Baby blues syndrome merupakan gangguan emosi atau suasana hati pada ibu pasca melahirkan. Pada ibu yang mengalami kondisi ini akan mudah berubah perasaannya.
Hal ini pun diperkuat oleh Farida Eka Putri, M.Psi, Psikolog, seorang Psikolog Klinik Postpartum Indonesia.
Melalui obrolan di live Instagram bersama theAsianparent pada Kamis (25/02), Farida mengatakan bahwa baby blues syndrome adalah gangguan mood pada ibu-ibu pasca melahirkan.
“Kondisi, tersebut sebenarnya wajar dialami oleh ibu baru melahirkan, apalagi jika itu merupakan kelahiran pertamanya. Keadaan tersebut pun diperkuat oleh pengaruh hormon, fisiologis, dan keadaan psikologis sang ibu,” ungkap Farida.
Selain baby blues, ada juga kondisi yang dikenal dengan istilah Postpartum Depression.
Apa perbedaan keduanya? Menurut Farida, dua kondisi itu sebenarnya saling berkaitan, tetapi ada perbedaan, terutama dari durasi waktu.
“Baby blues biasanya terjadi dari beberapa jam ibu melahirkan sampai dengan 14 hari, maksimal 1 bulan. Sedangkan PPD atau Postpartum Depression terjadi dengan durasi waktu 1 hingga 6 bulan,” jelasnya.
Jika baby blues hanya perasaan ibu yang merasa terganggu, tetapi untuk postpartum depression ini pemikiran ibu pun sangat memengaruhi perilaku.
Bahkan sampai ingin atau sudah menyakiti diri sendiri dan si Kecil.
Apa yang menjadi pemicu baby blues syndrome, dan cara menghadapinya? Simak yuk, informasi pentingnya di bawah ini.
Faktor Pemicu Baby Blues Syndrome
Sindrom baby blues tidak begitu saja terjadi, ada beberapa faktor penyebabnya.
Menurut pemaparan Farida, ada dua faktor yang dapat menjadi pemicunya, yaitu faktor internal dan eksternal.
Berikut inilah penjelasan lengkapnya.
Faktor Internal Penyebab Baby Blues Syndrome
1. Perubahan Hormon
Wajar jika hormon memengaruhi emosi. Apalagi sebagai seorang perempuan, di mana sistem hormon dalam tubuh banyak sekali memengaruhi fungsi fisiologis maupun psikologis.
Begitu pun pada ibu yang baru melahirkan, pastilah akan mengalami perubahan hormon yang sangat drastis.
Perubahan itu dapat menyebabkan perbuhan fungsi senyawa kimia dalam otak. Itulah yang menyebabkan sifat dan emosi ibu ikut berubah.
Artikel Terkait : Depresi pasca persalinan berbeda dengan baby blues, kenali perbedaannya di sini!
2. Kondisi Psikologis Ibu
Bunda, saat sudah dianugerahi kehamilan, bukan hanya persiapan fisik saja yang harus dilakukan, tetapi secara psikologis pun harus lebih dipersiapkan.
Kenali dan sadari juga keadaan psikologi Bunda.
Segera lakukan konsultasi dengan ahlinya, misal dengan psikolog atau psikiater, apabila Bunda memiliki traumatik ataupun pengalaman yang tidak menyenangkan di masa lalu.
Sebab. itu akan menjadi faktor pemicu terjadinya baby blues bahkan mampu memperburuk keadaan Bunda
3. Kelelahan pada Ibu
Menjadi ibu baru, perubahan jadwal istirahat pun akan terganggu.
Menyusui, mengganti popok, dan menenangkan si Kecil ketika menangis tengah malam tentu akan menganggu waktu tidur Bunda.
Hal itulah bisa menjadi faktor terjadinya gangguan mood pada ibu.
4. Tanggung Jawab Peran Baru sebagai Ibu
Memiliki peran baru sebagai seorang ibu, kadang kala membuat Bunda terlalu antusias dan terjebak dengan tanggung jawab.
Hal itu pula yang bisa menyebabkan Bunda merasa tidak puas pada diri sendiri ketika mengurus bayi bahkan sering merasa khawatir.
Misal saja merasa bersalah ketika si Kecil sakit.
5. Merasa Tidak Percaya Diri Menjadi Ibu
Rasa tidak percaya diri dan merasa tidak mampu mengurus bayi kerap kali menghampiri Bunda.
Apalagi bagi ibu baru yang merupakan pengalaman pertama melahirkan dan mengurus anak.
Hal ini pula yang menyebabkan Bunda selalu berpikir berlebihan, tidak memiliki nafsu makan, dan emosi yang tidak stabil.
Selain itu, rutinitas baru yang monoton, seperti hanya mengurus bayi, bisa menyebabkan ibu sangat sedih, lelah, dan memiliki perasaan tidak dimengerti oleh pasangan.
