Cerita fabel memang selalu menarik perhatian anak-anak. Jenis cerita yang menampilkan karakter-karakter hewan sebagai tokoh utamanya ini sering dijadikan sebagai dongeng penghantar tidur anak.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, fabel adalah cerita yang menggambarkan watak dan budi manusia yang diperankan oleh binatang.
Tak sekedar cerita, fabel sarat pendidikan moral dan nilai budi pekerti yang diharapkan bisa menjadi pedoman dalam hidup.
Secara garis besar, ada dua jenis fabel yaitu fabel klasik dan fabel modern.
Kebanyakan cerita fabel memang diperuntukkan untuk anak-anak, tetapi ada juga fabel yang dikhususkan untuk remaja hingga orang dewasa.
Fabel memiliki ciri khas, di antaranya:
- Binatang sebagai tokoh utama dalam cerita
- Tokoh utama bertingkah seperti manusia (berbicara dan berpikir)
- Menunjukkan penggambaran moral dan karakter manusia, serta kritik tentang kehidupan
- Alur cerita pendek dan sederhana
- Karakter tokoh diuraikan secara mendetail
- Gaya cerita secara lisan
- Terkandung pesan dalam cerita
- Bahasanya mudah dipahami
- Mengkritisi sifat manusia, diskriminasi kaum lemah, dan keadaan masyarakat
Tidak hanya menghibur, tetapi cerita fabel juga memiliki pesan moral yang baik untuk anak.
Nah, apabila Parents ingin mendongengkannya kepada anak sebelum tidur, inilah cerita fabel yang bisa menjadi referensi.
Artikel Terkait: Ajarkan Moralitas, Kenali Manfaat Cerita Dongeng Nasehat untuk Anak-anak
Cerita Fabel Anak Menarik yang Kaya akan Pesan Moral
Kumpulan Cerita Fabel untuk Dongeng Anak
1. Gajah yang Baik Hati
Kancil yang sedang berpetualang tiba-tiba terperangkap dalam lobang di tanah. Tindakkan Kancil masuk kedalam itu merupakan tindakan yang sangat ceroboh.
Ia tidak berpikir bagaimana caranya ia naik ke atas bila sudah berada di dalam kolam tersebut. Beberapa kali Kancil mencoba untuk memanjat tetapi ia tidak bisa sampai ke atas.
“Tolong … Toloooonggggg!’’
Si Kancil tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya berteriak meminta tolong. Teriakan si Kancil ternyata terdengar oleh sang gajah yang kebetulan sedang berjalan melewati tempat itu. “Hai, siapa yang ada di kolam itu?“
“Aku … tolong aku!” jawab si Kancil.
“Siapa kau?’’ tanya Gajah.
“Aku … si Kancil sahabatmu.’’
“Kenapa kamu bisa di dalam kolam ini? Dan berteriak meminta tolong,’’ tanya Gajah kembali.
Artikel Terkait: Dongeng Sebelum Tidur, Kumpulan Cerita Sarat Nilai Moral Untuk Anak
Kancil terdiam sesaat mencari akal agar Gajah mau menolongnya.
“Tolong aku mengangkat ikan ini.’’
“Yang benar kau mendapat ikan?’’
“Benar … benar! Aku mendapatkan ikan yang sangat besar,’’ kata Kancil.
“Tapi bagaimana caranya aku turun kebawah,’’ ucap Gajah kepada Kancil.
“Sebaiknya kamu langsung turun saja kebawah. Sebab jika tidak cepat-cepat ikan ini bisa lepas!’’ kata si Kancil.
Gajah berpikir sejenak. Bisa saja ia turun ke bawah dengan mudah, tetapi bagaimana jika naiknya nanti.
“Cil, mana ikan yang kau dapatkan?’’
“Ada di sepasang kakiku,’’ kata Kancil.
“Kalau aku menolongmu. Lalu bagaimana caranya aku naik dari kolam ini?’’
Kini Kancil terdiam. Ia tidak menyangka gajah dapat berpikir sejauh itu. Tidak seperti dirinya, karena kehausan langsung terjun kedalam kolam. Tanpa berpikir akibatbya.
“Kau mau memanfaatkanku ya Cil? Kau akan menipuku untuk kepentingan dan keselamatanmu sendiri?’’ Tanya Gajah.
Kancil hanya terdiam.
“Sekali-kali kamu harus diberi pelajaran,’’ kata Gajah sambil meninggalkan tempat itu.
“Waduh.. Pak Gajah. Aku mohon tolonggggg….!’’
Gajah tidak mendengarkan teriakan Kancil. Kancil mulai putus asa. Semakin lama berada di tempat itu Kancil mulai merasa kedinginan.
“Toolongg.. tolongggg.’’
