Tahukah Parents, hipertensi paru tidak hanya terjadi pada orang dewasa, namun juga bisa pada anak.
Penyakit hipertensi paru atau hipertensi pulmonal mungkin masih belum banyak diketahui atau bahkan terdengar di kalangan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana Hipertensi Pulmonal Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia tahun 2021, penyakit hipertensi paru memang termasuk penyakit yang jarang ditemukan, di mana angka prevalensi penyakit ini di seluruh dunia hanya sebesar 20-70 juta orang dari total populasi dunia sekitar 7,7 miliar orang.
Meskipun angka prevalensinya relatif rendah, penyakit ini tetap menjadi suatu tantangan dalam bidang kesehatan karena juga dapat berakibat fatal bagi para pasien.
Akibat masih banyaknya masyarakat yang belum mengenali penyakit ini, pasien anak yang terdiagnosa hipertensi pulmonal di Indonesia masih terhitung sedikit hingga saat ini. Maka dari itu, penyakit hipertensi paru ini perlu dikenali dan dipahami lebih lanjut oleh masyarakat karena merupakan salah satu penyakit kronis yang tidak hanya terpengaruh oleh penyakit bawaan, namun juga sangat terpengaruh oleh gaya hidup dari pasien dan konsumsi obat-obatan tertentu
Artikel terkait: Penyakit ginjal anak ditandai sering kencing, catat 15 gejala lainnya
Apa Itu Penyakit Hipertensi Paru?
Hipertensi paru sendiri merupakan kelainan patofisiologi pada pembuluh darah paru-paru yang dapat menyebabkan komplikasi klinis dengan penyakit-penyakit kardiovaskular (jantung) dan respirasi (pernapasan).
Apa Penyebab Hipertensi Paru pada Anak?
Dokter spesialis jantung anak Melanie Kandt Nies, M.D di laman Hopkins Medicine menulis, hipertensi paru pada anak-anak dapat berkembang sebagai akibat dari cacat jantung bawaan, yang hadir saat lahir. Itu juga bisa diwariskan, atau diturunkan dalam keluarga.
Sementara itu, hipertensi paru pada bayi baru lahir sering dikaitkan dengan penyakit paru kronis. Bayi prematur dengan displasia bronkopulmonalis (paru-paru dan pembuluh darah paru yang kurang berkembang) berada pada risiko yang sangat tinggi untuk gangguan tersebut.
Kondisi lain yang meningkatkan risiko hipertensi pulmonal pada anak-anak meliputi:
- Kardiomiopati, atau otot jantung yang lemah
- Pembekuan darah kronis
- Hernia diafragmatika kongenital, atau lubang di diafragma, dengan hasil hipoplasia paru (paru-paru kecil yang abnormal)
- Cystic fibrosis
- Sindrom Down
- Penyakit yang disebabkan oleh virus
Dalam webinar “Kenali Hipertensi Paru pada Anak dan Cara Menanganinya” yang diselenggarakan Pfizer disampaikan bahwa, penyakit hipertensi paru dapat dialami sejak usia dini, dimana pada umumnya ditandai dengan peningkatan tekanan rerata arteri pulmonalis (mean pulmonary artery pressure/mPAP) di atas normal, yaitu > 20 mmHg dan peningkatan tahanan vaskular paru (pulmonary vascular resistance/PVR) di atas normal, pada kondisi istirahat.
Pada kasus spesifik, hipertensi pulmonal juga dapat menjadi salah satu komplikasi dari penyakit jantung bawaan dengan gejala dan tanda-tanda tahap awal yang biasanya tidak spesifik atau tidak terdeteksi pada bayi baru lahir.
Kondisi ini tentunya menyebabkan tantangan tersendiri bagi para tenaga medis untuk menetapkan diagnosis dini penyakit hipertensi paru yang disebabkan oleh penyakit jantung bawaan.
Terlebih lagi, atas keterbatasan keahlian dan infrastruktur kesehatan di negara-negara yang berpenghasilan rendah dan menengah, termasuk di Indonesia, banyak pasien hipertensi paru yang disebabkan oleh penyakit jantung bawaan tidak terdeteksi hingga timbul komplikasi yang memerlukan perhatian medis yang lebih serius.
