Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan istilah resmi pertama tentang apa yang dimaksud dengan long covid syndrome atau sindrom long Covid.
Melansir dari Healthline, komunitas medis telah menyadari bahwa kebanyakan orang pulih dari COVID-19 dalam hitungan minggu, tetapi beberapa dari mereka juga mengalami gejala yang menetap. Bisa terjadi 4 minggu atau lebih, setelah orang tersebut terinfeksi virus penyebab COVID-19, Virus Corona baru.
Artikel terkait: Penyintas COVID-19, Ini Aturan Terbaru Vaksinasi yang Perlu Diketahui
WHO Tetapkan Istilah Resmi untuk Long Covid: Long Covid Syndrome
Hingga kini, sudah banyak penyintas COVID-19 yang mengalami kondisi Long Covid. Namun, pada saat itu belum ada definisi medis mengenai fenomena ini secara resmi.
Banyak yang mengatakan Long Covid sebagai kondisi pasca COVID-19. Kondisi tersebut terjadi pada individu dengan riwayat infeksi SARS-CoV-2 yang mungkin atau terkonfirmasi, biasanya 3 bulan sejak awal COVID-19. Gejala yang berlangsung setidaknya 2 bulan dan tidak dapat dijelaskan dengan diagnosis alternatif.
Definisi lebih lanjut menyatakan, bahwa gejala umum mungkin termasuk kelelahan, disfungsi kognitif, dan beberapa lainnya yang dapat memengaruhi fungsi sehari-hari.
Gejala-gejala ini mungkin baru muncul setelah pemulihan awal dari penyakit atau kelanjutan dari penyakit awal. Serta, gejalanya juga dapat berubah atau kambuh seiring waktu.
Menyikapi hal tersebut, WHO lantas memberikan istilah resmi mengenai kondisi ini, yakni kondisi pasca-Covid-19 atau Long Covid Syndrome.
Seberapa Lama long Covid Syndrome Dapat Memengaruhi Seseorang?
Inimary Toby , PhD, asisten profesor di Departemen Biologi di Universitas Dallas dan anggota American Physiological Society, mengatakan kondisi Long Covid dapat mempengaruhi orang dalam beberapa cara. Orang mungkin mengalami gejala terus-menerus, atau mungkin mengikuti perjalanan remisi dan kambuh.
Gejala juga dapat sangat bervariasi tetapi dapat mencakup disfungsi kognitif, kelelahan, dan sesak napas.
Beberapa komplikasi yang dijelaskan dengan baik dari Long Covid termasuk stroke atau serangan jantung. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa selama sakit akut, cenderung ada tiga kelompok gejala:
- Gejala pernapasan, termasuk batuk, dahak, dan sesak napas
- Munculnya gejala muskuloskeletal, termasuk nyeri otot dan sendi, sakit kepala, dan kelelahan
- Gejala enterik, termasuk sakit perut, muntah, dan diare
Joseph A. Roche, profesor di Program Terapi Fisik di Wayne State University dan anggota American Physiological Society yang telah melakukan penelitian tentang efek long Covid syndrome juga menjelaskan tentang hal ini.
Mengutip Healthline, ia mengatakan bahwa pada kasus Covid-19, seseorang juga bisa mengalami masalah kelelahan fisik secara terus-menerus dan berulang. Hingga, kondisi ini bisa juga memengaruhi kesehatan paru-paru, jantung, hingga organ lainnya.
“Bukan hanya kelelahan fisik dan mental, tetapi juga masalah terus-menerus dan berulang yang memengaruhi paru-paru, jantung, pembuluh darah, dan organ lainnya,” kata Roche.
Artikel terkait: 4 Fakta Varian Lambda, Disebut Lebih ‘Kebal’ Vaksin COVID-19!
Berapa Lama Long Covid Bertahan?
Sumber: Freepik
Lebih lanjut Toby mengatakan, sekitar 10 hingga 20 persen orang akan mengalami gejala Covid-19 selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.
Roche juga menambahkan, para tenaga kesehatan saat ini benar-benar tidak dapat memprediksi dengan pasti berapa lama kondisi ini akan berlangsung.
Dia menyebut, data yang dia dan tim kumpulkan mengungkapkan bahwa orang dengan SARS memiliki gejala yang menetap bahkan sampai 4 tahun.
Roche mengungkap, “Ini memang mengganggu. Saya telah berhubungan dengan pasien yang memiliki Covid-19 selama gelombang pertama infeksi dan masih belum pulih sepenuhnya.”
“Meskipun saya berharap pasien dengan kondisi pasca COVID-19 akan membaik dari waktu ke waktu, kekhawatiran saya yang sebenarnya adalah bahwa beberapa pasien mungkin tidak akan pernah pulih sepenuhnya,” tuturnya.
Artikel terkait: Covid Nails Tanda Infeksi Virus Corona pada Kuku, Ini Cirinya
Upaya Pencegahan Long Covid Syndrome
Cara terbaik untuk menghindari long Covid syndrome adalah dengan melakukan pencegahan.
Roche mengatakan, ini dimulai dengan edukasi yang menyoroti bagaimana dampak infeksi Covid-19 terhadap tubuh. Selain itu, ia juga menekankan pentingnya edukasi mengenai vaksinasi juga.
“Vaksinasi terhadap COVID-19 mengurangi risiko infeksi SARS-CoV-2 dan karenanya mengurangi risiko keseluruhan orang dalam populasi umum yang mengalami kondisi pasca COVID-19 atau Long Covid,” kata Roche.
Langkah-langkah pencegahan seperti menggunakan masker, menjaga jarak fisik atau sosial, melakukan pelacakan kontak, isolasi diri ketika sakit dan pengawasan genomik virus tetap penting untuk dilakukan.
Langkah-langkah ini juga sangat penting untuk anak di bawah 11 tahun yang belum memenuhi syarat untuk divaksinasi, sehingga kemungkinan dapat mengembangkan gejala Long Covid.
Demikianlah penjelasan tentang Long Covid Syndrome atau kondisi setelah COVID-19 yang kini sudah mendapat istilah resmi dari WHO. Untuk terhindar kondisi ini, upaya pencegahan Virus Corona tentunya sangat penting diperhatikan. Maka itu, tetap terapkan disiplin protokol kesehatan, jalani pola hidup sehat, dan senantiasa menjaga kebersihan, ya, Parents!
***
Baca juga:
4 Negara Ini Sudah Lakukan Vaksinasi COVID-19 untuk Anak di Bawah 12 Tahun
Benarkah Plasenta Bisa Lindungi Janin dari COVID-19? Simak Penjelasan Ini
Beredar Hoaks Vaksin Pfizer Berbahaya untuk Ibu Menyusui, Cek Faktanya!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.