Bila Parents memperhatikan kedua kaki si kecil tidak sama panjang, bisa jadi itu karena bayi Anda mengalami hip dysplasia atau displasia pinggul. Apakah penyebab hip dysplasia dan bisakah kaki bayi kembali sama panjang sama seperti kaki anak-anak normal lainnya?
Berikut ini penjelasan mengenai hal tersebut, ditambah penjelasan posisi menggendong dan membedong agar bayi terhindar dari displasia pinggul.
Daftar isi
Apa Itu Hip Dysplasia?
Development dysplasia of the hip (DDH) atau hip dysplasia atau displasia pinggul adalah istilah medis untuk soket tulang yang tidak sepenuhnya menutupi bagian bola tulang paha bagian atas pinggul bayi atau anak.
Sederhananya, kelainan di mana femur (tulang paha) tidak menyatu dengan panggul sebagaimana mestinya. Kondisi ini juga sering disebut dengan dislokasi pinggul bawaan.
Sendi panggul tugasnya menempelkan tulang paha (femur) ke panggul. Pada bagian atas tulang paha (kepala femoralis) ada sesuatu yang bentuknya bulat seperti bola yang duduk di dalam soket pinggul berbentuk cangkir.
Dalam kasus DDH, soket pinggul terlalu dangkal dan kepala femoralis tidak dipegang erat di tempatnya sehingga sendi panggul longgar. Pada kasus yang sangat parah, tulang paha bahkan bisa keluar dari soket (dislokasi) –sebagian atau seluruhnya.
Kasus displasia pinggul yang ringan mungkin tidak sampai menyebabkan gejala hingga si penderitanya remaja atau dewasa muda. Namun pada kasus yang serius, displasia pinggul dapat merusak tulang rawan yang melapisi sendi, dan juga dapat melukai tulang rawan lunak (labrum) yang melapisi bagian soket sendi panggul –ini disebut robekan labral pinggul (hip labrar tear).
Hip dysplasia sudah bisa diketahui sesaat setelah bayi lahir, pada saat dilakukannya pemeriksaan fisik pada bayi. Jika hip dysplasia didiagnosis di awal masa bayi, perawatan bisa segera dilakukan –bayi diberi penyangga lunak untuk memperbaiki masalah pinggulnya.
Artikel terkait: Mengenal Kelainan Sindaktili, Kondisi Jari Dempet yang Bisa Dialami Bayi
Frekuensi Kejadian
Mengutip laman Cleveland Clinic, setidaknya ada sekitar 1 dari setiap 1.000 bayi lahir dengan kondisi hip dysplasia. Umumnya, penderitanya lebih banyak dialami oleh anak perempuan dan anak sulung.
Displasia pinggul bisa terjadi di kedua pinggul, tetapi lebih sering terjadi di sisi kiri.
Penyebab Hip Dysplasia
Ada beberapa penyebab hip dysplasia. Di antaranya adalah:
1. Ruang Rahim Padat
Sendi pinggul awalnya adalah tulang rawan lunak yang secara bertahap mengeras menjadi tulang. Nah, selama bulan terakhir sebelum kelahiran, ruang di dalam rahim bisa menjadi sangat padat sehingga bola sendi panggul bergerak keluar dari posisi yang semestinya, dan soket tidak cukup dalam untuk menahan kepala femoralis di tempatnya.
Faktor lain yang dapat mengurangi jumlah ruang di dalam rahim meliputi kehamilan pertama, bayi besar, dan ukuran bokong.
2. Kondisi Bawaan
Kebanyakan orang yang memiliki displasia pinggul dilahirkan dengan kondisi tersebut. Istilahnya adalah develompmental dysplasia of the hip (DDH) atau congenital hip dislocation.
3. Genetik
Genetik atau diturunkan dalam keluarga pun bisa jadi penyebabnya.
4. Rahim Menekan Pinggul
Hip dysplasia dapat berkembang jika posisi bayi di dalam rahim memberi tekanan pada pinggul.
5. Kekurangan Hormon Estrogen
Bayi berkembang di dalam rahim dengan estrogen yang diproduksi ibu. Estrogen diduga mendorong relaksasi ligamen jelang waktu persalinan yang dapat membantu proses melahirkan. Kekurangan hormon ini berpotensi menyebabkan ligamen pinggul bayi jadi agak longgar dan meningkatnya risiko sendi yang tidak stabil.
Tanda dan Gejala Hip Dysplasia
Displasia pinggul dapat merusak tulang rawan, jaringan yang menopang tulang-tulang ini di persendian. Ini juga dapat menyebabkan rasa sakit dan masalah, mulai dari sendi yang tidak stabil hingga dislokasi (tulang bergeser keluar dari tempatnya di sendi).
