Gejala anak dengan autisme dan ADHD bisa mirip. Padahal, kedua kondisi ini sama sekali berbeda. Apa saja perbedaan autisme dan ADHD?
Gangguan Spektrum Autisme (GSA) dan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) pada anak bisa terlihat sama. Pada kedua kondisi tersebut, anak-anak dapat mengalami kesulitan untuk fokus atau konsentrasi.
Mereka juga bisa berlaku impulsif, sulit berkomunikasi atau menjalin hubungan interpersonal, serta kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah.
Akan tetapi, sebenarnya GSA dan ADHD adalah dua kondisi yang berbeda. Bagaimana perbedaannya?
Artikel Terkait: Pentingnya Pahami Gangguan Spektrum Autisme pada Anak, Ini Ciri-ciri dan Jenisnya!
Perbedaan Autisme dan ADHD yang Mendasar
Pada tahap awal, baik GSA dan ADHD menunjukkan gejala yang mirip, yakni sulit berkomunikasi dan konsentrasi.
Akibatnya, kondisi ini sering dipertukarkan. Padahal, ada perbedaan-perbedaan yang mendasar pada keduanya.
1. Cara Mereka Memperhatikan Sesuatu
Anak dengan GSA sulit untuk fokus pada hal-hal yang tidak mereka sukai, seperti membaca, mengerjakan teka-teki atau bermain puzzle.
Sebaliknya, mereka bisa terpaku pada hal-hal yang disukai dan tampak terobsesi. Anak dengan ADHD tidak demikian, mereka tidak suka dan menghindari hal-hal yang memerlukan konsentrasi atau perhatian.
2. Cara Mereka Berkomunikasi
Pada GSA dan ADHD, terjadi kesulitan untuk berkomunikasi dan bersosialisasi, serta ketidakmampuan untuk menunjukkan respons yang sesuai terhadap emosi atau perasaan orang lain.
Namun, anak dengan GSA memiliki kesadaran sosial yang lebih rendah terhadap orang lain di sekitarnya.
Kerap kali, mereka kesulitan untuk mengungkapkan kata-kata terkait apa yang dipikirkan atau dirasakan, dan mereka mungkin tidak dapat menunjuk suatu objek untuk memberi makna pada ucapan mereka. Pun sulit melakukan kontak mata.
Sementara itu, anak dengan ADHD dapat bicara tanpa henti. Mereka juga cenderung menginterupsi ketika orang lain berbicara atau menyela dan mencoba mengambil alih percakapan.
Namun demikian, sebagian anak dengan GSA juga bisa berbicara berjam-jam tentang topik yang menjadi minta mereka.
Artikel Terkait: Jangan Dipandang Sebelah Mata, Ini 6 Kelebihan Anak Hiperaktif atau ADHD
3. Perbedaan Autisme dan ADHD Dilihat dari Minat dan Jenis Aktivitas yang Disukai
Anak dengan GSA menyukai keteraturan dan kegiatan yang repetitif (pengulangan), seperti menderetkan mobil-mobilan, membolak-balikkan benda atau lembaran buku.
Mereka juga biasanya memilih makanan yang sama di restoran favorit atau terobsesi dengan satu benda tertentu. Mereka akan cemas atau marah ketika rutinitas berubah.
Sebaliknya, anak dengan ADHD tidak menyukai rutinitas dan kegiatan yang sama, meski itu membantu mereka. Pada dasarnya, anak-anak ini tidak suka melakukan hal yang sama berulang-ulang atau untuk waktu yang lama.
Mereka mudah teralih, cepat bosan dan dengan mudah berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas lain. Inilah yang menjadi salah satu perbedaan autisme dan ADHD.
4. Keduanya Bisa Terjadi Bersamaan
Mungkin yang menyebabkan gejala GSA dan ADHD sulit dibedakan adalah karena keduanya bisa terjadi bersamaan. Seorang anak bisa memiliki keduanya.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 14 persen anak dengan ADHD juga memiliki GSA.
Salah satu studi di tahun 2013 menyebutkan bahwa anak-anak yang memiliki dua kondisi ini mengalami gejala yang lebih berat ketimbang anak ADHD yang tidak memiliki ciri GSA.
Dengan kata lain, anak-anak dengan kedua kondisi tersebut akan lebih sulit belajar dan lebih mengalami gangguan perkembangan dalam berbagai aspek ketimbang anak-anak yang hanya memiliki salah satunya.
