Cerita fabel pengantar tidur cocok dibacakan untuk si kecil, nih, Bun. Tidak hanya menghibur, cerita di dalamnya juga dapat membuat anak memahami nilai-nilai moral yang ada. Simak dua cerita fabel pengantar tidur anak di bawah ini, yuk!
Cerita Fabel Pengantar Tidur Anak
Kisah Tupai dan Burung Nuri
Gambar: Freepik
Sore dengan sinar mentari terbenam memberikan cahaya yang menguning tanda malam menjelang datang. Itu adalah akhir dari musim hujan menjelang musim kemarau.
Keluarga tupai terlihat sibuk berlalu lalang memindahkan makanan berupa biji-bijian yang telah dikumpulkan oleh mereka selama musim hujan ke dalam sarang yang juga telah mereka buat.
Ketika para tupai sedang sibuk memindahkan biji-bijian tersebut, datanglah seekor burung nuri dengan tampilan yang sangat cantik, berwarna merah, serta melantunkan lagu-lagu yang merdu. Namun, burung nuri itu terlihat sangat kelelahan dan merasa sangat lapar.
Keluarga tupai pun terheran-heran dengan keadaan burung nuri tersebut, tetapi mereka mengabaikannya karena mereka masih sibuk mengurusi makanan yang dibawa ke sarangnya.
Burung nuri itu melihat dengan seksama apa yang dilakukan oleh keluarga tupai. Lalu, burung nuri mulai mendekati salah satu dari mereka dan bertanya, “Apa yang sedang kalian lakukan?”
Gambar: Freepik
Salah satu tupai itu menjawab, “Apa kau tidak melihat, kami sedang sibuk mengumpulkan makanan untuk menghadapi musim kemarau yang sebentar lagi akan tiba!”
Burung nuri itu kaget, karena saat ini dia sama sekali tidak memiliki apa-apa untuk menghadapi musim kemarau nanti. Sedangkan musim kemarau adalah musim sulitnya mendapatkan makanan.
Saat itu burung nuri merasa sangat lapar. Ia kemudian meminta keluarga tupai untuk membagi makanan dengannya. Namun, permintaan burung nuri itu membuat keluarga tupai gusar.
“Bolehkah kau membagi makan denganku?” pinta burung nuri.
“Apa?!”, tanya tupai kepada burung nuri, dengan nada marah, “Kenapa kamu meminta kami untuk berbagi makanan dengan kamu, lalu selama musim hujan ini apa yang kau lakukan?” tanya tupai kepada burung nuri.
“Ah, selama ini aku sama sekali tidak berpikir untuk mengumpulkan makanan seperti kalian,” jawab burung nuri.
“Aku sibuk sekali dengan berlatih bernyanyi, dan ternyata musim hujan akan segera berganti dengan musim kemarau,” keluh burung nuri.
Para tupai merasa sangat marah dengan apa yang dilakukan oleh burung nuri itu.
Salah satu tupai melompat mendekati burung nuri, lalu berkata, “Apa, berlatih bernyanyi katamu? Kau tidak sadar dengan apa yang kau lakukan, kau membuang waktumu itu dengan hal yang sia-sia. Mengapa tak kau sempatkan sedikit waktumu untuk mengumpulkan makanan seperti kami? Baiklah sekarang kau selesai dengan latihan bernyanyimu itu, sekarang saatnya kau berlatih menari!”.
Kemudian, tupai itu meninggalkan burung nuri tersebut.
Tupai segera melanjutkan tugasnya membawa makanan ke sarang mereka. Burung nuri itu hanya terdiam meratapi kesalahannya, dia menyesal telah membuang waktunya dengan sia-sia sehingga mengakibatkan hal yang tidak baik padanya.
Di saat itu pula burung nuri dengan tergesa-gesa mencari makanan untuk dia kumpulkan, tetapi dia terlambat karena hari sudah menjelang malam. Walaupun burung nuri itu mengumpulkan makanan, ternyata itu tidak cukup untuk menghadapi musim kemarau.
