Parents, jangan kaget ketika melihat bintik-bintik putih pada hidung, pipi, atau dagu bayi baru lahir. Itu merupakan kondisi yang disebut milia pada bayi. Penampakan milia memang terlihat seperti bruntusan jerawat di pipi dan area hidung bayi. Tapi kondisi ini jelas berbeda dengan jerawat ya, Parents.
Hampir semua bayi memiliki milia saat ia dilahirkan. Kebanyakan ibu baru juga tidak tahu apa itu milia dan bagaimana mengatasi atau mencegahnya. Sebelum khawatir, sebaiknya cek informasi selengkapnya tentang milia pada bayi baru lahir berikut ini, yuk!
Apa Itu Milia pada Bayi?
Milia atau milium adalah bintik-bintik putih kecil yang muncul pada hidung, pipi atau dagu bayi baru lahir. Bintik-bintik ini juga dapat ditemukan di sekitar mata dan dahi, dan kadang-kadang pada alat kelamin bayi.
Pada dasarnya, bintik ini adalah kista jinak yang mengandung keratin, suatu protein yang diproduksi oleh kulit. Meski termasuk kista, milia tidak berbahaya. Kondisi ini bahkan dialami 40 hingga 50 persen bayi baru lahir. Milia biasanya akan hilang dengan sendirinya hingga si kecil berusia 1 – 3 bulan.
Gejala Milia pada Bayi Baru Lahir
Bayi yang baru lahir dapat mengalami kondisi ini karena perkembangan kelenjar minyak dan kurangnya pengelupasan kulit yang normal. Kondisi ini akan sering hilang dalam waktu satu bulan. Namun dalam beberapa kasus, itu bisa bertahan hingga anak berusia 1 hingga 3 bulan.
Kondisi milia pada bayi sering muncul di kelopak mata, dahi, pipi atau alat kelamin. Terkadang benjolan serupa muncul pada gusi bayi atau langit-langit mulut. Ini dikenal sebagai mutiara Epstein. Beberapa bayi juga mengalami jerawat bayi, sering ditandai dengan benjolan merah kecil dan pustula di pipi, dagu dan dahi, yang dapat terjadi dengan atau tanpa milia.
Sedangkan pada milia jenis sekunder terjadi setelah kulit rusak karena beberapa hal, seperti luka bakar, ruam, lecet, paparan sinar matahari yang berlebihan, krim steroid, Lepuh yang disebabkan oleh kondisi kulit tertentu. Biasanya milia sekunder dialami oleh anak yang lebih besar, remaja, dan orang dewasa.
Tipe-Tipe Milia pada Bayi dan Orang Dewasa
Milia juga bisa dialami oleh anak yang lebih besar, serta orang dewasa. Jenisnya pun bermacam-macam dan gejalanya bisa berbeda antara masing-masing tipe milia. Berikut ini beberapa tipe milia dikutip dari Healthline.
1. Milia Neonatus
Milia neonatus dianggap sebagai milia primer. Ini dialami oleh bayi baru lahir dan bisa hilang dalam beberapa minggu. Milia biasanya terlihat di wajah, kulit kepala, dan tubuh bagian atas. Menurut Rumah Sakit Anak Seattle, milia terjadi pada 40 persen bayi yang baru lahir.
2. Milia Remaja (Milia Juvenil)
Kelainan genetik langka yang memengaruhi kulit dapat menyebabkan milia juvenil. Kelainan genetik Ini termasuk:
- Sindrom karsinoma sel basal nevoid (NBCCS). NBCS dapat menyebabkan karsinoma sel basal (BCC).
- Pachyonychia bawaan. Kondisi ini dapat menyebabkan kuku tebal atau berbentuk tidak normal.
- Sindrom Gardner. Kelainan genetik langka ini dapat menyebabkan kanker usus besar dari waktu ke waktu.
- Sindrom Bazex-Dupré-Christol. Sindrom ini memengaruhi pertumbuhan rambut dan kemampuan berkeringat.
3. Milia en Plaque
Kondisi ini umumnya dikaitkan dengan kelainan kulit genetik atau autoimun, seperti discoid lupus atau lichen planus. Milia en plaque dapat memengaruhi kelopak mata, telinga, pipi, atau rahang.
