Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan anak-anak dengan kondisi atau gangguan berbeda dari anak-anak pada umumnya. Kondisi tersebut dapat memengaruhi kemampuan belajar, perilaku, fisik, dan sosial mereka.
Setiap anak berkebutuhan khusus memiliki kebutuhan unik dan khusus. Penanganan satu anak berkebutuhan khusus dengan yang lainnya sudah pasti berbeda, karena kondisi dan kebutuhan mereka benar-benar unik, tidak akan sama persis dengan yang lain.
Parents yang punya anak berkebutuhan khusus atau curiga si Kecil menunjukkan tanda-tanda bahwa ia merupakan anak berkebutuhan khusus, yuk, simak informasi berikut ini!
Artikel terkait: Mengenal Apa Itu Sekolah Inklusi dan Beragam Manfaatnya untuk Anak Berkebutuhan Khusus
Apa yang Dimaksud dengan Anak yang Berkebutuhan Khusus?
Melansir dari KidsHealth, Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah setiap anak yang mungkin memerlukan bantuan ekstra karena masalah medis, emosional, atau belajar.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mungkin memerlukan obat, terapi, atau bantuan ekstra di sekolah, hal-hal yang biasanya tidak dibutuhkan anak-anak lain atau hanya dibutuhkan sesekali.
Contoh anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang membutuhkan kursi roda atau menggunakan penyangga saat berjalan. Mereka tidak hanya membutuhkan peralatan yang membantu bergerak tapi juga butuh jalur landai atau lift.
Contoh lainnya dari ABK adalah anak yang memiliki penyakit epilepsi atau diabetes. Mereka mungkin memerlukan obat atau bantuan lain saat menjalani aktivitas sehari-hari.
Selain itu, anak yang memiliki masalah dengan penglihatan, pendengaran, dan kemampuan berbicara juga termasuk anak berkebutuhan khusus.
Termasuk juga anak dengan down syndrome yang biasanya memiliki masalah dengan kemampuan belajar sehingga butuh pendamping di sekolah. Akan tetapi, tidak semua anak berkebutuhan khusus bisa langsung diidentifikasi dengan melihatnya.
Ada anak berkebutuhan khusus yang mungkin memiliki masalah dengan kecemasan (anxiety) sehingga mereka harus menceritakan atau memberitahukan kondisinya pada orang lain karena kecemasan tidak bisa selalu dilihat.
Artikel terkait: Pengakuan Ibu dengan Anak Berkebutuhan Khusus, “Olahraga Menjaga Kesehatan Mentalku”
Apa Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus?
Sebenarnya, tantangan yang dihadapi para anak berkebutuhan khusus bersifat unik dan khusus.
Akan tetapi, secara umum ada empat kategori utama disabilitas, yakni fisik, perilaku, perkembangan, dan sensorik, seperti melansir dari Helpers Community.
1. Disabilitas Fisik
Disabilitas fisik adalah gangguan jangka panjang atau permanen pada fungsi fisik tubuh yang pada akhirnya memengaruhi mobilitas atau fungsi fisik seseorang.
Penyebabnya beragam, bisa jadi faktor keturunan, diwariskan, atau akibat kecelakaan, cidera, penyakit, dan efek pasca-operasi.
Contohnya adalah amputasi, cedera tulang belakang, cedera otak, dan lainnya.
2. Disabilitas Perilaku
Disabilitas perilaku adalah jenis disabilitas yang melibatkan pola perilaku mengganggu di luar norma yang dapat menimbulkan masalah bagi anak.
Masih banyak yang salah mengartikan disabilitas perilaku sebagai perilaku anak yang tidak baik.
Faktanya, perilaku yang mengganggu sebenarnya adalah kondisi kesehatan mental yang dapat didiagnosis, yang sering kali dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Contoh gangguan perilaku yakni:
- Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD)
- Oppositional Defiant Disorder (ODD)
- Gangguan kecemasan umum
- Gangguan makan
- Obsessive Compulsive Disorder (OCD)
- Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD).
3. Disabilitas Perkembangan
Disabilitas perkembangan adalah istilah umum untuk berbagai kondisi kronis yang berkaitan dengan kapasitas mental atau fisik, muncul sebelum dewasa dan menimbulkan tantangan seumur hidup.
Contohnya adalah:
4. Disabilitas Sensorik
Disabilitas sensorik adalah disabilitas yang berkaitan dengan indra, misalnya penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba.
Anak berkebutuhan khusus yang mengalami disabilitas sensorik terbatas aksesnya terhadap informasi visual dan/atau pendengaran.
Contoh disabilitas sensorik adalah:
- Kesulitan mendengar atau ketulian
- Gangguan penglihatan, termasuk kebutaan
- Gangguan pemrosesan sensorik.
Artikel terkait: Miliki Anak Berkebutuhan Khusus, karena Kami Orang Tua yang Terpilih
Apa Ciri-ciri Anak Berkebutuhan Khusus?
Ciri-ciri anak berkebutuhan khusus mungkin akan berbeda antara satu dengan yang lain, tergantung pada disabilitas yang dialami oleh anak tersebut.
Akan tetapi, berikut adalah contoh ciri-ciri anak berkebutuhan khusus, seperti melansir dari Fabulous Mom Life.
1. Melewatkan Tahapan Perkembangan
Salah satu tanda peringatan dini bahwa anak memiliki kebutuhan khusus adalah ia melewatkan tahapan perkembangan.
Misalnya anak usia 1 tahun sudah bisa berdiri tegak dan bermain, namun si Kecil belum bisa.
2. Kesulitan Fokus dan Mengendalikan Impuls
Ada saat di mana anak-anak mengalami kesulitan fokus dan mengendalikan impuls.
