Melihat si kecil terus-menerus batuk tiada henti, terutama ketika sedang tidur, menjadi sebuah kekhawatiran tersendiri bagi orang tua. Kondisi seperti ini tentu membuat Parents penasaran akan cara mengatasi batuk pada anak saat tidur.
Sebenarnya, batuk adalah refleks sehat yang membantu membersihkan saluran udara. Namun begitu, batuk parah atau yang berlangsung lebih dari seminggu memerlukan pemeriksaan medis.
Lantas, apa saja yang sebenarnya penyebab batuk dan bagaimana cara mengatasi batuk pada anak saat tidur? Simak terus artikel berikut ini.
Artikel Terkait: Jangan sampai Salah, Ini Cara Meredakan Batuk dan Flu pada Anak yang Efektif
Jenis-Jenis Batuk pada Anak Saat Tidur
Sebagian besar batuk malam hari pada anak-anak disebabkan oleh infeksi virus ringan yang biasanya akan sembuh dengan sendirinya setelah beberapa minggu.
Akan tetapi, ada penyebab lain untuk batuk ini yang perlu dicermati, termasuk infeksi sinus, bronkitis, pneumonia, croup, batuk rejan, alergi, asma, iritasi tenggorokan yang memburuk di udara dingin yang kering atau kasus postnasal drip sederhana.
Saat balita batuk, suara yang mereka keluarkan atau gejala yang menyertainya dapat membantu mengidentifikasi penyebabnya. Melansir dari laman kesehatan Medical News Today, berikut jenis-jenis batuk beserta penyebabnya:
1. Post-nasal Drip Cough (Batuk Post-nasal Drip)
Di dalam tubuh, lendir berfungsi untuk melapisi saluran udara, menjebak, menghilangkan iritasi, dan melawan kemungkinan infeksi. Namun, ketika muncul lendir berlebih, lendir ini akan mengalir di tenggorokan seseorang. Jenis lendir inilah yang dikenal sebagai post-nasal drip.
Lendir berlebih ini adalah pemicu umum untuk batuk malam hari dan sakit tenggorokan. Namun, batuk post-nasal drip biasanya tidak akan menyebabkan batuk yang dalam atau mengi.
Cara mengatasi batuk pada anak saat tidur jenis ini adalah dengan menaikkan posisi kepala si kecil menjadi lebih tinggi. Jika balita tampak batuk lebih banyak di malam hari selama waktu-waktu tertentu dalam setahun atau setelah bermain dengan beberapa hewan, mereka mungkin memiliki alergi.
Parents bisa berkonsultasi dengan dokter anak atau ahli alergi, untuk membantu mengidentifikasi apa yang membuat mereka alergi dan bisa melakukan pengobatan terbaik.
2. Batuk Kronis
Banyak batuk disebabkan oleh virus yang akan sembuh dengan sendirinya. Batuk yang disebabkan oleh pilek karena virus dapat berlangsung berminggu-minggu, terutama jika seorang anak mengalami pilek secara berurutan.
Asma, alergi, atau infeksi kronis pada sinus atau saluran udara juga dapat menyebabkan batuk yang berkepanjangan. Jika anak Anda masih batuk setelah 3 minggu, hubungi dokter Anda.
3. Barky Cough (Croup) – Batuk Menggonggong
Batuk menggonggong biasanya disebabkan pembengkakan di saluran napas bagian atas. Biasanya batuk menggonggong berasal dari croup (krup), yaitu infeksi saluran napas atas yang menghalangi pernapasan sehingga menimbulkan suara batuk parau yang khas.
Krup umumnya terjadi pada anak-anak. Gejalanya termasuk batuk menggonggong yang khas, yang cenderung memburuk di malam hari. Gejala lain termasuk:
Kebanyakan kasus sembuh dalam waktu 3-5 hari dengan perawatan rumah. Medical News Today menulis, dokter dapat meresepkan steroid untuk kasus batuk yang tidak mereda. Pada kasus yang jarang terjadi, pasien memerlukan rawat inap. Dokter mungkin meresepkan epinefrin nebulasi ketika balita mengalami croup di tingkat sedang hingga parah.
Anak-anak yang lebih kecil memiliki saluran udara yang lebih kecil yang, jika bengkak, dapat membuat sulit bernapas. Anak-anak di bawah 3 tahun paling berisiko terkena croup karena saluran udara mereka sangat sempit.
Untuk batuk “barky” atau “croupy”, salah satu cara mengatasi batuk pada anak saat tidur bisa dengan menyalakan air panas di pancuran di kamar mandi Anda dan tutup pintunya sehingga ruangan akan mengeluarkan uap.