Faktor Eksternal Penyebab Baby Blues Syndrome
Selain beberapa faktor internal yang menjadi pemicu terjadinya sindrom baby blues, ada beberapa faktor eksternal yang bisa menjadi penyebab gangguan mood tersebut, yakni:
1. Kondisi Bayi
Menurut Farida, kondisi sang bayi pun bisa menjadi pemicu terjadinya sindrom baby blues pada ibu pasca melahirkan.
Apalagi jika si Kecil terlahir dengan kesehatan yang sangat memerlukan perawatan khusus.
Misal saja, terlahir sebelum waktunya atau prematur karena beberapa alasan. Hal ini bisa membuat Bunda cemas, khawatir dan terus kepikiran.
Itulah yang menimbulkan stres bahkan bisa memicu perasaan bersalah atas diri sendiri, hingga merasa tidak pantas menjadi ibu.
2. Kondisi Mental Suami
Bukan hanya calon ibu yang harus mempersiapkan segalanya dalam menjadi orang tua.
Namun, sebagai calon ayah pun sangat perlu mempersiapkan segalanya.
Bukan hanya mempersiapkan finansial, tetapi mempersiapkan mental untuk menjadi ayah adalah paling utama.
Hal ini karena suami adalah support system paling utama untuk sang istri ketika menjadi orang tua.
Jika pasangan atau suami tidak bisa memberikan dukungan terbaik, bahkan malah ikutan mengalami depresi, bagaimana dengan ibu?
Sejatinya, menjadi orang tua adalah tanggung jawab berdua, Ayah dan Bunda.
Untuk itu, semenjak masa kehamilan ada baiknya Ayah dan Bunda membekali diri dengan ilmu yang mumpuni.
3. Proses atau Metode Persalinan
Kerap kali banyak pertanyaan kepada Bunda setelah melahirkan:
“Lahirannya caesar atau normal?“
Nah, ternyata proses atau metode kelahiran pun bisa menjadi pemicu terjadinya Bunda mengalami sindrom baby blues.
Farida pun memberikan pembenaran hal itu.
Bahwa memang para ibu yang melahirkan cesar lebih berpotensi mengalami gangguan mood atau suasana hati pasca melahirkan.
Hal ini bisa terjadi, karena pertanyaan dan komentar-komentar orang sekitar.
Apalagi bagi ibu yang melahirkan secara caesar memerlukan waktu lebih panjang untuk masa recovery luka. Lalu, ia pun tetap harus menjalankan peran baru sebagai ibu.
Itu akan membuatnya stres dan merasa tertekan.
Luka bekas caesar belum kering, lalu ditambah luka batin dari komentar negatif orang-orang sekitar yang selalu membandingkan dengan persalinan normal.
Mengutip dari laman Mom.com, telah dilakukan penelitian pada 5000 perempuan yang baru pertama kali melahirkan dan menjadi ibu di UK Millennium Cohort Study.
Tim peneliti meminta banyak pihak untuk memberi perhatian dan konseling kepada ibu setelah melahirkan, terutama yang menjalani operasi caesar tak direncanakan.
Cara Mencegah Baby Blues Syndrome
Disampaikan juga oleh Farida, sindrom baby blues bisa dicegah dengan beberapa cara berikut ini:
- Mempersiapkan diri secara matang dimulai dari Bunda diberi kehamilan.
- Kenali gejala stres pada Bunda.
- Afirmasi positif pada diri sendiri.
- Berikan waktu mengambil jeda dengan memiliki me time. Ambilah jeda waktu tersebut, seperti ketika si Kecil tidur, Bunda bisa melakukan hal ringan atau yang disukai. Misal saja melakukan perawatan wajah, menonton film kesukaan, atau memasak dan menikmati makan kesukaan.
- Mintalah bantuan pasangan terutama saat Bunda merasa sangat lelah. Jangan paksakan, miliki juga waktu istirahat yang berkualitas.
- Bergabung dengan komunitas dan saling sharing tentang pengalaman Bunda. Biasanya jika banyak sharing dan memiliki teman yang punya pengalaman yang sama, emosi Bunda bisa lebih tersalurkan secara positif. Bahkan jika Bunda tergabung dalam sebuah komunitas, tak hanya teman sharing yang didapatkan, ilmu seputar pengasuhan dan menjadi orang tua pun akan didapatkan.
- Konsultasi dengan dokter atau tenaga ahli jika memiliki keluhan-keluhan yang membuat Bunda tidak nyaman
- Jaga asupan makanan. Konsumsilah makanan yang mengandung B kompleks seperti telur, daging tanpa lemak, sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, dan produk susu.
- Perbanyak minum air putih. Asupan cairan yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dapat membantu meningkatkan konsentrasi, mengurangi depresi, dan mengatasi berbagai gejala kelelahan.
- Lakukan olahraga. Melakukan olahraga ringan secara rutin mampu membuat badan fit dan bugar hingga mengurangi stres.
Itulah berbagai cara mencegah baby blues syndrome yang bisa dilakukan. Semoga informasi ini bermanfaat bagi Parents.
Baca juga:
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.