Pandemi COVID-19 belum benar-benar usai. Virus Corona sangat mudah bermutasi menjadi varian lain dan bersifat lebih mudah menular, yang terbaru varian Omicron. Kabar virus Omicron di Indonesia pun langsung menjadi perhatian para ahli.
Mengutip dari CNN, epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, memperkirakan COVID-19 varian SARS-CoV-2 B.1.1.529 atau yang dikenal dengan varian Omicron kemungkinan besar telah menjangkiti Indonesia.
Dicky menjelaskan, varian Omicron merupakan turunan mutasi dari varian yang ditemukan di Italia pada Maret-April 2020. Oleh karenanya, Dicky meminta pemerintah untuk lebih agresif dalam melakukan teknik pencarian strain virus dengan metode Whole Genome Sequence (WGS).
“Bicara potensinya, ya, kemungkinan sebenarnya sudah ada di mana-mana, termasuk kemungkinan, ya, sudah masuk juga Indonesia. Namun ini artinya perkara waktu, ya. Kalau melihat potensi dari satu varian yang begitu efektif dalam menginfeksi,” ujar Dicky, mengutip dari CNN.
Artikel terkait: Lebih Menular, Varian Baru COVID-19 Virus Omicron Diprediksi Picu Gelombang Ketiga
Varian Omicron Dinilai Berbahaya
Dicky menuturkan, varian Omicron termasuk berbahaya, karena merupakan satu-satunya varian COVID-19 yang langsung dikategorikan Variant of Concern (VoC) oleh WHO.
Padahal, biasanya status varian COVID-19 dinyatakan secara bertahap sesuai dengan tingkat keparahannya, dalam memengaruhi kondisi pengendalian pandemi di suatu negara.
“Kalau secara deteksi, varian Omicron ditemukan di 11 November di Afrika Selatan itu karena mereka memiliki kemampuan WGS yang jauh (rendah) dibanding negara lain. Artinya, besar kemungkinan sebelum itu sudah ada, dan Afrika Selatan hanya ketempatan menemukan seperti halnya varian Beta itu,” jelasnya.
Sifat varian Omicron yang cepat menular, menurut Dicky, menunjukkan bahwa virus ini sudah menyebar di sejumlah negara, lebih dari yang sudah diumumkan hingga saat ini. Ada kemungkinan varian ini 500 persen lebih cepat menular dari varian yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China.
Dicky juga memperkirakan varian Omicron akan menjadi salah satu kontributor kenaikan kasus COVID-19 di seluruh dunia, bahkan bisa jadi Indonesia. Meskipun kasus varian baru ini belum ditemukan di Indonesia, ia menyarankan pemerintah melakukan berbagai langkah mitigasi.
Artikel terkait: Waspada Gejala Long Covid Syndrome, Istilah Resmi WHO untuk Kondisi Long Covid
Tahun 2022 Diperkirakan Lebih Kompleks karena Virus Omicron, Termasuk di Indonesia
Mengingat masifnya varian Omicron, Dicky menyebut kemungkinan dampaknya terhadap kondisi di 2022. Menurutnya, tahun depan mungkin akan menjadi tahun yang sulit diprediksi.
“Karena varian Omicron ini akan membuat 2022 menjadi tahun yang cukup kompleks prediksinya. Data imunitas sulit diprediksi, data surveilans, serologi. Dunia di akhir tahun setengah penduduk dunia sudah kebal. Tapi ada setengahnya yang masih rawan. Gelombang ketiga di 2022 jauh lebih kompleks dibandingkan gelombang di 2021,” kata Dicky.
Untuk itu Dicky mendorong agar pemerintah terus menggencarkan upaya testing, tracing, dan treatment (3T), pemeriksaan WGS, serta mengakselerasi capaian program vaksinasi nasional, terutama pada kelompok rentan seperti warga lanjut usia.
Ia juga mengimbau masyarakat dan pemerintah Indonesia untuk memperkuat aksi pencegahan dengan mengamalkan pola hidup sehat dan protokol 5M.
Artikel terkait: Penelitian Ungkap COVID-19 Bisa Sebabkan Diabetes, Ini Penjelasannya
Gejala yang Timbul karena Virus Omicron
Sementara itu, sumber lain menyebutkan bahwa meski Omicron sangat cepat menular, gejala yang timbul karena terjangkit virus ini adalah tergolong ringan dan dapat dirawat di rumah. Hal tersebut seperti disampaikan oleh Dr Angelique Coetzee, seorang praktisi swasta dan ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan (Afsel).
Coetzee mengatakan seorang pasien melaporkan di kliniknya bahwa ia menjadi “sangat lelah” selama dua hari. Tubuhnya nyeri tubuh dan sakit kepala pada 18 November. Demikian seperti dikabarkan CNBC.
“Keluhan klinis yang paling dominan adalah kelelahan yang parah selama satu atau dua hari. Dengan mereka, sakit kepala dan tubuh pegal-pegal,” ucapnya.
Sebelum diberi nama Omicron oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), varian itu terdeteksi dan diumumkan oleh Institut Nasional Penyakit Menular (NICD) Afsel pada 25 November. Ini diambil dari sampel laboratorium dari 14 November hingga 16 November.
Berita varian baru yang muncul dari Afsel memicu reaksi cepat dari beberapa negara, termasuk Inggris yang memberlakukan larangan ke beberapa negara Afrika Selatan dengan segera.
Sejak Jumat lalu, banyak negara juga telah melarang perjalanan udara menuju dan dari Afrika Selatan, termasuk Amerika Serikat, negara-negara Eropa lainnya, dan beberapa negara Asia, termasuk Indonesia.
***
Demikian kabar soal virus Omicron. Lantaran diperkirakan virus Omicron ini bisa menjangkiti masyarakat di Indonesia, diharapkan Parents dan keluarga selalu taat pada protokol kesehatan.
Baca juga:
Benarkah 80 Persen Masyarakat Indonesia sudah Alami Infeksi Varian Delta?
Hasil Studi: Orang yang Belum Divaksin Cenderung Abai pada Pencegahan COVID-19
Lethologica atau Lupa Kata-kata, Salah Satu Efek Samping Covid-19
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.