12 Penyebab Bintik Merah pada Pipi atau Wajah Bayi & Cara Menghilangkannya

Jangan sepelekan gejala bintik merah pada pipi bayi. Kenali penyebab dan cara mengatasinya berikut ini.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Cara menghilangkan bintik merah pada pipi bayi dan sekitar wajahnya sebenarnya mudah saja.

Namun, dalam beberapa kasus, memang ada bintik merah di wajah atau pipi bayi menandakan bahwa bayi mengalami masalah serius dan butuh perawatan khusus untuk mengatasi dan menghilangkannya. 

Selengkapnya, mengenai penyebab dan cara menghilangkan bintik merah di wajah bayi akan di bahas di artikel ini. 

12 Penyebab dan Cara Menghilangkan Bintik Merah pada Pipi Bayi dan Wajah

Beberapa ibu di Indonesia percaya bahwa bintik merah pada wajah bayi terjadi akibat tetesan ASI yang jatuh ke pipi bayi.

Padahal faktanya, tidak sesederhana itu, Bunda.

Pada beberapa kasus, bintik merah pada pipi bayi bisa menandakan suatu kondisi yang serius. Ini dia beberapa penyebab dan cara menghilangkannya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

1. Jerawat Bayi

Beberapa bayi baru terlahir dengan jerawat kecil berwarna merah di pipinya –disebut jerawat neonatus, yang menurut American Academy of Dermatology memengaruhi sekitar 20 persen bayi baru lahir.

Namun, ada juga yang jerawat tersebut baru berkembang di sekitar usia 2-6 minggu, disebut dengan istilah jerawat infantil.

Selain di pipi dan hidung, jerawat ini juga bisa muncul di dahi, dagu, leher, dada, dan punggung atas. 

Cara Mengatasi: 

Jangan terlalu khawatir dengan kehadiran jerawat ini, Bunda. Tanpa pengobatan, jerawat akan hilang setelah beberapa minggu atau 3-4 bulan tanpa meninggalkan bekas.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sehari-harinya, rawat wajah bayi dengan ini: 

  • Rutin membasuh kulit bayi dengan air hangat.
  • Hindari menggosok area yang berjerawat. 
  • Hindari produk perawatan berbahan dasar minyak.
  • Minta saran dokter anak sebelum menggunakan obat jerawat atau produk pembersih.

2. Jerawat Infantil

Jerawat infantil berkembang pada bayi yang lebih tua dari 6 minggu, biasanya muncul antara usia 3 dan 6 bulan. Gejalanya bisa lebih parah dari jerawat neonatus dan mungkin memerlukan perawatan.

Sebelum mengobati jerawat infantil, ada baiknya Anda memastikan bayi tidak mengalami eksem dan infeksi.

Cara Mengatasi:

Jerawat infantil biasanya akan hilang dalam waktu 6-12 bulan setelah pertama kali muncul. Mintalah saran dari dokter kulit tentang perawatan jerawat dan cara mencegahnya dari komplikasi jaringan parut. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

3. Eksem Bayi

Eksem adalah kondisi kulit yang menyebabkan ruam kering, kasar, merah, iritasi yang disertai gatal, meradang dan terkadang menyakitkan.

Biasanya eksem mulai terjadi pada anak-anak yang berusia 6 bulan hingga 5 tahun, dan bisa juga terus berlanjut sampai anak tumbuh remaja dan dewasa.

Pada laman Medical News Today, National Eczema Association menjelaskan bahwa bila eksem berkembang di 6 bulan pertama kehidupan bayi, dan gejalanya cenderung muncul di pipi, dagu, dahi, atau kulit kepala.

Setelah itu, seiring bertambahnya usia anak, gejala akan meluas hingga ke lipatan kulit, siku dan lutut –paling rentan ketika bayi mulai belajar merangkak

Penyebab pasti eksem tidak diketahui, tetapi para ahli percaya bahwa faktor genetik dan lingkungan tertentu juga berperan dan menyebabkan peradangan atau iritasi pada kulit bayi

Umumnya, eksem berisiko kambuh ketika kulit dalam keadaan sangat kering dan mengalami iritasi, atau ketika bersentuhan dengan alergen seperti bulu hewan, tungau debu, detergen, dan pembersih rumah tangga. 