Tanda dan gejala hip dysplasia bervariasi menurut kelompok usia. Pada bayi, Parents mungkin memperhatikan ada satu kaki yang lebih panjang dari yang lain –biasanya pinggul kiri lebih panjang dari yang kanan.
Ketika Parents mengganti popoknya, Anda akan melihat satu pinggul mungkin kurang fleksibel daripada yang lain. Begitu si kecil mulai berjalan, pincang dapat berkembang.
Selain itu, terdapat lipatan kulit pada paha, dan terjadinya perbedaan gerakan antara pinggul kanan dan kiri.
Pada remaja dan dewasa muda, displasia pinggul dapat menyebabkan komplikasi yang menyakitkan seperti osteoartritis atau robekan labral pinggul, nyeri pangkal paha terkait aktivitas, dan pada beberapa kasus anak mungkin mengalami sensasi ketidakstabilan di pinggul. Anak mungkin akan mengalami sensasi suara “klik” atau “pop” di persendian.
Artikel terkait: Kondisi Kepala Peyang pada Bayi, Kenali Penyebab serta Cara Mengatasinya
Faktor Risiko Hip Dysplasia
Tak semua displasia panggul dapat dicari sebabnya. Bayi yang berpotensi mengalami displasia pinggul ada dalam posisi sebagai berikut:
- Bayinya besar atau ada oligohidramnion, suatu kondisi di mana ada terlalu sedikit cairan ketuban di kantung tempat bayi tinggal selama kehamilan, yang membatasi pergerakan bayi –bayi kesempitan berada di dalam rahim.
- Berkurangnya cairan uterin yang dapat membuat janin bergerak bebas di dalam rahim.
- Posisi kehamilan sungsang di usia kehamilan 28 minggu.
- Kondisi lain yang memengaruhi posisi bayi dalam rahim (misalnya yang terjadi pada bayi yang memiliki cacat kaki tetap).
- Bayi perempuan lebih berisiko.
- Kehamilan pertama atau anak pertama.
- Diturunkan secara genetik.
Semua hal di atas dapat mengurangi jumlah ruang di dalam rahim yang kemudian berdampak bayi merasa sesak sehingga bola atau kepala femoralis keluar dari posisi yang seharusnya.
Membedong bayi dengan pinggul dan lutut lurus juga dapat menyebabkan hip dysplasia, lo, Parents.
Cara Menggendong yang Salah Bisa Sebabkan Hip Dysplasia
Para ahli tulang juga mengimbau agar para orang tua tidak mengendong bayi dalam keadaan kaki bayi memanjang ke bawah dengan posisi pinggul bayi yang terlalu terbuka lebar. Posisi ini menempatkan kepala femur (bola) dekat dengan acetabulum (soket), dan mendorong pendalaman soket.
Sekalipun dokter menyatakan bahwa tidak banyak yang dapat Parents lakukan bila bayi Anda mengalami displasia pinggul bawaan, tetapi setidaknya Anda bisa mencegah hal itu terjadi pada anak yang pinggulnya normal dengan cara menggendong atau membedong bayi dengan benar.
Diagnosis Hip Dysplasia
Catatan dokter Rosendahl pada jurnal kedokteran anak tahun 1994 menyatakan bahwa masalah displasia pinggul bisa dideteksi pada 6 minggu pertama kehidupan bayi lewat pemeriksaan fisik.
Bayi
Dokter akan memeriksa kemungkinan hip dysplasia pada pertemuan pertama dengan menggerakkan kaki bayi dengan lembut di posisi yang berbeda untuk melihat apakah persendiannya cocok. Jika dokter menduga bayi Anda ada kemungkinan mengalami displasia, tindakan USG selama 3 bulan pertama kehidupan bayi akan dilakukan.
Remaja dan Dewasa
Pada anak yang sudah lebih besar, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari:
- Kemiringan panggul
- Perbedaan panjang kaki
- Pengecilan otot
- Daya rekat soket dan bola
Untuk memeriksa mobilitas di pinggul, dokter akan melakukan sesuatu yang disebut impingement test, yaitu metode melenturkan pinggul dengan cara memutar bagian tengah tubuh. Bila anak menderita displasia pinggul, ia akan merasakan sensasi seperti terjepit.
Untuk memastikan diagnosanya, dokter akan menyarankan tes pencitraan, seperti MRI guna melihat seberapa parah tingkat hip dysplasia yang dialami anak.