Kista bisa berdiameter beberapa sentimeter. Biasanya terlihat pada perempuan paruh baya, tetapi dapat terjadi pada orang dewasa atau anak-anak dari segala usia atau jenis kelamin.
4. Multiple Milia Eruptive
Milia jenis ini terdiri dari area gatal yang bisa muncul di wajah, lengan atas, dan dada. Seringnya muncul dalam rentang waktu tertentu, mulai dari beberapa minggu hingga beberapa bulan.
5. Milia Traumatis
Terjadi karena adanya cedera pada kulit. Contohnya termasuk luka bakar parah dan ruam. Milia ini bisa teriritasi, sehingga membuatnya merah di sepanjang tepinya dan putih di tengahnya.
6. Milia Akibat Obat-Obatan atau Produk
Penggunaan krim steroid dapat menyebabkan milia pada kulit tempat krim dioleskan. Namun, efek samping ini jarang terjadi. Beberapa bahan dalam produk perawatan kulit dan makeup dapat menyebabkan milia pada orang yang kulitnya sensitif. Jika Anda memiliki kulit yang rentan milia, hindari bahan-bahan berikut ini:
- Liquid paraffin
- Liquid petroleum
- Parafin oil
- Cairan parafinum
- Cairan petrolatum
- Petrolatum oil
Ini semua jenis minyak mineral yang dapat menyebabkan milia. Lanolin juga dapat meningkatkan pembentukan milia.
Penyebab Milia pada Bayi
Milia terbentuk karena kelenjar minyak pada bayi baru lahir masih berkembang, kulit yang tidak lepas secara alami dan akhirnya tersangkut. Kelenjar sebaceous yang tersumbat di kulit pada dasarnya bertanggung jawab untuk memproduksi minyak yang disebut sebum yang membuat kulit tetap segar dan kenyal.
Tapi karena minyak dan sel-sel kulit mati menyumbat pori-pori kulit bayi, akhirnya menyebabkan serangkaian bintik-bintik putih di permukaan kulit. Bintik-bintik itu dapat menghilang setelah permukaan benjolan habis dan kulit mati terlepas.
Sedangkan, penyebab milia pada balita dan orang dewasa adalah karena adanya kerusakan pada kulit, seperti:
- Melepuh karena kondisi kulit, seperti epidermolysis bullosa (EB), pemfigoid sikatrik, atau porfiria cutanea tarda (PCT)
- Luka melepuh, seperti poison ivy
- Luka bakar
- Kerusakan akibat sinar matahari jangka panjang
- Penggunaan krim steroid jangka panjang
- Prosedur pelapisan ulang kulit, seperti dermabrasi atau pelapisan laser
- Milia juga bisa berkembang jika kulit kehilangan kemampuan alaminya untuk terkelupas. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat dari penuaan.
Diagnosis
Secara fisik, dokter akan dapat mengenali gejala milia berdasarkan karakteristiknya yang khas. Khusus jenis Milia en plaque, dokter perlu melakukan biopsi di laboratorium.
Komplikasi Milia
Sebenarnya, Milia bukanlah kondisi yang berbahaya. Namun, memencet atau menggaruk milia tanpa pengobatan dari dokter, mungkin bisa menimbulkan bekas luka. Maka, lakukan penanganan yang tepat dengan dokter ya, Parents.
Cara Menghilangkan Milia pada Bayi
Idealnya tidak ada perawatan untuk menghilangkan milia pada bayi baru lahir. Sebab bintik-bintik putih itu biasanya akan menghilang dalam waktu dua hingga empat minggu tanpa perawatan apa pun.
Namun, jika bintik-bintik itu ditemukan pada orang dewasa, itu akan memerlukan prosedur bedah kecil untuk menghilangkannya.Bila bayi memiliki milia di wajahnya, cobalah beberapa kiat ini untuk membantu kulit bayi semakin membaik:
- Jaga wajah bayi tetap bersih dan lembap.
- Bersihkan wajah bayi setiap hari dengan air hangat dan sabun bayi yang lembut.