Kemudian, duduklah di kamar mandi bersama anak Anda selama sekitar 20 menit. Uap akan membantu anak Anda bernapas lebih mudah. Cobalah membaca buku bersama untuk menghabiskan waktu.
4. Whooping Cough – Batuk Rejan
Batuk rejan adalah jenis yang sangat berbahaya pada bayi. Batuk rejan adalah infeksi saluran pernapasan sangat menular yang sebenarnya bisa dicegah dengan vaksin.
Akan tetapi, ketika orang tanpa kekebalan batuk rejan tertular infeksi, batuk mereka dapat meningkat. Gejala berupa muntah juga sering terjadi pada anak-anak dengan kondisi tersebut.
Selain batuk yang terdengar seperti “whoop,” gejalanya termasuk pilek, hidung tersumbat, dan bersin. Gejala khas batuk rejan, juga dikenal sebagai pertusis, adalah suara rejan yang dibuat orang ketika mereka terengah-engah setelah batuk. Lantaran banyak anak menerima vaksinasi batuk rejan, gejalanya cenderung ringan atau tidak diperhatikan.
Infeksi bakteri adalah penyebab batuk rejan, sementara dokter dapat mengobatinya dengan antibiotik.
Artikel Terkait: Mencegah Batuk Rejan atau Batuk 100 Hari Pada Bayi
5. Coughing with Wheezing – Batuk Disertai Mengi
Jika anak Anda mengeluarkan suara mengi (bersiul) saat menghembuskan napas, ini bisa merupakan tanda saluran udara bagian bawah di paru-paru membengkak.
Hal ini dapat terjadi karena asma atau karena infeksi virus bronkiolitis. Mengi juga bisa terjadi jika saluran napas bagian bawah tersumbat oleh benda asing.
Seorang anak yang menunjukkan tanda batuk setelah menghirup sesuatu seperti makanan atau mainan kecil harus menemui dokter. Gejala asma lainnya pada anak-anak meliputi:
- Sesak napas
- Sesak di sekitar dada
- Dangkal, pernapasan cepat
- Gejala semakin memburuk di sekitar asap, serbuk sari, atau pemicu lain
- Sering masuk angin
Jika seorang anak menunjukkan gejala asma, Parents bisa berbicara dengan dokter sesegera mungkin, supaya mereka dapat memulai pengobatan lebih awal dan dapati menghindari komplikasi yang lebih parah seperti serangan asma.
Ketika sudah mulai terserang asma, pengobatannya melibatkan manajemen jangka panjang atau memerlukan bantuan cepat jika asma mulai kambuh.
6. Nighttime Cough – Batuk Malam Hari
Banyak batuk mulai memburuk di malam hari, Parents. Saat anak Anda pilek, lendir dari hidung dan sinus dapat mengalir ke tenggorokan dan memicu batuk saat tidur. Batuknya bisa membuat anak Anda susah tidur.
Asma juga dapat memicu batuk malam hari karena saluran udara cenderung lebih sensitif dan mudah terganggu di malam hari.
7. Daytime Cough – Batuk Siang Hari
Udara dingin atau aktivitas dapat memperburuk batuk di siang hari. Parents bisa memastikan bahwa tidak ada barang-barang yang dapat memicu batuk si kecil, seperti pengharum ruangan, hewan peliharaan, atau asap, terutama asap tembakau yang bisa membuat anak Anda batuk.
8. Batuk dengan Muntah
Anak-anak sering batuk sehingga memicu refleks muntah. Terkadang, gejala-gejala ini terjadi karena anak-anak belum mampu mengeluarkan lendir secara efektif sehingga muntah adalah cara tubuh mereka membersihkan lendir.
Seorang anak yang menderita batuk pilek atau asma dapat muntah jika banyak lendir mengalir ke perut dan menyebabkan mual. Biasanya, hal ini tidak perlu diwaspadai kecuali muntahnya tidak berhenti.
Jika balita mengalami beberapa gejala ini bersamaan dengan batuk dan muntah, bawa mereka ke ruang gawat darurat. Gejala-gejala ini termasuk:
- Laju pernapasan cepat
- Panas dingin
- Dada yang sakit
- Demam
- Kelelahan
Jika dokter mendiagnosis pneumonia, dokter biasanya akan mengobati kondisi tersebut dengan antibiotik.
9. Coughing with Fever – Batuk Disertai Demam
Seorang anak yang mengalami batuk, demam ringan, dan pilek mungkin menderita flu biasa. Saat balita terkena flu, penting untuk menjaga si kecil tetap terhidrasi.