Dari cerita fabel “Tupai dan Burung Nuri” kita mendapatkan pelajaran agar mempergunakan waktu yang kita miliki sebaik mungkin untuk hal-hal yang bermanfaat. Jangan hanya karena ingin dipuji, kita lantas melakukan hal-hal yang tidak berguna yang dapat merugikan kita sendiri.
Cerita Fabel Pengantar Tidur Anak: Lomba Terbang Burung
Gambar: Freepik
Pada suatu hari, burung-burung berkumpul dan memutuskan mereka harus memiliki raja. Singa adalah raja hewan yang berjalan di tanah, tetapi burung ingin punya raja sendiri. Kemudian, burung pergi menemui singa dan memintanya memanggil semua burung untuk mengadakan sebuah pertemuan.
Wakil semua burung berkumpul dan memutuskan siapa yang akan menjadi raja. Singa menanyakan para burung bagaimana cara burung memilih siapa yang akan menjadi raja. Para burung berpikir dan berpikir, tetapi mereka tidak menemukan cara yang tepat.
Pada saat itu, Elang ingin mengusulkan bahwa raja burung harus memiliki kemampuan terbang tinggi. Elang sadar bahwa dialah burung yang dapat terbang tinggi. Namun, ia tidak mau jika burung lain berpikir bahwa dia sendiri yang ingin menjadi raja.
Gambar: Freepik
Kemudian, burung Beo berkata, “Seharusnya yang menjadi raja adalah saya, karena, meskipun tubuh saya kecil tetapi saya sangat cerdik.’’
Burung Bulbul berkata, “Saya mengusulkan sebuah perlombaan bernyanyi, tetapi sayalah burung yang dapat bernyanyi dengan baik. Jika bernyanyi menjadi persyaratan, sayalah yang akan menjadi raja.
Kita memerlukan sebuah cara yang adil untuk mengadakan perlombaan ini. Karena Tuhan menganugerahkan kita sayap, maka saya mengusulkan, bahwa burung yang terbang paling tinggi yang yang patut menjadi raja.’’
Mendengar usul ini, si Elang merasa sangat senang. Ia tau bahwa dirinya yang dapat terbang paling tinggi. Ia berkata, “Ya, saya juga berpikir cara itu yang paling baik.’’
Burung Beo pun berkata, “Ya, saya pikir cara ini sangat baik. Siapa pun yang terbang paling tinggi dia harus siap menjadi raja.’’
Kemudian, dengan gerak cepat dan diam-diam, burung Beo terbang ke punggung burung Elang, tetapi Elang tidak menyadarinya. Burung Beo sangat ringan, sehingga burung Elang tidak tahu jika burung Beo tersebut berada di punggungnya. Burung Elang terbang tinggi dan tinggi sampai ke langit.
Ketika semua burung mandarat, mereka berkata, “Karena burung Elang terbang paling tinggi. Maka burung Elang, lah, yang menjadi Raja kita.’’
Akan tetapi, mereka melihat burung Beo berada di atas punggung burung Elang. Mereka pun berkata, “Tidak, ternyata burung Beo terbang paling tinggi. Burung Beo, merupakan burung yang paling cerdik dan akhirnya mereka menobatkan burung Beo menjadi Raja burung.’’
Gambar: Freepik
Pesan moral yang dapat diambil dari cerita fabel “Lomba Terbang Burung” adalah bahwa kecerdikan dapat mengalahkan kekuatan.
Tidak hanya itu, dari cerita fabel yang satu ini, Parents juga bisa mengajarkan anak untuk tidak menganggap sepele orang lain yang kita anggap lemah, karena bisa jadi orang itu memiliki kelebihan yang tidak kita miliki. Jadi, kita harus bisa bersikap untuk saling menghargai sesama.
Bunda, itulah dua cerita fabel pengantar tidur yang bisa menjadi referensi untuk dibacakan kepada si kecil. Semoga terhibur, ya!
Baca Juga:
JK Rowling Rilis Cerita Anak Secara Online untuk Dibaca Gratis
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.