Orang yang belum melakukan vaksinasi, ternyata memiliki indeks pencegahan COVID-19 yang rendah. Hal ini bukan asumsi semata, melainkan hasil penelitian.
Studi yang dilakukan oleh tim Health Collaborative Center (HCC) untuk mengidentifikasi skor COVID-19 Prevention Behavior Index atau CPBI di Indonesia, bertujuan untuk menggambarkan kondisi makro terkait pencegahan COVID-19 di masyarakat.
Pada Konferensi Pers dalam Rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional 2021, Senin 15 November 2021, penulis utama studi sekaligus pendiri HCC, Dr dr Ray Wagiu Basrowi, MKK mengatakan:
“Jadi, penelitian ini ingin melihat skor CPBI orang Indonesia gimana, sih? Baik apa tidak terhadap perilaku pencegahan Covid? Idealnya adalah semakin skornya tinggi, berarti perilaku pencegahan semakin baik. Sebaliknya, kalau skornya makin rendah, berarti perilaku pencegahannya itu semakin jelek,” paparnya, seperti dikutip dari Kompas.
Artikel terkait: Penelitian: Manfaat Vaksin tak Hanya dirasakan Individu, Melainkan juga Komunitas
Studi tersebut menggunakan dua metode, yakni studi literatur dan kuesioner online. Dimulai sejak bulan Agustus hingga Oktober 2021.
Menurut dr Ray, sekitar periode tersebut adalah kondisi di mana gelombang kedua COVID-19 di Indonesia masih berlangsung, sehingga dapat menggambarkan secara jelas kondisi yang ada.
Diakui dr Ray, penggunaan skor CPBI masih terbilang baru, tetapi selama pandemi banyak ahli kesehatan masyarakat di berbagai negara menggunakan model penelitian ini.
Sementara itu, skor CPBI terdiri dari 11 kecenderungan individu untuk melakukan upaya pencegahan penyebaran COVID-19.
Indeks Pencegahan COVID-19 Masyarakat yang Belum Divaksin Rendah
Studi tersebut melibatkan 1800 orang yang tersebar di 24 provinsi di Indonesia. Dari studi ditemukan, sebanyak 35 persen responden yang belum divaksinasi COVID-19 secara signifikan skor CPBI-nya sangat rendah dibandingkan mereka yang sudah divaksin.
“Hasil penelitian HCC ini membuktikan, bahwa orang Indonesia yang enggak mau dan belum divaksin Covid justru mereka yang tindakannya tidak sesuai prokes. Orang Indonesia yang belum divaksin justru yang perilaku pencegahannya itu jelek. Jadi, ini cukup mengejutkan kami,” jelas dr Ray.
Dalam survei tersebut, indeks skor CPBI diberikan dalam rentang 10 sampai 60. Setelah dianalisis, orang yang merasa khawatir atau takut terkena Virus Corona skor CPBI masuk dalam kategori tinggi, yakni mendekati angka 60. Sebaliknya, pada mereka yang belum divaksin atau tidak mau skornya secara signifikan rendah, di bawah 50.
Selain itu, sebanyak 21 persen responden yang pernah menjadi penyintas COVID-19 memiliki skor CPBI tinggi. Begitu pula pada 30 persen responden yang diketahui memiliki anggota keluarga yang pernah terpapar COVID-19. Sehingga, mereka cenderung lebih protektif dalam menjalankan protokol kesehatan.
Lebih lanjut, dr Ray mengungkapkan, para peneliti khawatir bahwa meskipun mayoritas orang di Indonesia sudah divaksinasi Covid-19, masih banyak dari masyarakat yang secara sadar tidak mau divaksin atau tidak taat protokol kesehatan. Akibatnya, mereka bisa menjadi agen penular atau pembawa virus kepada orang di sekitarnya.
“Potensi communal influence yang sangat tinggi dari mereka yang CPBI rendah rata-rata enggak mau divaksin dan tidak taat prokes. Nah, ini bisa menjadi potensi kegagalan program pengendalian COVID-19,” ujarnya.
Artikel terkait: Komik vaksin ini menjelaskan pentingnya vaksin bagi para orangtua
Alasan Sebagian Masyarakat Enggan Divaksin
Menurut dr Ray, responden yang enggan divaksinasi Covid-19 mengungkapkan alasan, di antaranya lantaran belum percaya dengan khasiat vaksin. Mereka juga percaya bahwa meskipun sudah divaksin, orang masih bisa terinfeksi virus COVID-19.
Ray melanjutkan, ada beberapa rekomendasi utama dari HCC yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pencegahan COVID-19 di masyarakat, di antaranya:
- Memaksimalkan cakupan vaksin dosis lengkap (2 kali suntikan).
- Mengedukasi semua pihak yang belum divaksin dan tidak siap divaksin dengan berbagai pendekatan.
- Mengapresiasi pemerintah terkait kebijakan vaksin untuk akses ruang publik dapat dioptimalkan dengan lebih intensif.
Artikel terkait: Banyak Diburu, Kenali Efek Samping Vaksin Pfizer
Langkah-langkah Pencegahan COVID-19
Pencegahan COVID-19 masih harus gencar dilakukan karena masa pandemi belum benar-benar usai. Sebagai pengingat, berikut ini beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terinfeksi virus Covid-19:
1. Mencuci tangan dengan benar memakai sabun dan air mengalir selama 40-60 detik. Bisa juga menggunakan cairan antiseptik berbasis alkohol (handsanitizer) minimal 20-30 detik.
2. Memakai masker yang menutupi hidung dan mulut jika harus keluar rumah. Masker harus digunakan saat harus berinteraksi dengan orang lain yang tidak diketahui status kesehatannya (yang mungkin dapat menularkan COVID-19).
3. Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain juga dapat dilakukan sebagai pencegahan COVID-19. Hal ini bertujuan untuk menghindari terkena droplet dari orang yang batuk atau bersin yang tidak diketahui status kesehatannya.
4. Menerapkan pola hidup sehat, seperti konsumsi gizi seimbang, minum air putih yang cukup, aktivitas fisik minimal 30 menit sehari, dan istirahat yang cukup.
Itulah berita seputar hasil studi yang menyebut orang belum divaksin cenderung abai pada pencegahan COVID-19. Karena pandemi belum benar-benar usai, selalu terapkan upaya pencegahan penularan Virus Corona demi kesehatan kita dan keluarga, ya, Parents!
***
Baca juga:
17 Tanda Kondisi Kadar Gula Darah Rendah, Parents Merasakannya?
Usia 8 bulan, anak Maya Septha diberikan Vaksin Prevenar, untuk apa?
Ketahui Manfaat Vaksin Influenza Anak dan Kapan Waktu yang Tepat Vaksinasi
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.