Artikel Terkait: Manfaat Membacakan Cerita Dongeng untuk Stimulasi Si Buah Hati
Hingga menjelang sore tidak ada seekor binatang yang mendengar teriakannya.
“Aduh gawat! Aku benar-benar akan mati kaku di tempat in,’’ Kancil mulai membayangkan akhir hidupnya ditempat ini.
Lalu Kancil berteriak dengan keras:
“Wahai langit dan bumi! Dan seluruh binatang yang berasa di hutan. Aku bersumpah tidak akan menipu untuk kepentinganku dan keselamatanku sendiri, kecuali……“
Ketika Kancil mengucapkan kata kecuali, Kancil sengaja mengecilkan suaranya sehingga hampir tidak terdengar lagi. Tak di sangka ternyata Gajah tiba-tiba muncul di tepi kolam.
Ternyata Gajah tidak benar-benar meninggalkan Kancil sendirian dan sengaja menyembunyikan dirinya. Ia penasaran mendengar ucapan kancil yang terakhir.
“Kecuali apa?’’ tanya Gajah penasaran.
Kancil terkejut mendengar suara Gajah.
“Pak Gajah? Kau kembali lagi?”
“Jawab pertanyaanku Cil. Kecuali apa?’’
“Hmm. Kecuali terpaksa untuk menyelamatkan diri. Karena aku hewan kecil yang serimg terancam oleh Harimau, Singa, Srigala, dan binatang lainnya yang jahat.’’
“Oh begitu..?’’ sahut Pak Gajah.
“Sekarang apakah kamu sudah sadar? Dan akan berjanji tidak akan menipu, jahil, iseng dan perbuatan yang merugikan binatang lain?’’
“Benar Pak Gajah’’
“Betul?“
“Betul Pak Gajah, saya benar-benar berjanji.’’
“Baiklah sekarang aku akan menolonhmu Cil.’’ Kata Gajah.
Artikel Terkait: Manfaat Dongeng yang Tak Terbantahkan
Gajah menjulurkan belalainya yang sangat panjang untuk menangkap Kancil dan mengangkatnya ke atas. Begitu sampai di atas Kancil berkata.
“Terima kasih Pak Gajah! Saya tidak akan pernah melupakan kebaikanmu ini.’’
Sejak itu Kancil menjadi binatang yang sangat baik. Ia tidak lagi berbuat iseng seperti yang pernah ia lakukan pada beruang dan binatang-binatang yang lainya.
Dari cerita fabel “Gajah Yang Baik Hati” tersebut Parents bisa menyampaikan pesan moral yang terkandung di dalamnya kepada anak. Ajarkan anak untuk tidak membalas perbuatan baik orang lain dengan kejahatan.
2. Kisah Kera dan Ayam
Gambar: Freepik
“Kukuruyuuukkkkkk….” suara ayam memecah keheningan pagi. Kera menguap lebar, “Hoammhmmm… saatnya untuk mencari makan,” katanya dalam hati. Ia keluar dari rumah untuk mencari makan.
“Selamat pagi Kera, jangan lupa pesananku,” sapa Ayam.
“Jangan khawatir, jagung muda, kan? Tenang saja, nanti pasti akan kubawakan,” jawab kera.
Kera dan Ayam sudah lama bersahabat. Mereka saling membantu. Ayam membangunkan Kera setiap pagi, sedangkan kera memberikan makanan kesukaan sahabatnya itu, yaitu jagung muda.
Akan tetapi, suatu hari persahabatan itu hancur berantakan karena Kera berniat buruk pada Ayam. Ceritanya seperti ini.
Suatu hari, Kera dan Ayam berencana untuk berjalan-jalan ke hutan. Mereka mendapat informasi kalau di hutan itu terdapat banyak pohon buah-buahan yang lezat.
Mereka memulai perjalanan sejak pagi, tapi tak sebatang pohon buah pun yang mereka temui. Yang ada hanyalah pohon-pohon yang tinggi dan berdaun lebat.
“Mungkin kita harus berjalan Iebih jauh lagi,” kata Kera.
Ayam hanya mengangguk setuju. Semakin lama suasana hutan semakin gelap, sinar Matahari tak mampu menembus rimbunnya pepohonan.
Ayam mulai ketakutan, “Kera, kita tersesat? Bagaimana kalau kita pulang saja?” katanya.
Kera juga kebingungan, “Mana jalan keluarnya. Mungkin ke arah sana,” sahut si Kera.
Mereka sibuk mencari jalan keluar, tapi semakin lama mereka berjalan semakin jauh mereka masuk kedalam hutan.
Artikel Terkait: Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini Lewat Kegiatan Membaca Dongeng
Mereka sudah sangat lelah dan lapar. Ayam berusaha mematuk-matuk cacing dari dalam tanah.
“Hmm, dia enak saja bisa makan cacing. Perutku lapar sekali, apa yang bisa kumakan ya?” pikir Kera sambil memandang berkeliling.
