Gejala anak dengan autisme dan ADHD bisa mirip. Padahal, kedua kondisi ini sama sekali berbeda. Apa saja perbedaan Autisme dan ADHD?
Gangguan spektrum autisme (GSA) dan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) pada anak bisa terlihat sama. Pada kedua kondisi tersebut, anak-anak dapat mengalami kesulitan untuk fokus atau konsentrasi. Mereka juga bisa berlaku impulsif, sulit berkomunikasi atau menjalin hubungan interpersonal, serta kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Namun sebenarnya, GSA dan ADHD adalah dua kondisi yang berbeda. Bagaimana perbedaannya?
Gangguan spektrum autisme versus ADHD

Gangguan spektrum autisme adalah serangkaian gangguan perkembangan yang dapat memengaruhi keterampilan seseorang dalam berbahasa, berperilaku, berinteraksi sosial dan belajar.
Jumlah penderitanya terus meningkat sejak tahun 2002. Faktanya, sekitar 1 dari 59 anak terdiagnosis dengan GSA. Anak laki-laki 3-4 kali lipat lebih berisiko mengalaminya ketimbang anak perempuan.
Bagaimana dengan ADHD? Kondisi ini berdampak pada cara otak tumbuh dan berkembang. Di Amerika Serikat, sekitar 9,4 persen anak berusia 2-17 tahun terdiagnosis dengan ADHD. Di Indonesia, jumlah penderitanya tidak diketahui secara pasti. Namun, sebuah penelitian terbatas di Jakarta melaporkan bahwa prevalensi ADHD sebesar 4,2 persen. Usia rata-rata anak yang terdiagnosis ADHD adalah 7 tahun dan lebih banyak didapati pada anak laki-laki.
Sampai saat ini, dikenal tiga tipe ADHD, yakni tipe hiperaktif-impulsif, tipe inatentif (tidak mampu mempertahankan perhatian), dan tipe kombinasi. Tipe kombinasi, di mana seseorang mengalami gejala-gejala hiperaktif-impulsif dan inatentif, adalah yang paling banyak ditemukan.
Perbedaan Autisme dan ADHD yang Mendasar
Pada tahap awal, baik GSA dan ADHD menunjukkan gejala yang mirip, yakni sulit berkomunikasi dan konsentrasi. Akibatnya, kondisi ini sering dipertukarkan. Padahal, ada perbedaan-perbedaan yang mendasar pada keduanya.
-
Cara mereka memperhatikan sesuatu
Anak dengan GSA sulit untuk fokus pada hal-hal yang tidak mereka sukai, seperti membaca, mengerjakan teka-teki atau bermain puzzle. Sebaliknya, mereka bisa terpaku pada hal-hal yang disukai dan tampak terobsesi. Anak dengan ADHD tidak demikian, mereka tidak suka dan menghindari hal-hal yang memerlukan konsentrasi atau perhatian.

-
Cara mereka berkomunikasi
Pada GSA dan ADHD, terjadi kesulitan untuk berkomunikasi dan bersosialisasi, serta ketidakmampuan untuk menunjukkan respon yang sesuai terhadap emosi atau perasaan orang lain. Akan tetapi, anak dengan GSA memiliki kesadaran sosial yang lebih rendah terhadap orang lain di sekitarnya. Kerap kali, mereka kesulitan untuk mengungkapkan kata-kata terkait apa yang dipikirkan atau dirasakan, dan mereka mungkin tidak dapat menunjuk suatu objek untuk memberi makna pada ucapan mereka. Mereka juga sulit melakukan kontak mata.
Sementara itu, anak dengan ADHD dapat bicara tanpa henti. A child with ADHD, on the other hand, may talk nonstop. Mereka juga cenderung menginterupsi ketika orang lain berbicara atau menyela dan mencoba mengambil alih percakapan. Namun demikian, sebagian anak dengan GSA juga bisa berbicara berjam-jam tentang topik yang menjadi minta mereka.
-
Perbedaan Autisme dan ADHD Dilihat dari Minat dan Jenis aktivitas yang Disukai
Anak dengan GSA menyukai keteraturan dan kegiatan yang repetitif (pengulangan), seperti misalnya menderetkan mobil-mobilan, membolak-balikkan benda atau lembaran buku. Mereka juga biasanya memilih makanan yang sama di restoran favorit atau terobsesi dengan satu benda tertentu. Mereka akan cemas atau marah ketika rutinitas berubah.