Cara Mengatasi:

Sejauh ini belum ada obat untuk eksem, tetapi Anda dapat mengatasinya dengan cara:

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan
  • Mandi air hangat dengan waktu antara 5 dan 10 menit.
  • Selalu gunakan sabun lembut bebas parfum saat mandi.
  • Gunakan pelembap dua kali sehari dalam bentuk krim bertekstur kental atau salep.
  • Gunakan detergen bebas pewangi yang dirancang untuk kulit sensitif.
  • Dokter anak mungkin akan meresepkan obat imunosupresan dan salep steroid untuk membantu mengurangi peradangan. Gunakan sesuai dengan arahan dokter anak Anda.

Artikel terkait: Eksim pada anak, penyebab dan cara menanganinya secara alami 

4. Kerak Kepala

Dermatitis seboroik menyebabkan ruam berkembang di area kulit yang mengandung banyak kelenjar penghasil minyak.

Pada bayi, ruam utamanya muncul di kulit kepala –disebut cradle cap– tetapi bisa juga memengaruhi pipi, terutama di sekitar mata dan hidung.

Ruam pada cradle cap memiliki karakteristik berikut ini:

  • Kemerahan dan meradang
  • Tampak berminyak 
  • Ada bercak putih atau kuning dengan tekstur bersisik atau berkerak

Cara Mengatasi: 

Cradle cap umumnya tidak berbahaya dan biasanya menghilang dengan sendiri di usia bayi 6 dan 12 bulan.

Namun, bila selama itu bayi tampak tidak nyaman, Anda bisa membawanya ke dokter untuk mendapatkan pengobatan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan
  • Gejala ringan: Obat bebas (seperti krim antijamur dan sampo obat) bisa membantu meredakan ketidaknyamanan dan mempercepat penyembuhan. Bila Anda tidak yakin, konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakannya pada bayi.
  • Ruam bersisik: Oleskan minyak mineral atau petroleum jelly ke kulit kepala bayi 1 jam sebelum menggunakan sampo antiketombe –membantu melonggarkan dan menghilangkan sisik/kerak.
  • Gejala parah, seperti ruam terasa panas, mengeluarkan cairan dan bau tak sedap. Segera periksakan ke dokter untuk mendapatkan pengobatan –biasanya dokter meresepkan steroid topikal untuk mengurangi peradangan.

5. Milia

Sekitar 40-50 persen bayi baru lahir yang sehat memiliki milia, yaitu benjolan kecil berwarna putih atau kuning berukuran sekitar 1-3 mm yang berkembang di wajah bayi –sekitar mata, hidung, dagu dan pipi – akibat serpihan kulit mati yang terperangkap di dekat permukaan kulit.

Milia juga bisa muncul di mulut yang dikenal dengan istilah medis Epstein pearls.

Cara Mengatasi: 

Nantinya setelah pori-pori wajah bayi terbuka, milia akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu. Jadi, Anda tidak perlu melakukan perawatan apa pun untuk menghilangkannya, Bunda.

Oleh karena itu, hindari penggunaan krim dan salep pada kulit bayi, karena justru dapat menyumbat pori-pori dan menyebabkan lebih banyak milia.

6. Slapped Cheek Syndrome

Slapped cheek syndrome atau eritema infectiosum atau fifth disease atau penyakit kelima merupakan infeksi yang disebabkan parvovirus B19.

Tidak hanya bayi, siapa pun bisa mendapatkannya, paling sering berkembang pada anak usia sekolah.

Tanda awal penyakit ini adalah demam dan kemudian bintik merah di daerah pipi (salah satu atau kedua sisi) dan sekitar mulut yang semakin memerah selama jangka waktu 4-14 hari setelah terinfeksi.

Sering kali, ruam merah pada pipi tampak seakan-akan bayi seperti habis ditampar, terasa gatal, tetapi tidak menyakitkan. 

Ruam ini bisa hilang dalam beberapa hari, dan berkembang kembali di area dada, lengan, atau kaki. Pada kasus yang parah, slapped cheek syndrome menyebabkan gejala: 

Cara Mengatasi: 

Gejala sindrom ini umumnya ringan dan hilang tanpa pengobatan. 