Berikut perbandingan kedua kondisi dan gejalanya, mengutip dari Healthline:
|
Gejala
|
ADHD
|
Autisme
|
Mudah terdistraksi
|
v
|
|
Sering melompat dari satu tugas ke tugas lainnya atau cepat bosan dengan tugas tertentu
|
v
|
|
Tidak responsif terhadap rangsangan umum
|
|
v
|
Kesulitan fokus, atau berkonsentrasi dan mempersempit perhatian pada satu hal
|
v
|
|
Fokus dan konsentrasi yang intens pada suatu objek
|
|
v
|
Berbicara tanpa henti atau melontarkan sesuatu
|
v
|
|
Hiperaktif
|
v
|
|
Kesulitan duduk diam
|
v
|
|
Mengganggu percakapan atau aktivitas orang lain
|
v
|
|
Kurangnya perhatian atau ketidakmampuan untuk bereaksi terhadap emosi atau perasaan orang lain
|
v
|
v
|
Melakukan gerakan berulang, seperti bergoyang atau memutar
|
|
v
|
Menghindari kontak mata
|
|
v
|
Cenderung menarik diri
|
|
v
|
Memiliki gangguan interaksi sosial
|
|
v
|
Tonggak perkembangan yang tertunda
|
|
v
|
Agar bisa memahami perbedaan keduanya lebih dalam lagi, Parents bisa pelajari pengertian autisme dan ADHD berikut ini.
Pengertian Autisme dan ADHD
Autisme
Autism Spectrum Disorder (ASD) atau gangguan spektrum autisme mengacu pada berbagai kondisi yang ditandai dengan masalah keterampilan sosial, perilaku berulang, ucapan, dan komunikasi nonverbal.
Beberapa orang dengan ASD mungkin memerlukan bantuan yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari mereka, sementara yang lain mungkin membutuhkan lebih sedikit bantuan dan dalam beberapa kasus tak jarang orang dengan autisme bisa hidup mandiri sepenuhnya.
Orang autis mungkin bertindak dengan cara yang berbeda dengan orang lain. Namun, autisme bukanlah sebuah penyakit, melainkan berarti otaknya bekerja dengan cara yang berbeda dari orang lain.
Beberapa orang autis memiliki kecerdasan rata-rata atau di atas rata-rata, tetapi beberapa dari mereka juga mungkin memiliki ketidakmampuan/kesulitan belajar atau learning disability.
ADHD
Sementara itu, attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) adalah salah satu gangguan mental yang paling umum terjadi pada anak-anak.
Kondisi ADHD ditandai dengan tidak mampu fokus, hiperaktif, dan impulsif.
ADHD sering kali diidentifikasi pada anak usia sekolah ketika ia dinilai menyebabkan ‘gangguan’ di kelas atau masalah dengan pekerjaan sekolah.
ADHD lebih sering didiagnosis terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan.
Banyak anak mungkin mengalami kesulitan untuk duduk diam, menunggu giliran, memperhatikan, gelisah, dan bertindak impulsif.
Namun, anak-anak yang memenuhi kriteria diagnostik untuk ADHD memiliki ciri khusus dalam gejala hiperaktif, impulsif, organisasi, kurang perhatian yang cenderung lebih kuat dibandingkan anak seusianya.
Anak dengan ADHD dapat mengalami kesulitan yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari anak dan menyebabkan masalah di rumah, sekolah, dan dalam hubungan dengan orang lain.
Artikel terkait: 15 Ciri Anak Autisme dari Ringan hingga Berat, Parents Perlu Tahu!
Penyebab
Penyebab pasti dari ADHD masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi ada beberapa faktor yang berpengaruh, misalnya genetik. ADHD cenderung diturunkan dalam keluarga.
Penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki orang tua dan/atau saudara kandung yang memiliki ADHD berisiko tinggi mengalami ADHD juga.
Sama seperti ADHD, gangguan spektrum autisme juga tidak memiliki penyebab yang diketahui pasti.
Autisme adalah gangguan spektrum, oleh karena itu setiap orang dengan autisme memiliki masalah yang berbeda-beda.
Mengingat kompleksitas gangguan, dan fakta bahwa gejala dan tingkat keparahannya bervariasi, mungkin ada banyak penyebab. Baik genetika dan lingkungan bisa berperan sebagai faktor risiko.
Gejala
Gejala ADHD
Ada 3 gejala khusus ADHD yaitu:
- Inatensi, yaitu tidak mampu menjaga fokus
- Hiperaktif, gerakan berlebih yang tidak sesuai dengan situasi
- Impulsif, tindakan tergesa-gesa yang terjadi pada saat tanpa berpikir
Seorang anak yang menunjukkan pola inatensi mungkin sering:
- Gagal memperhatikan detail atau membuat kesalahan ceroboh dalam tugas sekolah
- Mengalami kesulitan untuk tetap fokus dalam tugas atau bermain
- Tampak tidak mendengarkan, bahkan ketika diajak bicara secara langsung
- Mengalami kesulitan mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas sekolah atau pekerjaan rumah
- Mengalami kesulitan mengatur tugas dan aktivitas
- Menghindari atau tidak suka tugas yang membutuhkan upaya mental yang terfokus
- Kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas atau aktivitas, misalnya mainan, tugas sekolah, pensil
- Mudah terdistraksi
- Lupa melakukan beberapa kegiatan sehari-hari, seperti lupa mengerjakan tugas.