Perawatan yang Diperlukan
Anak dengan displasia pinggul membutuhkan perawatan dan alat khusus agar dapat menyamakan kaki dan membetulkan postur pinggul bayi. Perawatan tersebut antara lain:
1. Pavlik Harness
Pavlik harness adalah sebuah alat yang dipasang pada bayi di bawah usia 6 bulan. Perangkat ini akan menumpu kaki bayi dengan posisi pinggul yang membungkuk sehingga lama kelamaan pinggul akan dapat memperoleh posisi normalnya.
Harness harus dipakai terus-menerus selama 6 hingga 12 minggu dan tidak boleh dilepas oleh siapa pun kecuali profesional kesehatan.
2. Spica Cast
Spica cast adalah alat untuk menyeimbangkan posisi pinggang, kaki, dan panggul. Bahan yang digunakan alat ini adalah plastik ataupun fiber glass dan dapat digunakan dalam waktu 2-3 bulan.
Alat ini digunakan untuk bayi yang usianya lebih dari 6 bulan. Terdapat spasi pada kedua kaki agar dapat memperkuat posisi kaki anak tersebut.
3. Operasi
Prosedur operasi diperlukan untuk memperbaiki cacat tulang paha atau pinggul setelah bayi berusia 6 bulan, atau jika sabuk pengaman pavlik tidak membantu.
Operasi yang paling umum disebut reduksi, yaitu prosedur penempatan kepala femoralis kembali ke soket pinggul.
Setelah operasi, anak perlu memakai gips setidaknya sampai 12 minggu lamanya. Di 6 minggu pertama, dokter akan memeriksa pinggul bayi untuk memastikannya stabil dan sembuh dengan baik. Kemudian gips akan dipasang kembali selama 6 minggu berikutnya.
4. Kawat Gigi atau Splints
Dapat digunakan sebagai pengganti harness pavlik atau spica cor. Atau mereka dapat digunakan setelah operasi.
5. Terapi Fisik
Seorang anak yang telah di cor spica mungkin perlu melakukan latihan untuk mendapatkan kembali gerakan dan membangun kekuatan otot pada kaki.
Jika anak Anda telah menjalani perawatan di atas, kemungkinan ia tak akan mengalami masalah pada pinggulnya lagi. Oleh karena itu, sangat penting bagi Parents melakukan mengecek perkembangannya ke dokter.
Artikel terkait: Kenali Maple Syrup Urine Disease, Penyakit Genetik Penyebab Kencing Bau Manis
Komplikasi yang Mungkin Terjadi
Jika displasia pinggul tidak diobati, dapat menyebabkan masalah jangka panjang yang menyakitkan. Di antaranya yaitu:
- Robekan labral pinggul: Kerusakan pada tulang rawan lunak (labrum) yang melapisi soket sendi panggul.
- Osteoarthritis: Kerusakan tulang rawan yang menyebabkan nyeri dan kekakuan pinggul akibat tekanan kontak yang lebih tinggi di atas permukaan soket yang lebih kecil.
- Dislokasi sendi: Tulang meluncur keluar dari tempatnya di sendi.
- Sendi yang tidak stabil: Kelonggaran pada sendi yang menyebabkan rasa sakit dan kelemahan.
Pada bayi yang menggunakan gips dalam jangka waktu lama mungkin akan berjalan sedikit lebih lambat dari yang diharapkan. Namun, keterlambatan keterampilan motorik ini bisa segera disusul anak setelah gips dilepas.
Adakah Pencegahan Hip Dysplasia?
Sebagian besar kasus hip dysplasia atau displasia pinggul tidak dapat dicegah. Untuk mengurangi risiko displasia pinggul setelah lahir, hindari membungkus atau membedong bayi Anda terlalu erat.
Artikel diupdate oleh: Ester Sondang
Hip dysplasia
www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hip-dysplasia/symptoms-causes/syc-20350209#
Developmental dysplasia of the hip
www.nhs.uk/conditions/developmental-dysplasia-of-the-hip/
Hip Dysplasia
my.clevelandclinic.org/health/diseases/17903-hip-dysplasia
Hip Dysplasia
www.webmd.com/children/what-is-hip-dysplasia
Baby Carriers and Healthy Hips – busting some myths
www.carrymeaway.com/learncenter/baby-carriers-and-healthy-hips-busting-some-myths/
Baca juga:
Mengenal Moebius Syndrome, Kondisi Langka yang Sebabkan Bayi Tak Bisa Berekspresi
Kondisi Kaki Bengkok pada Bayi Bisa Diperbaiki, Begini Caranya!