- Keringkan wajah bayi dengan lembut. Cukup tepuk-tepuk kulit bayi.
- Jangan mencubit atau menggosok milia. Hal itu dapat menyebabkan iritasi atau infeksi.
- Hindari menggunakan lotion atau minyak di wajah bayi.
Wajib diingat, Parents tidak boleh mencoba memeras atau mengikis milia sendiri, seperti yang mungkin dilakukan dengan jerawat. Ini dapat melukai kulit atau menyebabkan infeksi pada kulit bayi.
Sedangkan pada anak yang lebih besar dan orang dewasa, milia akan hilang dalam beberapa bulan. Jika tak kunjung hilang dan membuat tidak nyaman, cara ini bisa dilakukan:
- Krioterapi. Nitrogen cair membekukan milia. Ini adalah metode penghapusan yang paling sering digunakan.
- Deroofing. Prosedur mengambil misi milia dengan jarum steril.
- Menggunakan krim retinoid topikal. Krim yang mengandung vitamin A ini membantu pengelupasan kulit.
- Chemical peels. Pengelupasan kimia menyebabkan lapisan pertama kulit terkelupas dan memunculkan kulit baru.
- Ablasi laser. Laser kecil berfokus pada area yang terkena untuk menghilangkan milia.
- Diatermi. Menghilangkan milia dengan suhu panas yang ekstrim. Prosedur ini sesungguhnya jarang sekali dilakukan.
- Kuretase destruksi. Kista dihilangkan melalui pembedahan.
Cara Mencegah Milia
Meskipun pada bayi baru lahir milia tidak dapat sepenuhnya dicegah, ada cara merawat kulit bayi yang bisa mengurangi terjadinya milia, yaitu:
- Jaga kebersihan wajah bayi. Cuci wajah bayi baru lahir sekali sehari dengan air hangat.
- Keringkan wajah bayi dengan lembut. Tepuk-tepuk kulit bayi dan jangan menggosoknya hingga kering.
- Jangan mencubit benjolan. Ini tidak akan menyelesaikan masalah dan dapat memperpanjang breakout atau menyebabkan infeksi.
- Hindari mengoleskan losion atau minyak ke wajah bayi. Sebaiknya biarkan kulit bayi tetap lembap tanpa menggunakan krim atau losion apapun.
- Untuk orang dewasa, bersihkan kulit secara rutin dari make up. Pembersihan menyeluruh dari semua riasan sebelum tidur sangat penting untuk menjaga kesehatan kulit. Riasan sisa dapat menyebabkan sejumlah masalah kulit.
- Hindari paparan sinar matahari berlebih
- Gunakan sunscreen untuk mencegah sinar matahari.
Kapan Harus Berkonsultasi dengan Dokter?
Parents, milia sebenarnya tidak menyebabkan masalah jangka panjang. Pada bayi baru lahir, biasanya akan hilang dalam beberapa minggu atau bulan. Meskipun prosesnya mungkin memakan waktu lebih lama pada anak-anak dan orang dewasa, milia tidak dianggap berbahaya.
Namun jika kondisi si kecil tidak juga membaik dalam 6 bulan atau bahkan 1 tahun, Parents boleh mengunjungi dokter. Selain itu, bila si kecil mengalami kondisi kulit yang lebih iritasi, juga dia tampak tidak nyaman. Berkonsultasi dengan dokter dapat mengetahui penyebab dan cara mengatasinya.
Pertanyaan Populer Terkait Milia pada Bayi
Apa beda nya milia dan bruntusan?
Bruntusan adalah gejala ketika kulit tidak merata teksturnya, sedangkan milia merupakan salah satu penyebab bruntusan.
Apakah milia bisa membesar?
Milia pada bayi akan muncul dari bintik-bintik kecil yang lama kelamaan bisa membesar.
****
Artikel telah diupdate oleh: Fadhila Afifah
Baca Juga:
Wajib tahu! 3 jenis kulit bayi dan cara tepat merawatnya
5 Masalah Kulit Bayi Ini Paling Sering Terjadi, Intip Cara Perawatannya
Parents, Kenali 5 Jenis Masalah Kulit yang Rentan Dialami Bayi Prematur
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.