Saat melamun terbersit niat jahat dalam hati si Kera. “Mengapa repot-repot? Bukankah ayam yang gemuk adalah santapan yang lezat?”
Kera lupa, Ayam adalah sahabatnya sendiri. Kera tega berniat jahat pada si Ayam. Tiba-tiba kera menerkam Ayam saat ia asyik mematuk-matuk tanah.
“Aduh… kau ini kenapa?” teriak Ayam meronta-ronta.
Kera mendekapnya sambil mencabuti bulu-bulunya.
Ayam langsung sadar, “Kera, kau mau memakanku ya?” teriaknya. Dengan sekuat tenaga, Ayam mencoba melepaskan diri. Kemudian ia lari sekencang-kencangnya keluar dari hutan.
Untunglah Ayam berhasil menemukan jalan keluar dari hutan itu. Ia berlari hingga tiba di rumah Kepiting, sahabatnya yang lain. Ia menggedor-gedor pintu rumah Kepiting. Napasnya masih terengah-engah ketika Kepiting membuka pintu.
“Ada apa Ayam? Kenapa kau lari seperti di kejar setan? Dan mengapa bulu-bulumu rontok?” tanya kepiting beruntun.
“Ke… Ke… Kera… ia hendak mencelakaiku. Tadi kami sedang berjaian- jalan ke hutan, lalu kami tersesat. Tiba-tiba saja ia menerkam dan mencabuti bulu-buluku. Ia ingin memakanku! Keterlaluan sekali, bukankah aku ini sahabatnya?” cerita Ayam pada Kepiting.
Kepiting benar-benar geram mendengar cerita Ayam, ia tak rela sahabatnya diperlakukan seperti itu.
“Kita tak bisa begitu saja membiarkan kejahatannya. Jika kali ini kau berhasil lolos, belum tentu kau bisa lolos lagi di lain waktu. Kita harus mencari cara untuk mencegahnya,” kata Kepiting.
Artikel Terkait: Dongeng sebelum tidur: Kisah Putri Mawar dan Burung Emas
Beberapa hari kemudian, Ayam pergi menemui Kera. Kera menyambut Ayam seperti biasa, seolah-olah peristiwa yang lalu tidak pernah terjadi.
“Hai Ayam, sudah lama kita tidak berjalan-jalan ya?” katanya riang.
“Justru itu, aku kemari untuk mengajakmu berjalan-jalan ke pulau seberang. Aku dengar, pulau itu memiliki buah-buahan yang lezat. Rencananya Kepiting juga akan kuajak,” jawab Ayam.
“Wah, sepertinya menarik. Ayo kita segera berangkat,” sahut Kera bersemangat.
Mereka bertiga naik ke perahu tanah liat yang sudah dipersiapkan oleh Kepiting dan Ayam. Perahu berlayar meninggalkan daratan.
Kera sudah membayangkan nikmatnya buah-buahan di pulau itu. Sementara Kera melamun, Ayam dan Kepiting berbalas pantun.
Ayam berkokok, “Aku lubangi kok…,” dan Kepiting menjawab, “Tunggu sampai dalam sekali.”
Setelah Kepiting menjawab, Ayam mematuk-matuk dasar perahu. Mereka berdua melakukannya terus menerus, perlahan-lahan perahu itu bocor.
Air mulai masuk, tak berapa lama perahu itu pun tenggelam. Si Kepiting meloncat dan langsung menyelam ke dasar laut, sedangkan Ayam terbang kembali ke daratan.
Tinggal si Kera sendirian, ia berteriak-teriak minta tolong, tetapi tak ada yang mau menolongnya. Akhirnya Kera tenggelam karena ia tak bisa berenang.
Pesan moral untuk anak dari cerita fabel “Kisah Kera dan Ayam” adalah kita harus menyayangi sahabat yang kita punya. Kita tidak boleh menghancurkan persahabatan hanya karena sifat mementingkan diri sendiri.
3. Tupai yang Sombong
Gambar: Freepik
Di hutan, Tupai adalah binatang yang sangat terkenal karena kesombongannya. Ia selalu memamerkan ketangkasannya pada saat meloncat. Setiap ia bertemu dengan binatang lainnya, ia selalu mengejek mereka.
“Hei kalian, aku sungguh sangat kasihan melihat kalian berjalan-jalan dalam cuaca seperti ini,’’ ujar Tupai tertawa.
Pada suatu hari, Kura-kura dan Kancil sedang asik bermain menangkap bola. Karena Kancil sangat bersemangat, bola yang ia lemparkan tersangkut hingga dedaunan pohon tepat di samping mereka. Namun, mereka berdua kebingungan bagaimana mengambil bola tersebut.
