Tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sering dialami oleh sejumlah keluarga Indonesia. Jika Parents atau kerabat dekat mengalaminya, perlu memahami cara mengatasi KDRT.
Dengan memahami cara mengatasi KDRT, Parents bisa mencegah tindakan ini ke arah yang lebih buruk. Adapun dampak terparah dari tindakan KDRT adalah kehilangan nyawa.
Sebelum mengetahui cara mengatasi KDRT, terlebih dahulu Parents perlu mengetahui jenis-jenis KDRT, dampak, dan siklusnya.
Apa Saja Jenis KDRT?

Rayna Winata, M.Psi., Psikolog Biro Psikologi Ruang Keluarga memaparkan ada 4 jenis KDRT. Empat jenis KDRT di antaranya yaitu KDRT fisik, verbal, finansial, dan seskual.
Berikut ini penjelasan lengkapnya:
1. Fisik
Memukul, menampar, mencekik, dan lainnya yang melukai fisik korban.
2. Verbal
Menghina dengan kata-kata kasar dan membuat korban terluka secara psikologis.
3. Finansial
Mengancam agar mendapatkan uang, barang, atau membatasi akses keuangan agar keinginan terpenuhi.
Contohnya:
- “Pokoknya awas kalau enggak dibelikan barang yang aku mau.“
- “Kalau aku enggak dikasi ‘jatah’, istriku enggak aku kasi uang.“
4. Seksual

Mengancam atau memaksa pasangan untuk melakukan kegiatan seksual.
“Kamu, kok, nolak aku, sih? Jangan salahkan aku kalau besok aku enggak selera lagi sama kamu!”
Rayna Winata menambahkan, ternyata ada juga pasangan yang melakukan KDRT berkedok bercanda.
Seperti ucapan, “Hayo, kalau enggak nurut, aku pukul kamu.”
“Meski dibilang ‘hanya bercanda’, tetapi itu juga sudah merupakan KDRT. Nah, KDRT sangat dipengaruhi kepribadian dan pengalaman masa lalu,” imbuh Rayna.
KDRT Bisa Dialami Siapa Saja?

KDRT bisa dialami siapa saja termasuk istri, suami, anak, maupun orang tua.
“Suami takut istri yang sering mendapat ancaman dari istri juga bisa dikatakan mengalami KDRT. Anak yang mengalami KDRT berkemungkinan besar akan berperilaku agresif, bahkan menjadi pelaku di masa depan,” jelas Rayna Winata pada theAsianparent Indonesia.
Artikel Terkait: Apakah Anda Mengalami KDRT? Tunjukkan Isyarat Tangan Ini untuk Mendapat Pertolongan!
Apa Saja Dampak KDRT?
Sudah pasti, ada dampak yang diakibatkan dari KDRT. Secara umum, berikut ini dampak yang KDRT yang akan dirasakan oleh korban:
- Mempertanyakan keberhargaan diri. “Aku ini memang enggak cukup baik. Dia benar, aku pantas dipelakukan kasar. Kayaknya aku enggak mampu tanpa dia. Aku sabar dan bertahan saja, deh.”
- Merasa bersalah. “Dia enggak bermaksud kasar. Memang dia kasar gara-gara kesalahanku sendiri, kok.”
- Mengalami trauma, kecemasan, bahkan depresi.
- Menganggap kekerasan yang diterima sebagai hal yang wajar, menikmati kekerasan, bahkan merasa kasihan kepada pelaku.
Seperti Apa Siklus KDRT?

Siklus terjadinya KDRT terdiri dari empat tahap, yaitu tensions, incident, reconciliation, dan calm. Biasanya, siklus ini disebut juga sebagai ‘lingkaran setan’ karena korban cenderung sulit keluar dari siklus ini.
“Siklus ini berlangsung terus-menerus, sehingga korban tidak mudah keluar dari “lingkaran setan” ini apabila dia tidak mendapat dukungan dari lingkungan sekitar,” papar Rayna.
Berikut ini penjelasan soal masing-masing siklusnya:
Tensions
Komunikasi memburuk, korban takut dan merasa harus menyenangkan pelaku.
Incident
Kekerasan terjadi, pelaku menyalahkan, mengintimidasi, dan mengancam korban.
Reconciliation
Pelaku minta maaf, menyalahkan korban, menyangkal kekerasan yang dilakukannya.
Misalnya dengan kalimat: “Kamu tadi bikin aku marah sih. Maaf ya, aku nggak bermaksud menyakiti. Aku sayang kamu.”
Calm
Fase “bulan madu”, pelaku seolah-olah menyenangkan korban agar korban melupakan kekerasan.
Karena disebut siklus, maka fase-fase ini akan terus berulang sebelum benar-benar dihentikan dan diatasi.
Bagaimana Cara Mengatasi KDRT?

Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi KDRT. Pada dasarnya, cara tepat mengatasi atau menghentikan siklus KDRT adalah keinginan korban untuk keluar dari lingkup kekerasan tersebut.
Saat ingin keluar dari KDRT, korban juga memerlukan bantuan dari orang-orang sekitar. Berikut ini beberapa hal yang bisa dilakukan keluarga/kerabat untuk membantu korban KDRT:
- Mendengarkan dia untuk memahami perasaan dan situasinya. Ibarat berjalan dengan memakai sepatunya.
- Menyampaikan pandangan yang objektif tentang kekerasan, bahwa itu bisa menyakitinya terus-menerus.
- Bilang kepadanya, “Kamu berhak untuk punya pasangan yang menghargai kamu, sama sepertikamu menghargai dia.”
- Tentukan kapan akan menghubungi Komnas jika kekerasan terjadi lagi.
- Beri dia dukungan untuk menemukan solusi. Yakinkan dia agar tidak malu/ragu untuk minta bantuan ahli.
“Banyak korban KDRT takut untuk bercerita, malu kalau ternyata rumah tangganya berantakan. Wajar jika ada keraguan seperti ini. Maka itu, yang perlu kita lakukan adalah selalu dukung mereka,” papar Rayna.
Sementara itu, Rayna Winata juga menjelaskan, ketika KDRT terjadi, berikut hal-hal yang tidak boleh dilakukan:
X melakukan diagnosis: “Akhir-akhir ini mood aku jadi naik turun. Tadi nangis, sekarang pengin ketawa. Aku pasti bipolar, deh.”
X sebagai teman, saudara, atau keluarga, kita tidak bisa buru-buru minta dia keluar dari hubungan, tidak semudah itu. “Sudah, deh, kamu kabur saja dari rumah.”
“Dalam menghadapi KDRT, kita tidak disarankan untuk terburu-buru mengambil keputusan,” lanjut Rayna menjelaskan.

“Ada beberapa kebiasaan orang tua kita dahulu yang perlu kita lupakan dan hilangkan, yaitu perilaku dan perkataan yang kasar. Yuk, update ilmu baru yang relevan dengan pernikahan dan parenting masa kini,” pesan Rayna.
Demikian cara mengatasi KDRT yang bisa kita lakukan. Bagaimanapun, KDRT adalah tindak pidana yang harus kita cegah.
Jangan sampai Parents menjadi korban, apalagi pelaku KDRT, ya!
***
Baca Juga:
Gugat Cerai, Nindy Ayunda Ungkap Kasus KDRT yang Dialami
4 Hal tentang Kekerasan Verbal dalam Rumah Tangga yang Perlu Anda Ketahui
5 Fakta Vicky Zainal Alami KDRT, Dilarang Hamil Hingga Suami Selingkuh
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.