Artikel terkait: Perlu tahu! 3 Makanan yang dapat menurunkan tekanan darah ibu hamil
Gejala Hipertensi Paru pada Anak
Pakar Kardiologi Anak Rumah Sakit Adam Malik Medan, dr. Rizky Adriansyah, M.Ked (Ped), Sp.A(K) dalam webinar “Kenali Hipertensi Paru pada Anak dan Cara Menanganinya” mengatakan, “Penyakit hipertensi paru juga banyak dialami oleh anak-anak. Gejala hipertensi pulmonal pada anak penting untuk dikenali sedini mungkin. Meskipun tidak spesifik, namun gejala hipertensi paru dapat meliputi sesak saat beraktivitas, mudah lelah, lemas, nyeri dada, pusing, dan kadang disertai batuk.”
Gejala lain seperti hemoptisis atau batuk berdarah dari saluran pernapasan, sindrom Ortner atau suara serak dari pita suara, dan aritmia atau gangguan irama jantung juga dapat terjadi, namun jarang.
Sementara itu laman Hopskin Medicine menulis, beberapa gejala yang paling umum dari hipertensi pulmonal meliputi:
- Detak jantung tidak normal
- Pingsan
- Pucat atau perubahan warna biru di bibir, tangan atau kaki
- Pertumbuhan yang buruk
- Sesak napas
- kelelahan
Gejala yang sama ini dapat menunjukkan berbagai kondisi lain, jadi penting untuk berbicara dengan dokter anak Anda jika melihat sesuatu yang tidak biasa. Seorang dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh dan melakukan tes diagnostik untuk sampai ke akar masalahnya.
Diagnosis Hipertensi Pulmonal pada Anak
Beban dari seseorang yang memiliki kondisi hipertensi pulmonal dapat berlangsung lama dan secara lambat laun semakin parah, dimana pasien baru menunjukkan keluhan bila sudah berada dalam stadium lanjut akibat terjadinya peningkatan resistensi vaskular pulmonal yang progresif.
Lebih lanjut dr. Rizky menjelaskan, konsultasi kepada tenaga medis (dokter) penting dilakukan apabila memiliki risiko dan gejala hipertensi paru pada anak agar mendapatkan penanganan yang tepat sesegera mungkin setelah diagnosis.
“Karena, jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, hipertensi paru dapat menyebabkan munculnya komplikasi dan bisa berakibat fatal hingga menyebabkan kegagalan fungsi paru dan jantung bagian kanan,” lanjut dokter Rizky.
Sebagaimana dikutip dari laman Hopskin Medicine, jika dokter anak atau ahli jantung anak Anda mencurigai adanya hipertensi pulmonal, mereka dapat melakukan tes berikut:
Ekokardiogram: Ekokardiogram —alias “gema” — adalah ultrasound jantung. Ini adalah tes non-invasif yang menilai fungsi jantung anak Anda. Gema juga dapat membantu dokter memperkirakan tekanan paru.
Kateterisasi jantung: Jika gema abnormal menunjukkan hipertensi pulmonal, kateterisasi jantung dapat memastikan diagnosis. Seorang dokter yang disebut ahli jantung intervensi memasukkan kateter (tabung tipis dan fleksibel) ke dalam sayatan kecil di selangkangan dan memasukkannya ke dalam arteri pulmonalis di sisi kanan jantung. Tes ini membantu dokter anak Anda mendapatkan pengukuran tekanan darah paru yang tepat.
Tes vasodilator paru: Selama kateterisasi jantung atau gema, kami dapat memberikan perawatan seperti oksigen tambahan atau obat lain untuk mengendurkan pembuluh darah di paru-paru. Tes-tes ini membantu kita mengukur bagaimana tekanan darah di paru-paru merespon obat-obatan tertentu.
Apa Pengobatan untuk Hipertensi Pulmonal pada Anak?