“Hahaha, kasihan sekali kalian!’’ ujar Tupai
Tiba-tiba Tupai keluar dari balik pohon dan meloncat dengan sangat gembira di antara satu pohon ke pohon yang lainnya. Ia pun mengambil bola yang tersangkut pada dedaunan tersebut.
“Tupai, cepat lemparkan bola kami,’’ seru Kura-kura.
“Hahaha, tidak! Makannya, kalian jangan menjadi binatang yang hanya bisa berjalan dan belajarlah untuk naik ke atas pohon dan melompat ke sana kemari sepertiku!’’ ujar Tupai dengan sombong.
Kancil dan Kura-kura hanya menatap Tupai yang sedang meloncat kesana kemari. Tupai melemparkan bola tersebut ke arah pohon yang berada di depannya.
Sehingga, bola tersebut memantul kembali ke arahnya. Selain itu, Tupai pun dapat menangkapnya kembali. Berulang-ulang kali ia melakukan hal yang sama beberapa kali pada bola tersebut.
“Sudahlah Kura-kura, sebaiknya kita berdua pulang saja. Biarkan dia bermain dan bersenang- senang sendirian dengan bola tersebut,’’ ujar Kancil.
Akhirnya, Kura-kura pun setuju dengan ajakkan Kancil.
“Baiklah Tupai, sepertnya kau menyukai bola kami. Sekarang kau boleh memilikinya. Kami akan pulang, kami sudah lelah bermain sepanjang hari,’’ seru Kancil.
Sementara Tupai terkejut mendengar teriakkan Kancil dan kehilangan konsentrasinya hilang. Sehingga ia tergelincir batang pohon sampai terjatuh, sangat disayangkan ia terjatuh ke dalam kubangan lumpur sisa hujan semalam.
“Byyyyur!’’
Artikel Terkait: Dongeng Sebelum Tidur, Kumpulan Cerita Sarat Nilai Moral Untuk Anak
Akhirnya, Tupai terjatuh kedalam kubangan dan bola yang di pegangnya di ambil oleh Kura-kura dan Kancil. Sementara, Kura-kura dan Kancil tidak bisa menahan dirinya untuk tertawa melihat tubuh Tupai di penuhi dengan lumpur.
“Hahaa, kasihan sekali kau Tupai. Kami tertawa karena melihat tingkahmu. Kau terlalu menyombongkan diri karena memiliki kemampuan meloncat tapi sekarang, kau jatuh juga,” Ujar Kancil menertawakan.
“Itulah Cil akibatnya untuk orang yang selalu menyombongkan dirinya. Tupai pasti akan malu karena sudah mengalami kejadian ini,’’ tambah Kura-kura.
Mendengar ejekkan dari Kancil dan Kura-kura, Tupai merasa sangat kesal. Namun, apa yang mereka katakan memang benar. Ia pun berjanji tidak akan bertingkah sombong lagi.
Akhirnya, Tupai kembali pulang kerumah dengan menahan rasa malunya. Ia tidak lagi menyombongkan dirinya. Bahkan, ia malu untuk keluar dari rumahnya. Ia menyadari bahwa, kesombongannya tersebut sudah merugikan dirinya sendiri dan membuat ia tidak di senangi binatang-binatang lainnya.
Pesan moral yang bsia Parents ajarkan kepada anak dari cerita fabel “Tupai yang Sombong”, yaitu jangan pernah menyombongkan dan berbangga diri dengan apapun kelebihan yang kita miliki. Sebab, setiap orang memiliki kelebihan dan kelemahan yang menyertainya.
4. Gajah dan Semut
Sumber: Cerita Rakyat Nusantara
Mengisahkan sekawanan gajah yang pergi ke hutan untuk mencari makan. Sayangnya, kawanan gajah ini dianggap mengganggu sekelompok semut yang tinggal. Rumah semut hancur karena terinjak gajah yang mencari makan.
“Pergilah dari sini, gajah! Ini daerah tempat kami tinggal,” ujar salah satu semut. Mendengar ucapan itu, gajah hanya tertawa. Ia tak peduli dan menganggap semut adalah binatang kecil yang tidak berbahaya.
Kesal, semut pun menyusun rencana untuk mengusir gajah. Gajah menolak dan akhirnya membuat kawanan semut meradang. Kawanan semut pun menyerang kawanan gajah. Mereka menggigit kulit dan masuk ke dalam telinga gajah hingga para gajah kesakitan. Gajah akhirnya pergi meninggalkan kawasan hutan.
Pesan moral: Tidak boleh meremehkan orang lain dalam kehidupan. Hanya karena bertubuh kecil, bukan berarti semut adalah hewan yang tidak memiliki kelebihan.
Artikel terkait: 3 Contoh Dongeng untuk Bayi, Kisahnya Simpel dan Penuh Makna
5. Cerita Fabel Anak Menarik: Kancil dan Buaya
Alkisah, ada seekor kancil yang kelaparan bertemu buaya di tepi sungai. Si kancil berteriak sehingga mengganggu buaya yang sedang tidur.