Namun jika anak tidak pernah mampu untuk fokus dan sangat hiperaktif dalam berbagai situasi, maka ada kemungkinan ia mengalami ADHD.
Anak mungkin kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah karena mudah teralihkan perhatiannya atau kesulitan duduk diam.
3. Kesulitan Melakukan Kontak Mata
Kebanyakan anak akan mulai melakukan kontak mata di usia sekitar 6-8 minggu. Persepsi visual dan komunikasi mereka juga akan lebih maju saat usianya 16 minggu.
Jika seorang anak mengalami kesulitan melakukan kontak mata, bisa jadi ia menghadapi gangguan spektrum autisme.
Anak-anak dengan autisme cenderung kesulitan melakukan kontak mata, dan mereka kurang menunjukkan respons terhadap orang lain.
Misalnya mereka tidak menanggapi saat dipanggil, tidak tersenyum, maupun tidak berbicara saat diajak mengobrol.
4. Kesulitan Berbicara
Anak-anak dengan gangguan spektrum autisme juga sering kali mengalami kesulitan berbicara.
Contohnya, mereka tidak mulai berbicara pada saat yang sama dengan teman sebayanya, atau mereka mungkin tidak berbicara sama sekali.
Kesulitan berbicara juga bisa menjadi indikator berbagai gangguan belajar berbasis kesadaran fonemik.
5. Kesulitan Membaca dan Mengeja
Jika anak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia kesulitan membaca dan mengeja, maka ada kemungkinan ia mengalami disleksia.
Disleksia adalah ketidakmampuan yang memengaruhi kemampuan anak untuk secara konsisten menghubungkan kata dan huruf tertulis dengan bunyi yang mereka buat.
6. Kesulitan Memahami Pelajaran atau Mengingat Informasi
Salah satu tanda peringatan anak berkebutuhan khusus adalah ia kesulitan memahami pelajaran di sekolah atau mengingat informasi yang disampaikan pada mereka.
Si Kecil mungkin saja tidak mengenali huruf, tidak tertarik membaca atau menulis, tidak memahami instruksi, atau mengalami kesulitan memegang dan menulis dengan pensil.
7. Kontrol Otot, Ucapan, dan Penglihatan Buruk
Jika anak memiliki kontrol otot, ucapan, dan penglihatan yang buruk, bisa jadi itu adalah tanda awal ia mengalami cerebral palsy.
Cerebral palsy adalah kelainan otak yang memengaruhi koordinasi, gerakan, dan postur tubuh.
Artikel terkait: Penuh Kesabaran, 7 Artis Ini Besarkan Anaknya yang Berkebutuhan Khusus
Bagaimana Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus?
Melansir dari UNICEF, ada beberapa cara yang bisa orang tua lakukan untuk menangani, mengasuh, dan menstimulasi tumbuh kembangnya.
Berikut hal yang bisa orang tua lakukan dalam merawat anak berkebutuhan khusus.
1. Fokus pada Kelebihan Anak
Setiap anak memiliki kelebihan, terlepas dari si Kecil yang mempunyai kondisi khusus.
Oleh karena itu, penting bagi Parents untuk fokus pada apa yang dapat dilakukan oleh anak dan kemampuan mereka daripada disabilitas mereka.
2. Menstimulasi Perkembangan Anak
Ketika si Kecil berada di sekitar Parents, pastikan bahwa Parents meluangkan waktu untuk berbicara dengan mereka, berkomunikasi, menjelaskan dengan bahasa yang mereka pahami, tersenyum pada mereka, memberi tahu semua tentang lingkungan mereka, dan membuat suara-suara agar mereka menanggapi.
3. Ajak Anak Bermain
Anak berkebutuhan khusus senang diajak bermain seperti anak-anak lainnya.
Parents bisa membacakan buku untuk mereka, memperlihatkan gambar-gambar, memeluk, dan membelai mereka.
Anak berkebutuhan khusus akan merespons dengan cara tertawa dan tersenyum. Namun jika anak tidak menyukai permainan yang sedang dilakukan, mereka akan berhenti tersenyum.
4. Konsultasi dengan Dokter Spesialis Anak dan Dapatkan Pendidikan yang Tepat
Konsultasikan dan bicarakan dengan dokter spesialis anak terkait perkembangan dan kondisi si Kecil agar bisa mendukung tumbuh kembangnya sesuai dengan kondisi yang dialaminya.
Dokter bisa memberikan saran bagaimana Parents harus menghadapi dan mendidik si Kecil.
Selain itu, pilih lembaga pendidikan yang tepat, yang mampu memfasilitasi anak berkebutuhan khusus sesuai dengan kondisinya.
Meski anak punya kondisi khusus, bukan berarti mereka tidak bisa sekolah dan belajar seperti anak lainnya.
***
Anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang membutuhkan bantuan ekstra dari orang sekitar dan fasilitas di lingkungan sekitarnya agar bisa beraktivitas dan menjalani kegiatan sehari-hari.
Mereka membutuhkan perhatian dan penanganan spesial agar bisa berbaur dengan lingkungannya.
Jika Parents memiliki anak berkebutuhan khusus atau curiga si Kecil memiliki kondisi khusus dengan fisik maupun mentalnya, segera konsultasikan dengan dokter spesialis anak, ya.
Tujuannya agar kondisi si Kecil lekas terdeteksi dan Parents bisa tahu harus bagaimana menghadapi anak berkebutuhan khusus.
Baca Juga:
20+ Ciri-ciri Anak Autisme dari Ringan hingga Berat Sesuai Usia
Ciri Anak Autis Ternyata bisa Dideteksi Lewat Bermain Cilukba, Ini Penelitiannya
Anak Terlambat Bicara: Ciri, Penyebab dan Cara Mengatasi
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.