Hai Bunda semua, perkenalkan saya Hana. Seorang ibu dua orang anak yang kini sudah memasuki usia kepala tiga. Kedua anak saya perempuan, berumur 3 tahun 11 bulan. Saya ingin berbagi cerita dengan kalian perjalanan bersama si buah hati. Saat saja melewati kehamilan dengan kondisi oligohidramnion.
Satu bulan sebelum saya hamil, entah kenapa saya merasa berat badan turun cukup banyak. Padahal, menjalani program diet pun tidak. Tapi, ada rasa aneh yang timbul. Kenapa begini?
Kondisi siklus bulanan saya juga terhitung lancar setiap bulan, dan belum pernah kehilangan berat badan sedrastis ini.
Namun, di bulan berikutnya, saya pun memutuskan untuk tes pack. Tak butuh waktu lama, saya melihat ada dua garis biru! Iya, saya hamil. Bahagia, sedih, terharu, dan langsung merasa jatuh cinta dan ingin melindungi si janin ini.
Singkat cerita, memasuki trimester 1 saya alami morning sickness yang cukup parah. Mencium parfum tidak kuat, mencium bau kamar mandi saat mulai membuka pintunya mandi pun tidak bisa, makan tidak bisa masuk, pusing, mood swing. Semua rasanya campur aduk jadi satu.
Beruntung, pada saat trimester 2 sudah terasa jauh membaik. Saya mulai bisa bisa menikmati makanan, bisa mengonsumsi vitamin, bisa olahraga ringan. Fuuuih…. sedikit lega ditambah lagi hasil pemeriksaan USG menunjukkan janin saya sangat sehat.
Drama-drama mabok sudah terlewati sampai awal trimester 2. Saya merasa semakim lega saat masuk trimester 3. Semua makanan bisa dilahap, hehehe. Semua berjalan lancar, janin sehat, berat badan saya pun bertambah, semua sehat pokoknya yaah.
Jalani Kehamilan dengan Kondisi Oligohidramnion
Kegiatan rutin kontrol janin saya lakukan, di awal trimester 3 semua lancar, semua sehat,tidak ada keluhan dan tidak ada hasil pemeriksaan yang perlu ditakutkan. Namun, siapa sangka kalau ini justru awal drama baru lagi.
Suatu malam, jadwalnya saya kontrol kandungan saat itu umur kandungan masuk 7,5 bulan bu dokter melakukan USG dan hasilnya mengatakan kalau air ketuban saya sedikit. Saya masih tenang aja dan berpikir, “Oh nanti sesampai di rumah dibanyakin minum air putih.”
Kondisi seperti saya ini bisa dikatakan oligohidramnios atau oligohidramnion. Kalau kondisinya begini, saat kontraksi nanti sakitnya akan 2x lipat dari kontraksi normal karena jumlah air ketuban saya berada pada kadar terlalu rendah sehingga jika kontraksi atau bayinya gerak, rahim saya akan merasakan kesakitan hebat karena kurangnya jumlah air ketuban, ya bisa dibilang ‘pelumas’ nya sedikit.
Kondisi oligo ini juga tidak bisa diketahui pasti apa penyebabnya, bisa karena memang begitu adanya bisa karena kurang air putih atau memang keturunan, faktor stres pada ibu hamil. Tidak ada yang tahu pasti apa penyebab kondisi yang sedang saya alami ini.
Sesampai di rumah saya mulai coba lebih banyak minum air putih. Kondisi saya yang begitu tidak mengurungkan niat saya untuk berusaha melahirkan secara normal dan masih berusaha untuk lebih banyak mengonsumsi air.
Sampai umur kandungan 8 bulan dan jadwal kontrol datang lagi. Saya diperiksa pun tetap hasilnya sama, kadar air ketuban terlalu rendah, malah semakin sedikit seiring dengan bertambah besarnya si janin.
HPL Semakin Dekat, Namun Tak Ada Kontraksi
Oleh dokter kandungan, saya diberi kekuatan dan diberi pilihan untuk operasi saja guna melindungi saya dan si buah hati karena memang akan sangat sakit jika terjadi kontraksi. Sebagai ibu baru merasa gagal menjadi ibu karena tidak bisa melahirkan secara normal.
Mencoba tenang, mencoba berpikir positif dan pasangan, keluarga besar mendukung memberi semangat saya bisa melahirkan dengan cara apapun tidak akan mengurangi saya sebagai ibu. Betapa beruntungnya saya diberi orang orang yang terlalu sayang dengan saya dan calon anak saya.
Di masa kondisi itu, saya juga tidak merasakan kontraksi palsu ataupun kontraksi beneran sama sekali dan hpl tinggal seminggu lagi, kok, tidak ada tanda tanda melahirkan. Panik. Ya, ibu hamil mana yang tidak was-was jika berada di posisi saya ini.
Akhirnya, saya memutuskan untuk cek ke dokter lagi. Saya ingat, saat itu H-1 hpl dan dokternya terkejut, kok saya masih tenang tenang saja.
Beliau bilang, “Bu..ini harus besok pagi operasi, air ketuban sudah terlalu sedikit, sama sekali tidak ada kontraksi, dan besok hpl. Kalau telat sehari nyawa janin tidak bisa tertolong. Saya kasih surat rujukan besok pagi kita ketemu di Rumah Sakit.”
Duaaar. Mendengarnya kaki saya langsung lemas. Nggak bisa, ngomong campur takut jadi satu. Paginya, saya dirujuk di UGD karena kondisi darurat harus ditangani secepatnya dan saya menjalani operasi caesar.
Saya memakai BPJS karena kondisi saya tergolong darurat dan diperbolehkan memakai BPJS. Akhirnya siang menjelang sore saya, suamui dan bayi kami bisa berkumpul bersama. Anaku lahir sehat, sempurna, cantik.
Saya begitu takjub, janin yang selama ini hidup di perut dengan air ketuban sedikit, bayi yang kirim Tuhan untuk saya. Ya. inilah sedikit cerita dari saya yang jalani kehamilan dengan kondisi oligohidramnion.
Ditulis oleh Agustina Hana, VIP Member theAsianparent ID.
Baca Juga:
My Pregnancy Journey: A Bitter yet Sweet Experience
Memberikan Stimulasi Agar Anak Cepat Jalan, Ini yang Saya Lakukan
Ayah dan Suamiku, karena Kalian Aku Ingin Pulang
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.