“Hai kancil, diam kau! Kalau tidak, aku makan nanti kamu,” kata salah satu buaya.
Kancil pun berucap bahwa ia datang untuk menyampaikan pesan dari raja hutan. Ia menyebut, raja hutan bermaksud memberikan hadiah. Lantas, kancil meminta buaya di sungai untuk berkumpul.
Ia mulai menghitung buaya di sungai lalu kabur. Berkat kecerdikannya, kancil akhirnya lolos dari kawanan buaya lapar dan pergi mencari makanan.
Pesan moral: Setiap orang memiliki akal, namun bukan berarti boleh disalahgunakan untuk berbohong dan merugikan orang lain
6. Bebek Buruk Rupa
Ada tokoh manusia dalam cerita fabel ini. Dikisahkan, ada seorang petani dengan seekor bebek. Bebek ini bertelur sebanyak sepuluh buah dan semuanya menetas. Sayangnya, dari sepuluh anak ada satu yang wajahnya berbeda dari induknya. Tubuhnya lebih besar, pun berwarna abu-abu sehingga menakutkan.
Bebek ini akhirnya harus merasakan kepahitan karena selalu diolok bebek lainnya. Karena sedih, bebek ini meninggalkan peternakan. Ia berlari ke sungai dan bertemu angsa putih yang cantik dan anggun.
Bebek berusaha tidak menghiraukan angsa itu karena terlalu sedih diejek bebek lain. Saat berlari menyeberangi sungai, tanpa sengaja ia melihat bayangannya sendiri di air sungai. Betapa terkejutnya si bebek karena wajahnya berubah menjadi angsa yang cantik.
Pesan moral: Penampilan bukan segalanya, kita harus selalu percaya diri dan saling menghargai sesama dengan perbedaan yang ada
Artikel terkait: Rekomendasi 5 Dongeng untuk Bayi dalam Kandungan yang Bisa Bunda Bacakan
7. Semut dan Belalang, Cerita Fabel Anak Penuh Pesan Positif
Sumber: Cerita Rakyat Nusantara
Adalah kisah belalang yang sangat malas. Ia hanya bersantai dan tidak melakukan apapun. Ketika sedang bersantai, lewatlah semut sedang membawa biji jagung ke sarangnya. Belalang meminta semut bergabung untuk bersenang-senang.
Tidak terpengaruh, semut mengatakan ia sedang bersiap mencari makanan sebagai cadangan musim dingin. Terlebih musim dingin membuat makanan sulit dicari. Santai, belalang mencemooh kerepotan sang semut.
Benar saja, musim dingin tiba dan belalang tidak memiliki makanan untuk bertahan hidup. Berkebalikan dengan semut, kawanan semut sedang bersantai menikmati jagung di rumahnya yang hangat.
Pesan moral: Dengan bekerja keras maka akan membuahkan hasil yang maksimal
8. Kelinci dan Kura-kura
Suatu hari, ada kelinci yang sangat sombong. Kepada hewan lain, ia selalu menyombongkan diri karena kemampuannya berlari dengan cepat. Bertemulah ia dengan seekor kura-kura yang berjalan begitu lambat.
Seperti biasa, kelinci dengan pongah mengolok si kura-kura. Dengan santainya, kura-kura tidak peduli dengan ejekan si kelinci.
“Setiap hewan bergerak dengan langkahnya sendiri. Saya mungkin lambat, tetapi saya bisa pergi kemana saja yang saya mau. Saya bahkan bisa mencapai tujuan lebih cepat daripada kamu,” kata si kura-kura. Kelinci tidak percaya begitu saja.
Untuk membuktikan, kelinci menantang kura-kura lomba lari. Keduanya pun bersepakat. Hasilnya sudah bisa ditebak, kelinci berlari sangat kencang dan meninggalkan kura-kura jauh di belakang. Begitu yakinnya ia bisa menang, kelinci berhenti dan beristirahat sejenak.
Siapa sangka, kelinci terlalu asyik dan tertidur lelap. Ia tak menyadari bahwa kura-kura berhasil mendahuluinya. Saat terbangun, kelinci terkejut karena kura-kura sudah mencapai garis finish. Kelinci menghela napas, sementara kura-kura tersenyum ke arahnya.
Pesan moral: Cerita fabel anak yang ini menyimpan pesan luhur, yakni agar anak tidak meremehkan orang lain, tidak sombong dan tetap rendah hati
Artikel terkait: Mengisahkan Orangtua dan Anak, Ini 2 Contoh Dongeng Populer untuk Buah Hati
9. Singa dan Tikus
Sumber: Cerita Rakyat Nusantara
Siapa yang tak kenal singa, si raja hutan yang menakutkan. Tak ada seekor pun hewan di hutan yang berani mendekatinya. Tanpa disangka, ada seekor tikus yang penasaran. Hewan pengerat itu diam-diam melihat sarang singa.