Sedangkan seorang anak yang menunjukkan pola gejala hiperaktif dan impulsif mungkin sering:
- Tampak gelisah
- Menepuk tangan atau menggerakan kaki kakinya, atau menggeliat di kursi
- Mengalami kesulitan untuk tetap duduk di kelas atau dalam situasi lain
- Menunjukkan gerakan konstan
- Berlari atau memanjat dalam situasi yang tidak tepat
- Mengalami kesulitan bermain atau melakukan aktivitas dengan tenang
- Terlalu banyak bicara
- Mengalami kesulitan untuk menunggu gilirannya
- Menyela atau mengganggu percakapan, permainan, atau aktivitas orang lain.
Artikel Terkait: 20+ Ciri-ciri Anak Autisme dari Ringan hingga Berat Sesuai Usia
Gejala Autisme
Seorang anak dengan gangguan spektrum autisme mungkin memiliki masalah dengan interaksi sosial dan keterampilan komunikasi, termasuk salah satu dari tanda-tanda ini:
- Gagal merespons namanya atau terkadang tampak tidak mendengar orang berbicara
- Menolak memeluk dan memegang, dan tampaknya lebih suka bermain sendiri
- Memiliki kontak mata yang buruk dan tidak memiliki ekspresi wajah
- Tidak berbicara atau mengalami keterlambatan bicara, atau kehilangan kemampuan sebelumnya untuk mengucapkan kata atau kalimat
- Tidak dapat memulai percakapan atau melanjutkan percakapan
- Berbicara dengan nada atau ritme yang tidak normal dan mungkin menggunakan suara nyanyian atau ucapan seperti robot
- Mengulangi kata atau frasa kata demi kata, tetapi tidak mengerti cara menggunakannya
- Tampaknya tidak memahami pertanyaan atau petunjuk sederhana
- Tidak mengungkapkan emosi atau perasaan dan tampak tidak menyadari perasaan orang lain
- Tidak menunjuk atau membawa benda untuk berbagi minat dengan orang lain
- Pendekatan interaksi sosial yang tidak tepat dengan bersikap pasif, agresif, atau mengganggu
- Memiliki kesulitan mengenali isyarat nonverbal, seperti menafsirkan ekspresi wajah orang lain, postur tubuh atau nada suara.
Ada juga pola-pola perilaku khusus dari orang dengan spektrum autisme seperti:
- Melakukan gerakan berulang, seperti mengayun, berputar, atau mengepakkan tangan
- Melakukan aktivitas yang dapat membahayakan diri sendiri, seperti menggigit atau membenturkan kepala
- Mengembangkan rutinitas atau ritual tertentu dan menjadi terganggu pada perubahan sekecil apa pun
- Memiliki masalah dengan koordinasi atau memiliki pola gerakan yang aneh, seperti kecanggungan atau berjalan dengan jari kaki
- Memiliki bahasa tubuh yang aneh, kaku, atau berlebihan
- Terpesona oleh detail suatu objek, seperti roda mobil mainan yang berputar, tetapi tidak memahami keseluruhan tujuan atau fungsi objek tersebut
- Sangat sensitif terhadap cahaya, suara atau sentuhan, tetapi mungkin acuh tak acuh terhadap rasa sakit atau suhu
- Tidak bisa bermain pura-pura atau meniru sesuatu
- Memperhatikan objek atau aktivitas tertentu dengan intensitas atau fokus yang tidak normal
- Memiliki preferensi makanan tertentu, seperti hanya makan sedikit, atau menolak makanan dengan tekstur tertentu.
Artikel terkait: 5 Gejala Gangguan Mental Pada Anak-anak, Bunda Wajib Tahu!
Cara Mendiagnosis
Penentuan diagnosisnya tidak mudah. Dokter mungkin hanya mendiagnosis salah satu kondisi saja. Bila Parents curiga si kecil mengalami GSA atau ADHD, konsultasikan dengan dokter anak terlebih dulu.
Biasanya, dokter anak kemudian akan merujuk kepada yang lebih ahli, seperti dokter anak yang merupakan pakar dalam bidang tersebut, psikolog atau psikiater anak.
Untuk mendiagnosis GSA, dokter akan meminta orang tua untuk menjawab kuesioner tentang anak, yakni soal perilaku yang muncul ketika mereka masih sangat kecil.