Akan tetapi, batuk dengan demam 39°C atau lebih tinggi terkadang dapat disebabkan oleh pneumonia, terutama jika anak sedang lemah dan bernapas cepat.
Parents bisa segera menghubungi dokter jika si kecil demam tinggi. Jika kondisinya memburuk tanpa pengobatan, si kecil bisa mengalami infeksi telinga tengah.
Penting juga untuk dicatat bahwa batuk dan demam adalah dua gejala COVID-19 yang paling umum. Jika orang tua atau pengasuh yakin anak mereka mengidap COVID-19, mereka harus berbicara dengan dokter, mulai mengisolasi diri, dan meminta tes.
Cara Mengatasi Batuk pada Anak Saat Tidur
Batuk di malam hari dapat mengganggu balita dan orang tua atau pengasuhnya. Biasanya, batuk malam hari tidak perlu dikhawatirkan, dan kemungkinan besar merupakan gejala virus yang akan hilang dengan sendirinya.
Langkah-langkah berikut adalah cara mengatasi batuk pada anak saat tidur:
- Menyusui lebih sering. Lebih banyak menyusui adalah cara paling ampuh untuk mengatasi batuk. Lendir pada tenggorokan bayi akan menjadi encer ketika bayi diberikan banyak cairan.
- Memosisikan kepala bayi lebih tinggi agar si kecil dapat bernapas lebih baik dan tidak batuk.
- Meningkatkan kelembapan udara. Udara lembap dapat mengencerkan lendir yang menyebabkan bayi batuk dan dapat membuat saluran napas bayi tidak kering dan mengurangi rasa gatal di tenggorokan. Parents bisa menggunakan humidifier untuk meningkatkan kelembapan udara di kamar si kecil.
- Menggunakan minyak esensial. Parents bisa meneteskan minyak esensial pada humidifier untuk menyebarkan aromanya ke udara.
- Meneteskan larutan saline atau larutan garam steril yang dapat membantu mengeluarkan lendir pada hidung dan tenggorokan. Parents bisa meneteskan sekitar 2-3 tetes di rongga hidung si kecil.
- Memberikan madu. Madu mengandung senyawa antibakteri dan antiradang yang dapat membantu meningkatkan kekebalan tubuh si kecil. Madu bisa menjadi pereda yang cukup efektif untuk batuk malam hari, karena sifatnya yang menenangkan. Namun, jangan memberikannya kepada anak di bawah 12 bulan, karena beresiko keracunan botulisme, demikian melansir dari laman NIH.
- Memberikan makanan yang mudah ditelan. Menu seperti sup, bubur, atau yoghurt dapat menenangkan tenggorokan si kecil yang sedang batuk.
Artikel terkait: 8 Cara Bantu Redakan Batuk pada Bayi, Parents Wajib Tahu!
Kapan Harus ke Dokter?
Sebagian besar batuk pada balita membaik dalam beberapa minggu. Namun, para peneliti memperkirakan bahwa 5-10% anak-anak mengalami batuk kronis.
Melansir dari laman Kids Health, hubungi dokter jika anak Anda batuk dan mengalami gejala ini:
- Kesulitan bernapas
- Bernapas lebih cepat dari biasanya
- Memiliki warna biru atau kehitaman pada bibir, wajah, atau lidah
- Mengalami demam tinggi (terutama jika anak Anda batuk tetapi tidak memiliki pilek atau hidung tersumbat)
- Mengalami demam dan si kecil baru berusia kurang dari 3 bulan
- Mengeluarkan suara “rejan” saat menarik napas setelah batuk
- Batuk disertai darah
- Memiliki stridor (suara bising) saat bernapas
- Mengalami mengi saat bernapas (kecuali dokter Anda sudah memberi Anda rencana tindakan untuk asma)
- Lemah dan rewel
- Mengalami dehidrasi; tanda-tanda termasuk pusing, mengantuk, mulut kering atau lengket, mata cekung, menangis dengan sedikit atau tanpa air mata, atau buang air kecil lebih jarang (atau memiliki lebih sedikit popok basah)
- Jika balita batuk disertai demam.
***
Demikian beberapa informasi terkait jenis batuk dan cara mengatasi batuk pada anak saat tidur. Semoga bermanfaat.
Baca Juga:
18 Manfaat Buah Naga untuk Ibu Hamil, Cegah Risiko Keguguran
8 Resep MPASI buah naga yang bisa Bunda berikan untuk bayi
Apakah Berenang Saat Hamil Aman? Cek Ini Dulu, Bun!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.