Dengan sigap, singa menangkap tikus. Tikus ketakutan dan meminta maaf. Singa akhirnya melepaskan si tikus. Tikus pun berjanji untuk membalas kebaikan si raja singa. Benar saja, suatu hari si singa tertangkap jaring pemburu di hutan.
Ia sangat tidak berdaya dan meraung meminta pertolongan. Tikus yang mendengar berlari dan menyelamatkan singa. Ia menggigit tali jaring hingga singa bebas dari jerat. Singa sangat terkejut dan berterima kasih dengan tikus. Sejak itulah keduanya bersahabat.
Pesan moral: Tolong menolong akan mendapatkan karma baik, apapun bentuknya
10. Kancil Pencuri
Di suatu hari, hutan sedang dilanda musim kemarau yang panjang sehingga membuat seluruh makanan habis. Kancil pun bingung dan terpaksa keluar dari hutan untuk mencari makanan.
Belum lama keluar dari hutan, kancil yang cerdik menemukan ladang mentimun yang besar. Saat itulah terbersit keinginan untuk melahap semua mentimun yang ada. Ide untuk mencuri pun muncul.
Diam-diam si kancil memakan mentimun yang ada tanpa sepengetahuan Pak Tani. Merasa tidak ketahuan, kancil terbiasa melahap mentimun di hari berikutnya. Hingga akhirnya, kenakalan kancil diketahui Pak Tani.
Pak Tani menyusun rencana jebakan untuk kancil. Yaitu dengan membuat orang-orangan sawah dari kayu dan batok kelapa. Tujuannya jelas, agar si kancil tak lagi mencuri. Keesokan harinya, kancil yang hendak mencuri lagi ketakutan dengan ‘orang’ yang menjaga ladang Pak Tani. Ia pun berlari pulang tanpa membawa sebuah timun pun.
Pesan moral: Jangan meniru sifat kancil karena mencuri adalah hal yang buruk serta tidak disukai banyak orang
11. Kuda Berkulit Harimau
Seekor kuda sedang berjalan dari ladang gandum menuju hutan yang lebat. Ia puas memakan gandum yang ada di ladang dan sangat gembira karena tidak ada petani gandum yang menjaga ladangnya.
Tengah menuju hutan, kuda melihat sesuatu, “Itu seperti kulit Harimau,” gumam Kuda.
Kuda itu lalu mendekatinya dan ternyata memang benar apa yang dilihatnya adalah kulit Harimau yang tak sengaja ditinggalkan oleh para pemburu.
Kuda itu mencoba memakai kulit Harimau itu, “Wah, kebetulan sekali, kulit Harimau ini sangat pas di tubuhku. Apa yang akan kulakukan dengannya, ya?”
Timbullah niat iseng si Kuda untuk menakuti binatang-binatang hutan yang melewati dirinya.
“Aku harus segera bersembunyi. Tempat itu harus gelap dan sering dilalui oleh binatang hutan. Di mana ya?” tanya Kuda dalam hati sambil mencari tempat yang cocok.
Akhirnya, dia menemukan semak-semak yang cukup gelap untuk bersembunyi, lalu masuk ke dalamnya dengan menggunakan kulit Harimau. Tak lama kemudian, beberapa Domba gunung berjalan ke arahnya. Kuda itu menggumam bahwa Domba-domba itu cocok dijadikan sasaran empuk kejahilannya.
Ketika Domba-domba itu melewatinya, Kuda itu meloncat ke arah mereka yang membuat Domba-domba itu kalang-kabut melarikan diri. Mereka takut dengan kulit Harimau yang dikenakan Kuda itu. “Tolong, ada Harimau! Lari, cepat lari!” teriak salah satu Domba. Kuda itu tertawa terbahak-bahak melihat kawanan domba lari pontang-panting.
Setelah itu, Kuda segera kembali bersembunyi di dalam semak-semak. Dia menunggu hewan lain datang melewati semak-semak itu. “Ah, ada Tapir menuju kemari, tapi lambat betul geraknya. Biarlah, aku jadi bisa lebih lama bersiap-siap melompat!” kata Kuda itu dalam hati.
Tibalah saat Kuda itu meloncat ke arah Tapir itu, ia terkejut dan lari tunggang-langgang menjauhi Kuda yang memakai kulit Harimau itu. Kuda itu kembali ke semak-semak sambil bersorak penuh kemenangan.
Lalu, seekor Kucing Hutan berlari sambil membawa seekor Tikus di mulutnya. Kucing itu tidak melewati semak-semak, Kucing Hutan itu duduk menyantap Tikus yang ia tangkap di dekat pohon besar.