Tes lebih lanjut dapat mencakup kuesioner lanjutan, survei, daftar periksa (checklist), wawancara, dan observasi aktivitas.
Untuk mendiagnosis ADHD, dokter akan mencari pola perilaku dari waktu ke waktu seperti apakah si kecil sering teralih perhatiannya atau pelupa, tidak mengikuti petunjuk atau instruksi, sulit menunggu giliran, dan gelisah atau menggeliat sebagai bentuk kecemasan.
Dokter akan meminta informasi dari orang tua, guru, dan orang dewasa lain yang merawat anak tersebut.
Tes lain dapat berupa pemeriksaan untuk menyingkirkan kemungkinan lain yang menyebabkan gejala.
Artikel Terkait: Sindrom Asperger, Apa Bedanya dengan Autisme? Kenali 10 Cirinya Berikut Ini
Cara Merawat
Meski kedua kondisi ini sulit dibedakan—oleh dokter sekalipun—penting bagi si kecil untuk mendapatkan terapi yang sesuai sehingga mereka tidak kehilangan aspek perkembangan dan pembelajaran yang penting.
Berbagai jenis terapi, seperti terapi perilaku, wicara, integrasi sensorik, dan terapi okupasi, dapat membantu anak dengan GSA berkomunikasi dan bergaul dengan lebih baik.
Obat-obatan memang tidak menyembuhkan, tetapi dapat memperbaiki beberapa gejala autisme yang mengganggu.
Sedangkan untuk anak dengan ADHD, tidak ada satu cara tertentu yang dapat mengatasinya. Pada prinsipnya, anak yang lebih kecil mulai dengan terapi perilaku. Obat-obatan dapat diberikan bila perlu.
Untuk anak yang lebih tua akan mendapatkan kombinasi keduanya. Gejala ADHD dan juga terapinya, dapat berubah seiring dengan waktu.
Oleh karena itu, terapi yang berhasil di masa lalu belum tentu berefek di masa depan.
Meski GSA dan ADHD adalah kondisi yang dialami seumur hidup, tak ada perbedaan autisme dan ADHD di mana kedua kondisi ini dapat dikelola dan dikendalikan dengan terapi yang tepat, sesuai kebutuhan anak.
Orang tua berperan penting pada kesuksesan terapi, yang akan membantu si kecil menjalani hidup yang penuh makna, bahagia dan sehat.
Artikel Terkait: Penanganan ADHD atau Anak Hiperaktif, Perlukah Minum Obat?
Gangguan Spektrum Autisme Vs ADHD
Gangguan spektrum autisme adalah serangkaian gangguan perkembangan yang dapat memengaruhi keterampilan seseorang dalam berbahasa, berperilaku, berinteraksi sosial, dan belajar.
Jumlah penderitanya terus meningkat sejak tahun 2002. Faktanya, sekitar 1 dari 59 anak terdiagnosis dengan GSA. Anak laki-laki 3-4 kali lipat lebih berisiko mengalaminya ketimbang anak perempuan.
Bagaimana dengan ADHD? Kondisi ini berdampak pada cara otak tumbuh dan berkembang. Di Amerika Serikat, sekitar 9,4 persen anak berusia 2-17 tahun terdiagnosis dengan ADHD.
Di Indonesia, jumlah penderitanya tidak diketahui secara pasti. Namun, sebuah penelitian terbatas di Jakarta melaporkan bahwa prevalensi ADHD sebesar 4,2 persen.
Usia rata-rata anak yang terdiagnosis ADHD adalah 7 tahun dan lebih banyak didapati pada anak laki-laki.
Sampai saat ini, dikenal tiga tipe ADHD, yakni tipe hiperaktif-impulsif, tipe inatentif (tidak mampu mempertahankan perhatian), dan tipe kombinasi.
Tipe kombinasi, di mana seseorang mengalami gejala-gejala hiperaktif-impulsif dan inatentif, adalah yang paling banyak ditemukan.
Artikel terkait: Mengenal Apa Itu Sindrom Savant, Kemampuan dan Bakat Luar Biasa pada Anak dengan Gangguan Autisme
Meski sepintas terlihat sama karena ada beberapa gejala yang serupa, autisme dan ADHD adalah dua kondisi yang berbeda.
Terapi yang dibutuhkan oleh anak dengan autisme dan ADHD juga berbeda satu sama lain.
Semoga bermanfaat!
Artikel diupdate oleh: Annisa Pertiwi
Baca juga:
10 Mitos dan Fakta Autisme pada Anak, Parents Wajib Tahu!
Cerita Wina Natalia, Istri Musisi Anji: "Jangan Malu Memiliki Anak Istimewa"
Ciri Anak Autis Ternyata bisa Dideteksi Lewat Bermain Cilukba, Ini Penelitiannya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.