Diagnosis dini hipertensi pulmonal sangat penting. Semakin cepat kita dapat memulai pengobatan, semakin baik. Meskipun tidak ada pengobatan permanen untuk hipertensi pulmonal, ada berbagai cara untuk mengelola gejalanya.
Untuk bayi dan anak kecil dengan hipertensi pulmonal karena displasia bronkopulmonal, paru-paru terus tumbuh dan sembuh hingga masa kanak-kanak. Ini juga dapat membantu mengatasi hipertensi pulmonal.
Artikel terkait : Kisah preeklampsia saat hamil, “Saya jarang sekali minum obat hipertensi dari dokter”
Pakar Kardiologi Anak dan Penyakit Jantung Bawaan Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta, dr. Radityo Prakoso, Sp.JP(K), dalam webinar “Kenali Hipertensi Paru pada Anak dan Cara Menanganinya” mengatakan, “Bila terdapat kecurigaan akan hipertensi paru, pemeriksaan utama untuk menegakkan diagnosis adalah dengan melakukan kateterisasi jantung kanan, dengan mengukur tekanan di arteri pulmonal dan jantung kanan anak melalui kateter yang dimasukkan melalui pembuluh darah di paha yang diteruskan ke jantung,” katanya.
“Lebih lanjut, diagnosis penyakit ini pada anak pada umumnya dilakukan melalui anamnesis atau pemeriksaan riwayat secara rinci, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, serta screening dengan elektrokardiogram (EKG) dan ekokardiografi. Berbagai pemeriksaan tambahan lainnya juga dapat dilakukan seperti foto toraks dan pencitraan CT scan toraks,” lanjutnya.
Perawatan yang paling umum untuk hipertensi pulmonal meliputi:
Oksida nitrat: Oksida nitrat adalah vasodilator, yang berarti melemaskan pembuluh darah. Kami dapat merekomendasikan oksida nitrat inhalasi untuk bayi dengan hipertensi pulmonal di unit perawatan intensif neonatal (NICU). Ini tidak tersedia untuk digunakan di rumah.
Obat oral: Vasodilator paru (sildenafil) atau antagonis reseptor endotelin (bosentan) dapat membantu mengurangi tekanan darah paru dan meningkatkan aliran darah.
Terapi oksigen: Anak-anak dapat menerima oksigen tambahan di rumah sakit atau di rumah sebagai perawatan berkelanjutan. Terapi ini membantu mengoksidasi darah, menghilangkan tekanan paru-paru dan melemaskan pembuluh darah.
Di Indonesia sendiri, obat-obatan tertentu yang telah tersedia dapat diberikan untuk membantu mengurangi hipertensi paru pada pasien anak, seperti golongan Prostasiklin, yaitu Beraprost, dan juga golongan Inhibitor Phosphodiesterase Type 5 (PDE5i), yaitu Sildenafil, yang telah disetujui Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) beberapa waktu lalu sebagai obat hipertensi paru.
Selain itu, terapi simtomatik berupa pemberian oksigen untuk membantu pernafasan serta terapi diuretik untuk membantu mengeluarkan kelebihan cairan di tubuh juga dapat membantu mengurangi gejala hipertensi paru. Pengobatan tersebut diharapkan dapat memperlambat progresi penyakit atau bahkan mengembalikan fungsi jantung dan paru ke normalnya, meskipun hipertensi paru cenderung tidak dapat disembuhkan.
“Pasien yang terdiagnosa hipertensi paru memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang lama bahkan seumur hidup, dengan rutin melakukan evaluasi tekanan arteri pulmonal berkala untuk menilai progresivitas penyakit dan menilai kecukupan dosis obat yang diberikan,” tambah dr. Radityo Prakoso.
Demikian terkait hipertensi pulmonal pada anak. Semoga bermanfaat ya, Parents!
***
Baca juga:
Protein dalam urine berlebihan saat hamil, berbahayakah bagi janin?
Keluar Darah saat Hamil Muda, Ini 5 Penyebab dan Penanganannya
Bisa membuat bayi lahir prematur, waspadai 8 penyebab hipertensi saat hamil!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.