Sebaliknya, anak dengan ADHD tidak menyukai rutinitas dan kegiatan yang sama, meski itu membantu mereka. Pada dasarnya, anak-anak ini tidak suka melakukan hal yang sama berulang-ulang atau untuk waktu yang lama. Mereka mudah teralih, cepat bosan dan dengan mudah berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas lain. Inilah yang menjadi salah stu perbedaan autisme dan ADHD.
Keduanya Bisa Terjadi Bersamaan
Mungkin yang menyebabkan gejala GSA dan ADHD sulit dibedakan adalah karena keduanya bisa terjadi bersamaan. Seorang anak bisa memiliki keduanya.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 14 persen anak dengan ADHD juga memiliki GSA. Dan salah satu studi di tahun 2013 menyebutkan bahwa anak-anak yang memiliki dua kondisi ini mengalami gejala yang lebih berat ketimbang anak ADHD yang tidak memiliki ciri GSA.
Dengan kata lain, anak-anak dengan kedua kondisi tersebut akan lebih sulit belajar dan lebih mengalami gangguan perkembangan dalam berbagai aspek ketimbang anak-anak yang hanya memiliki salah satunya.
Selain Memahami Perbedaan Autisme dan ADHD, Bagaimana Cara Mengetahui Anak mengalami GSA atau ADHA?
Penentuan diagnosisnya tidak mudah. Dokter mungkin hanya mendiagnosis salah satu kondisi saja. Bila Anda curiga si Kecil mengalami GSA atau ADHD, konsultasikan dengan dokter anak terlebih dulu. Biasanya, dokter anak kemudian akan merujuk kepada yang lebih ahli, seperti dokter anak yang merupakan pakar dalam bidang tersebut, psikolog atau psikiater anak.
Untuk mendiagnosis GSA, dokter akan meminta orang tua untuk menjawab kuesioner tentang anak, yakni soal perilaku yang muncul ketika mereka masih sangat kecil. Tes lebih lanjut dapat mencakup kuesioner lanjutan, survei, daftar periksa (checklist), wawancara, dan observasi aktivitas.
Untuk mendiagnosis ADHD, dokter akan mencari pola perilaku dari waktu ke waktu seperti apakah si Kecil sering teralih perhatiannya atau pelupa, tidak mengikuti petunjuk atau instruksi, sulit menunggu giliran, dan gelisah atau menggeliat sebagai bentuk kecemasan. Dokter akan meminta informasi dari orang tua, guru, dan orang dewasa lain yang merawat anak tersebut. Tes lain dapat berupa pemeriksaan untuk menyingkirkan kemungkinan lain yang menyebabkan gejala.
Terapi Anak dengan GSA atau ADHD
Meski kedua kondisi ini sulit dibedakan—oleh dokter sekalipun—penting bagi si Kecil untuk mendapatkan terapi yang sesuai sehingga mereka tidak kehilangan aspek perkembangan dan pembelajaran yang penting.
Berbagai jenis terapi, seperti terapi perilaku, wicara, integrasi sensorik, dan terapi okupasi, dapat membantu anak dengan GSA berkomunikasi dan bergaul dengan lebih baik. Obat-obatan memang tidak menyembuhkan, namun dapat memperbaiki beberapa gejala autisme yang mengganggu.

Sedangkan untuk anak dengan ADHD, tidak ada satu cara tertentu yang dapat mengatasinya. Pada prinsipnya, anak yang lebih kecil mulai dengan terapi perilaku. Obat-obatan dapat diberikan bila perlu. Untuk anak yang lebih tua akan mendapatkan kombinasi keduanya. Gejala ADHD dan juga terapinya, dapat berubah seiring dengan waktu. Oleh karena itu, terapi yang berhasil di masa lalu belum tentu berefek di masa depan.
Meski GSA dan ADHD adalah kondisi yang dialami seumur hidup, tak ada perbedaan autisme dan ADHD di mana kedua kondisi ini dapat dikelola dan dikendalikan dengan terapi yang tepat, sesuai kebutuhan anak. Orangtua berperan penting pada kesuksesan terapi, yang akan membantu si Kecil menjalani hidup yang penuh makna, bahagia dan sehat.
Baca juga :
id.theasianparent.com/mitos-dan-fakta-autisme
id.theasianparent.com/wina-natalia
id.theasianparent.com/ciri-anak-autis
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.