjukkan tanda khas yaitu gejala tersebut disertai napas cepat (tachypnea) atau napas sesak.
Bila pneumonia sudah parah, gejala lain yang muncul ialah adanya tarikan dinding dada ke dalam atau cekung ke dalam saat anak bernapas. Kondisi ini disebut dengan chest indrawing.
Berikut ini tanda bahaya yang perlu SEGERA dibawa ke rumah sakit, yang dikutip dari materi Seminar Media Hari Pneumonia Dunia 2019:
|
2 bulan – < 5 tahun
|
< 2 bulan
|
Tidak bisa minum |
Napas cepat (≥ 60x/menit) ATAU |
Kejang |
Napas lambat (≤ 30x/menit) ATAU |
Kesadaran menurun |
Kurang mau minum |
Tampak biru pada lidah (sianosis sentral) |
Demam |
Ujung tangan dan kaku pucat dan dingin |
Kejang |
Head Nodding (saat bernafas kepala anak seperti mengangguk-angguk) |
Kesadaran menurun |
Ujung tangan dan kaki pucat dan dingin |
Stridor |
Grunting |
Wheezing |
Gizi buruk / malnutrisi |
Tangan dan kaki terasa dingin |
|
Tanda gizi buruk |

Bila salah satu tanda di atas terlihat oleh si kecil, jangan tunggu lama untuk membawanya ke dokter ya, Parents. Karena tanda di atas merupakan tanda bahaya yang harus segera ditangani.
Selain itu, perlu diketahui pula beberapa faktor risiko pneumonia pada bayi dan balita, di bawah ini:
- Tidak mendapatkan ASI Esklusif: Menurut Dr. Nastiti, ASI mengandung semua zat-zat yang dibutuhkan bayi. ASI juga mengandung imunoglobulin untuk pertahanan tubuh. Antibodi-antibodi yang tidak dikandung dalam susu formula.
- Kekurangan vitamin A: Vitamin A dibutuhkan tubuh untuk pertahanan mukosa atau pertahanan saluran napas dan saluran cerna.
- Tidak mendapat imunisasi campak, pertussis, PCV dan HIB: Imunisasi ini dapat mencegah bayi terkena pneumonia, karena penyakit seperti campak, pertussis atau batuk rejan berisiko besar terhadap pneumonia.
- Polusi dalam ruangan: Polusi mengandung bakteri yang dapat menyebabkan pneumonia pda bayi.
- Malnutrisi: Saat akan memiliki gizi yang kurang, ia akan mengalami penurunan imunitas tubuh. Sehingga berisiko besar terhadap pneumonia.

Cara mencegah pneumonia pada bayi dengan imunisasi lengkap
Ditemui dalam acara yang sama, Ketua Satgas Imunisasi, Prof. Dr. Cissy, B. Kartasasmita, SpA(K), MSc, PhD, mengatakan bahwa cara mencegah pneumonia yang paling efektif ialah dengan mendapatkan imunisasi lengkap sejak bayi.
“Imunisasi dapat mencegah pneumonia, misalnya pada imunisasi campak, pertussis, influenza, dan HIV, karena penyakit ini dapat menyebabkan pneumonia,” ungkap Prof. Cissy.
Seperti yang kita tahu, imunisasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap serangan virus dan bakteri. Adapun fungsi lainnya ialah sebagai berikut:
- Memberikan proteksi diri bagi penerimanya
- Membentuk kekebalan tubuh
- Proteksi lintas kelompok
- Menurunkan kesakitan, kecacatan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) termasuk pneumonia.
Sampai saat ini bahkan diketahui dampak imunisasi terhadap angka kematian bayi dan balita sebanyak 55,2%, mencakup dari pneumonia sebanyak 23,8%, dan diare 31,4%. Angka tersebut menunjukkan penurunan yang signifikan terhadap kematian bayi dan balita.
Waspadai gejala pnemonia pada anak.
Khusus untuk penyakit pneumonia, ada dua vaksin yang dapat diberikan untuk mencegah terjangkitnya pneumonia, yaitu sebagai berikut:
- Imunisasi DPT-HB-Hib: Vaksin ini mecegah pneumonia yang disebabkan Hemophilis Influenza tipe B. Diberikan pada usia 2, 3, 4 bulan (imunisasi dasar) dan pada 18 bulan (imunisasi lanjutan).
- Imunisasi pneumokokus Konjugasi (PCV): Mencegah pneumonia yang disebabkan bakteri pneumokokus. Diberikan pada usia 2,3 dan 12 bulan.
Karena imunisasi terbukti dapat menurunkan risiko penyakit yang dapat dicegah seperti pneumonia, jadi setiap orangtua disarankan untuk memerhatikan jadwal pemberian imunisasi di atas sebagai pencegahan yang efektif.
“Imunisasi pneumonia sangat penting untuk anak balita karena pneumonia masih menjadi penyebab kematian utama pada balita. jadi meskipun faktor risiko yang lain sudah dihindari, tapi imunisasinya belum lengkap itu risiko terkena pneumonia masih sangat tinggi,” ujar Dr. Nastiti.
Selain dengan imunisasi, hal lain yang dapat mencegah pneumonia adalah dengan memberikan ASI esklusif, mencukupi gizi dengan baik, hindari polusi, pemberian vitamin A juga baik untuk mencegah pneumoni.
Itulah informasi mengenai penyakit pneumonia dan cara mencegah pneumonia dengan imunisasi. Semoga semakin menambah awareness Parents terhadap salah satu penyakit yang mematikan tersebut.
***
Baca juga:
Parents perlu tahu! Ini perbedaan batuk biasa dan pneumonia pada bayi
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.