“Ah, ternyata Kucing itu tidak melewati semak-semak ini. Biarlah aku membuatnya kaget di sana,” kata Kuda itu dalam hati. Kuda itu pun keluar dari semak-semak dan berjalan hati-hati mendekati Kucing Hutan. Saat jaraknya sudah sangat dekat dengan Kucing Hutan, Kuda itu mengaum seperti halnya seekor Harimau, tetapi dia tidak sadar bahwa bukannya mengaum, dia malah meringkik.
Mendengar suara itu, Kucing Hutan menoleh ke belakang dan melihat seekor Kuda berkulit Harimau. Sesaat, Kucing Hutan itu siap-siap mengambil langkah seribu, tetapi ia malah tertawa terbahak-bahak sembari berkata,
“Saat aku melihatmu memakai kulit Harimau itu, aku pasti akan lari ketakutan, tapi rupanya suaramu itu ringkikan Kuda, jadi aku tidak takut, hahaha!” Kucing Hutan itu juga berkata kepada Kuda bahwa sampai kapan pun, suara ringkiknya tidak akan bisa berubah jadi auman.
Pesan Moral: Sepandai-pandainya orang berpura-pura, maka akan terbongkar juga. Kejujuran merupakan sikap yang utama.
Contoh Cerita Fabel Singkat untuk Anak
12. Rubah dan Burung Merak
Di tengah hutan yang rimbun, seekor rubah melihat burung merak dengan bulu yang berwarna-warni. Rubah berpikir, “Betapa indahnya burung itu, tapi pasti dia sombong.” Rubah mendekati merak dan memuji keindahannya.
Merak pun merasa bangga dan berkata, “Tentu saja aku yang terindah di hutan ini, dan tidak ada yang bisa menyaingiku!” Mendengar kesombongan itu, rubah tersenyum licik. Ia berkata, “Kalau begitu, ayo kita berlomba menari di padang rumput. Semua hewan akan menonton.”
Ketika merak mulai menari dengan angkuh, rubah dengan cerdik menggonggong keras, membuat merak panik dan terbang terburu-buru ke pohon. Rubah berbisik, “Kesombonganmu membuatmu kehilangan kesempatan bersenang-senang.” Merak menyesal telah merendahkan hewan lain.
13. Kura-Kura dan Ular
Di tepi sungai, seekor kura-kura bersahabat dengan ular yang sangat gesit. Kura-kura selalu mengagumi kecepatan ular, sementara ular iri pada ketenangan kura-kura. Suatu hari, mereka bertengkar siapa yang lebih kuat.
Ular berkata, “Aku bisa menangkap mangsa dalam sekejap!” Kura-kura menjawab dengan tenang, “Tapi aku punya cangkang yang melindungiku dari bahaya.” Mereka pun menguji kekuatan masing-masing dengan mencoba melintasi hutan penuh semak duri.
Ular melesat cepat, tetapi duri melukai kulitnya. Sementara itu, kura-kura berjalan perlahan tanpa terluka. Ular belajar bahwa kecepatan saja tidak cukup; terkadang, perlindungan dan kesabaran lebih penting.
14. Burung Pipit dan Serigala
Seekor burung pipit kecil hidup di hutan bersama serigala yang pemarah. Serigala sering mengejek burung pipit yang kecil dan lemah. Suatu hari, burung pipit menemukan sisa daging yang cukup besar di dekat sarang serigala.
Dengan cepat, burung pipit mencuri sepotong kecil dan terbang ke atas pohon. Serigala yang melihat itu marah besar dan mencoba mengejar, tetapi burung pipit sudah terbang tinggi. Serigala menggonggong keras dan kelelahan.
Burung pipit berkata dari atas, “Kekuatan bukan hanya soal ukuran, tetapi juga tentang kecerdikan.” Serigala akhirnya sadar bahwa ia harus lebih menghargai makhluk lain, meskipun mereka kecil.
15. Tikus dan Gajah
Di tengah padang, seekor tikus kecil bersahabat dengan seekor gajah yang besar. Meski sering diejek, tikus percaya pada persahabatannya. Suatu hari, gajah terjebak dalam jebakan yang dipasang pemburu.
Gajah berteriak minta tolong, tetapi hewan-hewan lain takut mendekat. Tikus kecil itu datang dan menggigit tali jebakan hingga putus. Dengan usaha keras, gajah akhirnya bebas.
Gajah menunduk dan berkata, “Hari ini, aku belajar bahwa kekuatan sejati tidak diukur dari ukuran tubuh, melainkan dari kesetiaan dan keberanian.” Sejak itu, persahabatan mereka makin erat.
16. Kambing dan Serigala
Di sebuah bukit, seekor kambing sedang merumput dengan tenang. Tiba-tiba, seekor serigala lapar datang mendekat dan mencoba menakutinya. “Aku akan memakanmu!” ancam serigala.