  • Obat over the counter (OTC) atau obat bebas, seperti acetaminophen dan ibuprofen, dapat membantu meringankan ketidaknyamanan yang disebabkan infeksi –baiknya konsultasikan dengan dokter dulu sebelum memberikan pada bayi. 
  • Dilarang memberikan aspirin kepada anak karena dapat meningkatkan risiko Sindrom Reye.

7. Selulitis 

Selulitis adalah infeksi pada kulit bayi yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus atau Staphylococcus.

Bakteri ini hidup di kulit dan dapat memasuki area kulit yang rusak, menyebabkan rasa sakit, bengkak, terasa panas, dan kemerahan. Biasanya selulitis disertai dengan gejala lain seperti demam.

Cara Mengatasi:

  • Cuci tangan Anda sebelum dan sesudah menyentuh area yang terinfeksi.
  • Pastikan anak menghabiskan antibiotik.
  • Pada bay,  kenakan sarung tangan untuk mencegah ia menggaruk wajahnya.
  • Pereda nyeri seperti parasetamol atau ibuprofen dapat membantu mengurangi ketidaknyamanan –harus dengan petunjuk dokter.  

8. Impetigo

Impetigo juga infeksi kulit menular pada bayi yang paling umum disebabkan oleh bakteri Streptococcus aureus atau Staphylococcus pyogenes. Bakteri ini masuk melalui pori-pori kulit yang terbuka akibat luka (gigitan serangga, goresan kuku, dll).

Awalnya impetigo akan ditandai dengan munculnya bintik merah yang kemudian membengkak membentuk lenting dan akan pecah bila terus digaruk.

Cairan yang keluar ini bisa menyebarkan bakteri ke kulit sekitarnya.

Luka yang dihasikan oleh penyakit ini dapat terus berkembang selama empat atau enam hari. Setelah itu, luka akan kering dan membentuk koreng.

Kondisi selulitis dan impetigo sangat berbahaya dan harus segera diobati karena dapat menyebar dengan cepat.

Cara Mengatasi:

  • Dapatkan resep salep antibiotik dari dokter –tanpa antibiotik, impetigo menular selama beberapa minggu, seperti Clindamycin atau Sefalosporin (kasus parah) atau Mupirocin (kasus ringan).  
  • Oleskan salep ke luka lalu tutup area terinfeksi yang lebih besar dengan perban.
  • Kenakan sarung tangan pada bayi untuk mencegahnya menggaruk.
  • Cuci pakaian, seprai, handuk, dan pakaian bayi setiap hari sampai infeksi hilang –impetigo dapat ditularkan melalui barang-barang yang bersentuhan dengan kulit yang terinfeksi.
  • Setelah luka berkeropeng, cuci dengan lembut dengan sabun dan air hangat dan keringkan. 
  • Jika infeksi menyebar, minta dokter meresepkan antibiotik oral. 

9. Bintik Mongolia

Bintik Mongolia (mongolian blue spot) adalah atau slate grey nevi adalah jenis tanda lahir berpigmen (melanositosis dermal bawaan) yang datar dan berwarna biru-abu-abu.

Umumnya muncul di bokong, punggung bawah, lengan, kaki, atau wajah. Kondisi ini kerap dialami oleh bayi keturunan Afrika, Timur Tengah, Mediterania, atau Asia. 

Tanda lahir ini tidak bersifat kanker dan tidak menimbulkan bahaya kesehatan. Namun, dokter anak anak harus memeriksanya untuk memastikan diagnosis.

Cara Mengatasi: 

Tidak ada perawatan yang direkomendasikan untuk bintik Mongolia, dan biasanya akan memudar sebelum masa remaja.

Artikel terkait: Bintik putih muncul di wajah bayi, perlukah merasa khawatir?

10. Cacar Air 

Cacar air menjadi salah satu penyakit yang kerap dialami oleh anak-anak.

Penyakit ini disebabkan oleh virus dan ditandai dengan bintik merah seperti gigitan nyamuk di hampir seluruh tubuh. Dalam beberapa jam bintik merah tersebut akan membentuk lenting berisi cairan dan menimbulkan rasa gatal.

Penyakit ini mudah menular, terutama bila cairan pecah. Luka akan mengering setelah 5-7 hari, dan cacar air bisa dicegah dengan vaksin cacar air.