Kambing, meskipun takut, dengan cepat berpikir dan berkata, “Sebelum kamu memakanku, biarkan aku menari dan bernyanyi agar makan malammu lebih menyenangkan.” Serigala yang sombong setuju, berpikir ini akan jadi hiburan.
Saat kambing menari di tepi bukit, ia melompat ke batu yang tinggi dan aman dari jangkauan serigala. Serigala merasa tertipu dan lapar. “Pintar sekali kamu,” geramnya, sementara kambing tersenyum penuh kemenangan.
17. Anjing dan Bayangannya
Seekor anjing berjalan di tepi sungai dengan sepotong tulang besar di mulutnya. Ketika ia melihat bayangannya sendiri di air, ia berpikir itu adalah anjing lain dengan tulang yang lebih besar.
Anjing itu menggonggong keras untuk menakuti “anjing” di air, tetapi tulangnya jatuh ke sungai dan hanyut. Anjing itu mencoba menangkapnya, tetapi terlambat. Ia hanya bisa menyesali kelicikannya yang berujung sia-sia.
Sejak saat itu, anjing belajar untuk tidak serakah dan menghargai apa yang ia miliki.
18. Bebek dan Ular Air
Di sebuah danau, bebek sering melihat ular air yang licin berenang dengan cepat. Bebek iri dan berkata, “Aku ingin berenang secepatmu!” Ular menjawab, “Kamu bisa mencoba, tapi kamu akan kehilangan keahlianmu sendiri.”
Bebek tidak peduli dan mencoba berenang seperti ular, tetapi justru tenggelam dan kelelahan. Ular dengan tenang menolong bebek dan berkata, “Setiap makhluk memiliki kelebihan masing-masing.”
Bebek pun sadar bahwa menjadi dirinya sendiri lebih baik daripada mencoba menjadi orang lain. Ia kembali berenang dengan gayanya sendiri, bahagia dan puas.
19. Sapi dan Burung Gagak
Seekor sapi yang pemurah sering membiarkan burung gagak hinggap di punggungnya. Namun, burung gagak selalu mencuri sisa makanannya. Suatu hari, sapi menegur burung gagak, “Mengapa kamu tidak jujur dan meminta makanan?”
Gagak menjawab, “Aku takut kamu menolak.” Sapi tersenyum, “Jika kamu bertanya dengan baik, aku pasti berbagi.” Gagak pun merasa malu dan menyesal atas kelakuannya.
Mulai hari itu, burung gagak meminta izin dengan sopan, dan sapi selalu berbagi dengan senang hati. Kejujuran membawa mereka pada persahabatan yang lebih baik.
20. Elang dan Anak Ayam
Elang yang gagah sering terbang tinggi dan memandang rendah anak ayam yang takut terbang. “Kenapa kamu tidak mencoba mengepakkan sayapmu?” tanya elang. Anak ayam menjawab, “Aku takut jatuh.”
Elang mendekati anak ayam dan mengajarinya cara mengepakkan sayap dengan hati-hati. Perlahan-lahan, anak ayam mulai berani terbang rendah di ladang. Elang terkejut melihat keberanian baru anak ayam itu.
“Kamu mengajarkanku bahwa keberanian tumbuh dengan latihan,” kata anak ayam. Elang tersenyum dan bangga, menyadari bahwa membantu adalah tanda kekuatan sejati.
21. Babi Hutan dan Burung Kecil
Seekor babi hutan yang tangguh sering mendengar kicauan burung kecil di atas pohon. Babi berpikir, “Kicauanmu mengganggu ketenanganku.” Suatu hari, angin kencang datang, menumbangkan pohon kecil tempat burung itu tinggal.
Babi hutan melihat burung kecil gemetar kedinginan dan berkata, “Mari, berlindunglah di dalam liangku.” Burung kecil dengan rasa terima kasih masuk ke dalam liang yang hangat. Babi pun merasa senang telah menolong.
Keesokan paginya, burung kecil berkicau dengan nada riang yang menghibur babi hutan.
“Ternyata, kicauanmu membuat hariku lebih cerah,” ujar babi.
Mereka pun menjadi teman sejati.
Artikel Terkait: 10 Contoh Dongeng untuk Bayi, Kisahnya Simpel dan Penuh Makna!
Itulah cerita fabel yang bisa Parents ceritakan untuk sang buah hati menjelang tidurnya. Mana nih cerita fabel anak yang paling berkesan dan ingin Parents ceritakan pada buah hati kesayangan?
Baca Juga:
Dongeng Kancil dan Siput, Mengajarkan Anak Agar Tidak Sombong
7 Rekomendasi Podcast Dongeng yang Cocok Jadi Media Hiburan Anak
Dongeng Lutung Kasarung, Punya Pesan Baik untuk Diajarkan kepada Anak
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.