Cara Mengatasi: 

Cara menghilangkan bintik merah di wajah bayi akibat cacar air menurut American Academy of Dermatologist Assosiation adalah sebagai berikut: 

  • Anak harus tetap di rumah karena cacar air menular. 
  • Mandikan anak dengan rendaman  oatmeal koloid –tersedia di toko obat lokal– untuk membantu meringankan rasa gatal. 
  • Oleskan losion kalamin, losion antigatal bebas pewangi. Cacar air disebabkan oleh virus, jadi jangan gunakan krim atau salep antibiotik pada kulit anak, kecuali dokter menyarankan. 
  • Untuk redakan demam berikan anak obat nonaspirin seperti asetaminofen.
  • Jaga kuku anak tetap pendek dan kenakan sarung tangan untuk mencegah garukan. 

11. Biang Keringat

Letak geografis Indonesia sering  kali menyebabkan masalah biang keringat pada kulit bayi baru lahir. Tanda dari biang keringat adalah pembengkakan ringan yang disertai dengan rasa gatal, terutama di daerah kepala, leher, atau kaki.

Cara Mengatasi: 

  • Letakkan bayi di ruangan yang lebih sejuk
  • Memandikan dengan air dingin suhu ruangan.
  • Kenakan pakaian yang tipis dan nyaman.
  • Segera ganti pakaian bayi jika ia keringatan. 

12. Meningitis

Meningitis adalah radang pada selaput pelindung otak dan saraf tulang belakang yang disebabkan bakteri, virus, atau jamur.

Bintik merah meningitis dapat dicek menggunakan gelas kaca.

Caranya, letakan gelas kaca pada bintik merah dan lihat perubahannya. Bila bintik merah tetap tidak memudar bisa jadi hal tersebut merupakan salah satu tanda meningitis.

Tanda lain dari meningitis adalah bayi mengalami:

  • Rewel
  • Tidak responsif
  • Leher dan tubuh bayi kaku
  • Muntah
  • Kulit pucat
  • Tidak mau makan
  • Demam
  • Lemas
  • Pembengkakan di ubun-ubun

Segera lakukan pemeriksaan pada dokter bila bayi mengalami beberapa tanda di atas. Sebab, meningitis adalah kondisi serius yang dapat menyebabkan kecacatan bahkan kematian.

Cara Mengatasi:

  • Antibiotik sesuai resep dokter.
  • Tingkatkan cairan untuk mencegah dehidrasi.
  • Obat steroid untuk membantu mengurangi pembengkakan di sekitar otak –pada kasus serius.
  • Banyak beristirahatlah.
  • Minum obat penghilang rasa sakit untuk mengatasi sakit kepala atau sakit umum.

Artikel terkait: Biang keringat bikin anak rewel? Lakukan 6 hal ini untuk mengatasinya

Perlu diketahui, beberapa ruam atau masalah bintik merah yang muncul pada kulit si Kecil umumnya tidak berbahaya dan tak memerlukan penanganan serius. Hal terpenting adalah selalu merawat kesehatan dan kebersihan kulit bayi Anda. 

Akan tetapi, tidak dapat dimungkiri juga bahwa ada beberapa masalah kulit bayi yang perlu ditangani secara serius seperti meningitis dan selulitis.

Oleh karena itu, untuk mengetahui penyebab dan cara menghilangkan bintik merah pada wajah atau pipi bayi, jangan ragu juga untuk berkonsultasi dengan dokter. Hal ini dilakukan agar kondisi si Kecil bisa ditangani secara cepat dan tepat. 

***

Artikel diupdate oleh: Ester Sondang

Your Newborn’s Skin and Rashes
www.webmd.com/parenting/baby/baby-skin-rashes

What can cause a rash on the face in a baby?
www.medicalnewstoday.com/articles/323172

How Can I Treat My Baby’s Rashes Naturally?
www.medicinenet.com/how_can_i_treat_my_babys_rashes_naturally/article.htm

Baca juga:

5 Masalah Kulit Bayi Ini Paling Sering Terjadi, Intip Cara Perawatannya

Kulit kering pada bayi, kenali penyebab dan cara mengatasinya

Waspada! Ruam dan demam bisa jadi tanda meningitis pada anak!